Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Tradisi jadi sumber inspirasi

Shang-shang typhon dan tokyo ska paradise orchestra dari jepang berkonser di teater tretutup, tim, jakarta. pertunjukan mereka menarik dan sukses. budaya tradisi tetap dihargai.

7 Maret 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PUSAT Kebudayaan Jepang di Jakarta, Rabu pekan lalu, menyeponsori dua grup musik dari Jepang untuk berkonser di Taman Ismail Marzuki. Kelompok musik itu adalah Shang-Shang Typhoon dan Tokyo SKA Paradise Orchestra. Shang-Shang Typhoon merupakan sebuah band yang belakangan ini menjadi pusat perhatian publik di sana. Mereka mengawali dengan lagu Theme of Shang-Shang Typhoon. Sementara pemusik memainkan instrumennya yang terdiri dari bass guitar, drum, keyborad, gendang, bonggo, serta sebuah banyo dan dawai -- alat petik tradisi Jepang -- kedua vocalis wanita, yang muncul dari tengah penonton, berjalan dengan gerakan yang lincah sambil memainkan alat perkusi kecil yang terbuat dari kulit berbentuk kipas. Mereka mulai bergabung dan berdialog lewat bentuk pola ritme yang berbau tradisi. Yang menarik, pola bunyi alat petik tradisional Jepang itu dikombinasikan dengan bass guitar modern. Lagu-lagu yang mereka sajikan diinspirasikan oleh suasana dan karakter yang berlainan. Ada cerita tentang keindahan alam negeri Jepang, tentang impian manusia, cinta, tentang awan yang berembus, serta kecantikan langit yang biru. Kesemuanya ini hadir lewat komposisi-komposisinya yang berjudul Ai Yori Aoi Umi, Hariko No Tora, Fune O Dasoyo, Nagare No Mamani, Hi Hi Hi, Yokosuka Mambo, Jungle Beat, It's all Right Buddha Smile, dan beberapa lagu lainnya. Mereka meramu musiknya melalui garapan kombinasi motif ritme, bentuk melodi modern dengan tradisi Jepang serta dialog bunyi yang segar dan manis. Tak kalah menariknya ketika pemain perkusi Goto Masaru tiba-tiba menyanyikan lagu Bentonya Iwan Fals. Kontan saja penonton menyambut dengan tepuk tangan. Suasana berubah menjadi hening ketika vokalis Nishikawa dengan alunan suara soprannya yang bening membawakan lagu Angin Musim Semi di Seberang Sungai. Diiringi oleh permainan keyboard Inoyoko, petikan bass guitar Yasuda, serta sentuhan dawai Koryu, lagu ini terasa begitu ekspresif dan sangat menyentuh, yang kesemuanya tertuang dalam alunan melodi pentatonik yang melankolis. Irama musik kemudian berganti ke irama dangdut gaya Jepang. Sambil berjoget, kedua penyanyi wanita, Emi Shirasaki dan Satoko Nishikawa, mengajak para penonton berjoget. Diselingi dialog dalam bahasa Indonesia yang terbata-bata, kedua vocalis itu tiba-tiba melantunkan lagu Rasa Sayange diiringi tabuhan drum Watanobe dalam tempo yang makin lama makin cepat. Pada bagian akhir penampilan Shang-Shang Typhoon, mereka mengetengahkan lagu yang cukup populer dari The Beatles, Let It Be, yang diramu ke dalam bentuk warna yang berbeda. Terasa lucu tapi mengesankan. Grup ini pernah tampil dengan desainer Jepang terkemuka di dunia mode, Issey Miyake. Pernah pula membuat rekaman di Prancis serta mengadakan konser pada acara "Espace Ornano". Album pertamanya berjudul Shang-Shang Typhoone, tahun 1990, diikuti oleh album berikutnya All Right Budha Smile. Grup Tokyo SKA Paradise Orchestra hadir bagai mewakili kehidupan musik malam di Tokyo. Kelompok ini didominasi oleh instrumen "Brass Section" yakni: trombone, tenor saksofon, terompet, alto saksofon, dan bariton saksofon, ditambah dengan gitar, keyboard, drums, perkusi, serta seorang penyanyi pria berkepala licin, Gimuka. Penampilan kelompok ini memang lebih bersifat "entertainment", lagu-lagu yang disajikan berasal dari lagu-lagu yang pernah populer di tahun 1950-1960-an. Grup ini dibentuk sekitar tahun 1985 oleh AsaChang. Kesebelas orang anggotanya bergabung bersama dalam kostum gaya enam puluhan, memakai kaca mata hitam. Mereka menggoyangkan tubuhnya sesuai dengan irama musik, bahkan diselingi lompatan-lompatan tinggi sambil berputar-putar lari mengelilingi panggung. Pemain organ/keyboard pun tak mau ketinggalan. Dia mengangkat keyboardnya lari ke muka panggung sambil meloncat-loncat. Jari-jemarinya memainkan tuts-tuts keyboardnya dengan lincah. Dilihat dari awal penampilannya, grup ini tampak sebagai suatu kelompok musik jazz. Namun, makin jauh kita dengar repertoar lagunya, makin tampak corak-corak musik yang mendasari serta menjadi sumber inspirasi mereka. SKA, sebuah jenis musik yang berasal dari Jamaika, merupakan dasar inspirasi karya musik mereka. Dalam proses pengembangannya, ditunjang oleh corak musik Amerika Latin, funk, soul, serta balada dari awal zaman Showa. Ada lagu Just a Little Bit of Your Soul Strange Bird, Jungle Boogie, Finger Tips, Tin Tin Deo, Yokai, Ningen Bem, World Famous, Bongo Tango, sampai Baby Elephant Walk yang top tahun 1960an. Lalu The Sesame Street yang digemari saat ini. Berbagai suasana, karakter, dan irama yang berbeda hadir dalam paduan bunyi yang santai tapi menyegarkan. Tanpa terasa, penonton terbawa oleh suasana, mereka ikut menari dan bergoyang dengan gaya macam-macam. Tiba-tiba suasana di Teater Tertutup TIM menjadi ceria kembali, sesuatu yang sudah lama hilang dari lingkungan TIM. Banyak hal yang dapat kita simak dari konser kedua grup dari Jepang ini. Budaya tradisi tetap dihargai dan dimiliki serta menjadi sumber inspirasi tanpa menutup mata pada perkembangan musik yang ada. Kesuksesan pertunjukan mereka pun sangat ditunjang oleh hal-hal yang sangat penting. Terlihat dari lengkap serta seriusnya para kru yang menangani panggung, tata cahaya, tata suara, peralatan musik, sampai masalah dokumentasi yang lengkap dengan peralatan yang canggih. Marusya Nainggolan Abdullah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus