BERI KESEMPATAN
Musik/Vokal: Keenan Nasution
Produksi: Musica Studio.
SESUDAH lama tak muncul, pekan lalu Keenan Nasution memasuki
pasar musik kembali. Dengan jas merah ia duduk dalam Mercy Tiger
biru sambil membaca koran. Di belakang sedan, seorang penjual
koran -- yang kumuh berjalan sambil menadahkan tangan. Itulah
gambar pada sampul kasetnya terbaru, Beri Kesempatan.
Berisi 9 lagu--bikinan 1979-1981-rekaman itu menunjukkan bahwa
ada yang sedang berubah pada pemusik usia 29 tahun itu. Meski
sama sekali tak meninggalkan napas rock --jenis yang dianutnya
sejak dulu -- kali ini ia lebih lembut, lebih manis.
"Yang pasti vokal saya memang berubah," ujarnya kepada TEMPO.
Dan ia mengaku memang sedang mencoba memberi variasi pada
suaranya yang tipis-tinggi itu. Lebih dari itu, yang barusan
digarapnya adalah musik untuk membelai publik selena-lenanya.
"Habis, kalau saya bertahan pada musik yangkayak dulu-dulu,
nggak laku sih," katanya jujur.
Dengan kata lain Keenan tengah berupaya untuk bisa diterima
kalangan lebih luas. Terutama lewat, misalnya, Naluri-nya yang
lembut-manis dalam polesan orkes merayu-rayu (lagu pertama Sisi
A). Juga Jangan Ulangi, Haholonganku (bahasa Batak: Kekasihku)
dan Berangkat Dalam Diam. Nomor-nomor itu seakan dilahirkan oleh
tangan Keenan yang lain. Yang sudah bilang, dalam Elegt "Apa
daya musim kini berubah lagi. Kuhayati kemauan awami . . . "
Elegi, adalah sebuah nomor blues. Dalam kaset ini lagu tersebut
terasa seperti nyelonong dari dapur tetangga, meskipun ternyata
-- bersama nomor Masa Remaja -- merupakan lagu-lagu yang paling
asyik. Apalagi kalau bagian akhir Masa Remaja tak usah diulang
begitu panjang dan tak dipasang dua kali di Sisi A. Toh pada
Sisi B lagu itu ditempelkan pula--secara instrumental dan,
baguslah, dalam aransemen yang berbeda. Sayang tak terus
dikembangkan.
Padahal, desing dan bunyi melengking keyboards dengan tingkahan
gernuruh dram itu bisa dipadukan dalam rock model Keenan. Hanya
saja ia sendiri mengaku kurang berani. "Kecuali kalau memang
hendak melakukan eksperimen," katanya.
Apa boleh buat: eksperimen mernang jauh dari pasar. Sehingga,
pun untuk hanya memelihara "ciri", pada kaset ini "Keenan yang
dulu" cuma hadir pada dua lagu: Masa Remaja dan Berr Kesempatan.
Yang terakhir itu liriknya bicara tentang "pemerataan",
dilengkapi suara gaduh pada bagian menjelang akhir tanpa jelas
benar apa maksudnya. Setidak-tidaknya tak sejelas gambar
sampulnya.
Keseluruhan musik dalam kaset ini bagai seporsi gado-gado: menu
yang mungkin bisa dinikmati hampir pada tiap kesempatan. Dan
pembuatnya tak perlu gulung tikar. Seperti kata Keenan sendiri:
"Kalau laku, saya 'kan bisa jadi orang kaya. Ha-ha-ha."
Ha-ha-ha.
Yudhistira ANM Massard
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini