SAYANG anak tentu boleh. Namun, jika berlebihan, urusan bisa menjadi meleleh. Ini contohnya. Sanusi Tanjung, sehari-hari pegawai Kantor Departemen P dan K Kecamatan Aek Natas, Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara, seperti diakuinya, sering membantu menyelesaikan PR (pekerjaan rumah) anaknya, Syahril, 11 tahun. "Kami tidak pernah menganggap Syahril bodoh. Bahkan, Syahril agak menonjol," kata Masrina Dalimunte, Kepala SD Negeri setempat. Di situ Syahril murid kelas V. "Kami sering memergoki PR Syahril dikerjakan orang tuanya," kata Ardin Simanjuntak, guru di situ. Dan setelah diperiksa ternyata sering perlu dikoreksi. Inilah, menurut Ardin, yang tidak diterima Sanusi. Singkatnya, ada ganjalan yang kurang cantik antara Sanusi dan para guru anaknya. Ini kian tajam ketika awal Desember tahun lalu, Syahril berkelahi dengan Wahid, 12 tahun, kawan sekelasnya. Ardin -- guru kedua murid itu -- segera menyeruak ke tengah arena yang riuh untuk melerai mereka. Pergumulan diakhiri dengan hasil muka kedua murid itu bengap. Ardin menasihati mereka. Namun, keduanya tampak masih bagai kucing dan anjing, dan siap melanjutkan duelnya. "Ayo! Kalau masih berani, berkelahi lagi," seru Ardin seraya membawa kedua murid itu ke salah satu ruang kelas. Ardin lalu mengunci pintu dan jendela. "Masa, ada murid yang mau berkelahi di depan gurunya?" cerita Ardin kepada Affan Bey Hutasuhut dari TEMPO. Ternyata dugaannya meleset. "Eh, ternyata mereka masih mau berkelahi juga," katanya. Cepat dilerainya lagi, lalu keduanya disuruh pulang. Syahril, yang membawa pulang muka bengkak, menceritakan kepada ayahnya sebagai baru saja berkelahi karena disuruh gurunya. Tak panjang periksa Sanusi kontan mengadu pada Masrina sambil menuntut agar Ardin ditindak. Masrina sudah tahu kejadian sebenarnya, sehingga ia tak guncang. Sanusi jengkel dan mengadu ke Seksi Dinas P dan K Kecamatan Aek Natas. "Biar saja dia mengadu ke atasan," kata Ardin. Tapi bukan hanya itu. Sanusi juga buka suara di salah satu koran terbitan Medan: kalau Ardin tidak dipindahkan dari SD itu, ia akan membuat perhitungan. Menghadapi urusan yang sudah melenceng ke mana-mana ini, hingga pekan lalu, Ardin Simanjuntak tenang saja. "Perhitungan apa? Terserah sajalah," sambutnya. Ed Zoelverdi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini