SUDAH cukup lama Kota Balikpapan menjadi persinggahan para
pengusaha kayu dan minyak. Bayangkan saja, lapangan udaranya,
Sepinggan, rata-rata setiap hari didarati 50 buah pesawat
terbang besar dan kecil. Termasuk di antaranya F-28 Garuda yang
terbang 3 kali sehari, pesawat-pesawat swasta dan pesawat
carter Balikpapan-Singapura. Dari 200.000 penduduk kota ini
Iebih 6.000 orang di antaranya orang asing, karyawan minyak dan
perusahaan kayu.
Barangkali karena melihat lalu-lintas begitu ramai, sebuah hotel
berlantai 11 akan segera berdiri di kota ini. Pekan. Ialu
Gubernur Kalimantan Timur Ery Soepardjan meresmikan pemasangan
atap besi terakhir hotel bertarap internasional itu. Ini adalah
satu-satunya hotel tertinggi di kota itu, bahkan di kota-kota
luar Jawa.
The Regent of Balikpapan, nama hotel itu, dibangun dengan biaya
Rp 4 milyar lebih. Usaha ini merupakan kongsi antara PT Bena
Kutai (Indonesia -10%) denan Southsea Lumber Co (Hongkong --
90%). Selain akan memiliki 216 buah kamar, hotel ini nanti juga
akan dilengkapi dengan perkantoran, pusat perbelanjaan dan
landasan helikopter di puncaknya.
Meskipun sejak 1972 pembangunannya tersendat-sendat,
diperkirakan akhir 1979 hotel ini sudah siap menerima tamu untuk
seluruh kamarnya. Sementara itu April tahun muka, 50 buah kamar
di antaranya akan diresmikan. Menurut General Manager The Regent
of Balikpapan, Herman Diener, kebutuhan hotel ini seperti
sayur-mayur, daging dan lain-lain akan didatangkan dari
Surabaya. Karena, katanya, untuk kebutuhan lokal sendiri
Balikpapan kekurangan.
Wisatawan
Sampai sekarang Balikpapan mempunyai sekitar 50 kamar dari
hotel-hotel yang ada. Munculnya hotel baru itu cukup
mengkhawatirkan pengusaha hotel yang telah ada. "Kita grogi juga
melihat hotel baru itu" tutur Syafruddin Jamadin, manager
operasi Grand Park Hotel yang terletak persis berhadapan dengan
The Regent of Balikpapan. Tapi Syafruddin juga heran, "bagaimana
mereka nantinya akan mencari langganan." Sebab katanya,
hotel-hotel yang ada sekarang sudah bersusah payah dengan hasil
hanya 70% kamarnya dihuni.
Tapi "kita percaya occupancy (penghunian kamar) akan mencapai
80%" jawab Herman Diener. Karena itu Herman juga yakin, dalam
waktu 6-7 tahun modal The Regent of Balikpapan sudah akan
kembali. Sebab diperkirakan jika pengusaha minyak dan kayu mulai
sepi, arus wisatawan ke daerah ini akan mulai mengalir. Tapi
sejauh ini baru Tenggarong (peninggalan Sultan Kutai) yang dapat
diandalkan untuk memancing para pelancong ke daerah ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini