SETIAP Sabtu: makan sebutir telur ayam. Selasa: minum seperempat
liter susu sapi segar. Kamis: makan daging kelinci dengan
singkong. Hari-hari lain, bebas: makan nasi dengan lauk yang
sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Itulah menu sebagian penduduk Desa Sarampad di Kecamatan
Cugenang, Cianjur (Jawa Barat). Daftar makanan yang digalakkan
sejak Mei lalu itu, diharapkan dapat memulihkan penyakit kurang
gizi yang menyerang penduduk dua tahun lewat. Ketika itu ratusan
anak balita dan beberapa orang tua menderita buncit perut dan
bengkak kaki dan bermata sayu.
Penderitaan penduduk Sarampad itu rupanya didengar oleh pihak
Kedubes Negeri Belanda di Jakarta. "Ketika meninjau desa itu dua
tahun lalu, seorang petugas kedubes menyerahkan sumbangan
seharga Rp 4,5 juta. Tidak berupa uang, tapi kredit bibit
kelinci," kata Kepala Desa Sarampad, Endang Saepudin. Lewat
Yayasan Peternakan Kelinci Romayo di Bandung, 12 penduduk
menerima 48 bibit kelinci. Tiap orang masing-masing empat ekor,
tiga betina dan satu jantan. Dipilih hari Kamis, menurut
Peternakan Romayo, sebab pada hari itulah, 26 Juni 1980,
Peternakan Romayo memperkenalkan sate kelinci kepada Presiden
Soeharto di Bina Graha Jakarta.
Sampai akhir bulan ini, sudah 86 keluarga menjadi peternak,
memelihara lebih dari 1.000 ekor kelinci. Mereka tersebar di
Kampung Sarampad. Suka warna dan Jamaras. "Setiap Kamis sekitar
176 jiwa makan kelinci. untuk memperbaiki gizi," kata Saepudin
lagi. Kelinci-kelinci itu dimakan setelah berkembang biak, bukan
untuk dijual kembali. Mereka diwajibkan mengembalikan kredit
berupa delapan ekor kelinci kepada Peternakan Romayo yang akan
menyerahkannya pula. kepada orang lain.
Terletak di lereng Gunung Gede pada ketinggian 650 meter di atas
permukaan laut, desa itu dihuni 1.000 kk atau 4.000 jiwa lebih.
Sekitar 80% penduduknya terdiri dari buruh tani. Sisanya buruh
kasar dengan penghasilan rata-rata Rp 700/hari. Dengan
penghasilan sekecil itu mereka tak mampu membeli daging, bahkan
tak sanggup memelihara kelinci.
Tak Makan Daging
Sebab untuk beternak kelinci ternyata dibutuhkan modal juga.
Memang penduduk yang bersedia memelihara kelinci mendapat dana
Rp 5.000 untuk membuat kandang. Tapi dalam praktek pembuatan
kandang itu menghabiskan biaya antara Rp 20.000 sampai Rp
30.000.
Udin, 35 tahun, termasuk seorang dari banyak penduduk yang tak
marnpu membuat kandang. "Sebetulnya saya ingin beternak kelinci.
Tapi saya tak punya modal," katanya. Sebagai buruh pencangkul,
penghasilan Udin hanya Rp 600/hari. "Sampai sekarang saya belum
pernah merasakan enaknya daging kelinci," katanya polos.
Penduduk Sarampad, selama ini memang hampir tak pernah makan
daging."Mereka baru ketemu daging kalau mendapat pembagian pada
Hari Raya Idul Adha," kata Achmad Sholeh, petugas Bina Sarana
Usaha Dinas Peternakan Cianjur.
Sebagian besar warga desa memang belum sempat memperbaiki gizi
dengan daging kelinci. Karena itu pada akhir 1982 nanti
direncanakan 500 keluarga lagi akan memperoleh kredit serupa.
Sekarang, untuk sementara, para peternak dilarang menjual
kelinci ke warung atau restoran-restoran. Hewan itu diternakkan
khusus untuk memenuhi gizi keluarga. Dengan menu kelinci setiap
Kamis -- ditambah susu setiap Selasa dan telur ayam setiap
Sabtu--diharapkan gizi sebagian warga Sarampad bisa diperbaiki.
Menurut Ny. Rodiah, salah seorang peternak kelinci, memelihara
kelinci tidak sulit. "Makanan untuk mereka banyak terdapat di
kampung sini. Yang penting kandangnya bersih," katanya. Beternak
sejak Februari lalu, kini Rodiah memelihara 19 ekor kelinci.
Seekor kelinci betina sanggup melahirkan anak empat kali setahun
--masing-masing antara enam sampai sepuluh ekor.
Hewan jinak itu hanya membutuhkan rerumputan dan kangkung serta
sedikit dedak. Kalau ada kelinci yang satu biasanya cukup diberi
sebutir Bodrex. "Setelah makan kelinci, badan rasanya sehat
--karena itu saya sekarang sudah ketagihan," kata Rodiah
tertawa.
Peternakan Romayo didirikan oleh tiga bersaudara Rosyid, Mamad
dan Yoyo pada September 1979, berpusat di Kampung Cirateun,
Lingkungan Isola, Kotamadya Bandung. Rosyid sudah beternak
kelinci sejak 1958. Dan dari peternakan ini pula ribuan bibit
unggul kelinci disebar ke seluruh Jawa dan beberapa kota di luar
Jawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini