Dok~er itu ngotot bahwa ketiga anak mereka pernah "diperkosa". Lal~u polisi pun ikut camp~ur, pekerja sosia~l pun datang, dan undang-undang mengharuskan ketiga anak i~u dipisahkan dari ayah dan ibunya. Sedihnya lagi, si ayahlah yang dit~uduh sebagai pelakunya. Lebih dari enam bulan mereka berjuang untuk memperoleh anak mereka kembal~i lewat proses panjang, berliku~ dan menekan perasaan. Lalu merek~a bercerita kepada majalah The Sunday ~Times Magaz~ne, yang lalu menuturkan drama itu lengkap, dengan tak menyebutkan ~nama keluarga di Stockton, di wi~layah Cleveland, Inggris bagian timur laut. Terjemahan ~~~berikut dikerjak~an oleh Yulia S. Madjid. CLEVELAND, Inggris, awal 1987. Di situ berdiam satu keluarga kelas menengah yang berbahagia dengan tiga anak. Mereka saling mencintai dan menyayangi. Michael, sang bapak, baru berusia 40 tahun, seoran~ ~guru. Ia bertemu dengan Diana, istrinya, ketika sama-sama masih kuliah pada tahun 1973. Diana lahir di Australia, pindah ke~ Inggris ketika berusia 3 tahun. Ketika itu Diana 20 tahun, bertubuh tinggi langsing dengan wajah lumayan, berambut gelap dan bermata biru cemerlang. Michael, anak seorang perwira angkatan udara kerajaan Inggris asal Bradford, bergaya pemuda 1960-an dengan janggut lebat dan rambut ~gondrong sebahu, berkaca mata. Mereka segera menikah setelah berkenalan hanya enam minggu. Dalam beberapa hal, Diana agak menyesali harus kehilangan kebebasan yang baru saja dinikmatinya. Tapi perkawinan itu sendiri membahagiakannya. Diana baru saja lulus dan sulit mendapatkan pekerjaan. Ketika ia akhirnya mendapat pekerjaan, ia sudah hamil. Ia ingat benar, betapa malunya mengajar di depan kelas dengan baju kedodoran. Mark, anak sulungnya, lahir pada Maret 1976. Diana terpaksa berhenti bekerja untuk merawat anak, dan mau tak mau harus hidup irit. Untunglah, 4 bulan kemudian, Juli, Michael mendapat pekerjaan di Harlow. Pihak kantor menyediakan akomodasi, sebuah flat yan~g mahal. "Kami sama-sama tak suka Harlow," tutur Diana, "tapi setidaknya kami punya tempat berteduh. Masa-masa itu hidup terasa sulit." Michael kembali mencuri-curi waktu untuk belajar di sela-sela pekerjaannya, karena berambisi meraih gelar. Sementara itu, Diana hamil lagi. Beberapa jam setelah Sarah, anak keduanya, lahir pada Agustus 1977, bayi itu harus dirawat di RS Great Ormond Street karena menderita oesophageal atresia. Selanjutnya adalah hari-hari yang mendebarkan bagi kehidupan keluarga ini, karena Sarah dua kali menjalani operasi besar. Selama lima bulan Sarah dirawat di rumah sakit. Waktu itu kesibukan Diana cumalah pergi-datang dari rumah ke rumah sakit. Setelah mereka dapat mengumpulkan uang untuk membeli rumah di Epping, pada 1979, Michael kembali bekerja sebagai guru di Stockton, Inggris Utara. Diana yang ramah dengan mudah menyesuaikan diri di lingkungan barunya. Ia banyak teman. Tiap hari mengantar Mark sekolah, sesudahnya ia kursus menjahit dan mendesain. Setelah penyakit Sarah teratasi, mereka tak pernah bicara soal kehadiran anak lagi. Sampai suatu hari Diana membicarakannya dengan Michael. Dan benarlah, Diana mulai mengandung lagi. Waktu itu mereka mampu pindah ke rumah yang lebih baik, bergaya semi-Viktoria, dengan tempat perapian yang masih orisinit. Diana lalu memutuskan untuk tinggal saja di rumah sebagai ibu rumah tangga. Ia menyambut kelahiran Ben, anaknya yang ketiga, Januari 1985, dengan bahagia. Keluarga ini telah dapat melewati liku-liku kehidupan yang sulit. Mereka punya banyak teman, dan itulah karunia terbesar yang mereka syukuri. Mereka masih bekerja keras di rumah, tapi sesekali meluangkan waktu berlibur panjang. Setiap minggu mereka ke gereja. Michael aktif dalam paduan suara gereja. Ben menderita sembelit sejak lahir. Kendati tak ada yang terlalu mengkhawatirkan pada awalnya, Diana mencoba mengatur makanan Ben. Tapi masalahnya semakin ruwet, dan anak itu mulai sering rewel, yang membuat Diana sering konsultasi dengan dokter keluarganya, dr. Walters. Sejak awal Maret 1987, penyakit Ben mulai memusingkan Diana dan Michael. Rabu 18 Maret, dr. Walters menelepon Diana bahwa Ben bisa diperiksa di RS Middlesbrough. Walters menjelaskan, mungkin Ben harus menginap semalam di rumah sakit untuk pemeriksaan lengkap. Dokter spesialis yang akan memeriksa Ben itu adalah dr. Marietta Higgs. Kamis, 19 Maret 1987, Michael terpaksa cuti - hal yang jarang dilakukannya. Ia menemani Diana mengantar Ben ke rumah sakit. Diana meminta tolong temannya untuk menjemput anak-anak dari sekolah. Rumah sakit Middlesbrough adalah sebuah kompleks bangunan kuno dari zaman Viktoria, yang sebagian besar sudah direnovasi. Bagian Anak ada di depan, bercat hijau. Mereka datang pada waktunya, tapi harus menunggu beberapa lama sebelum giliran Ben. Dokter Higgs tak banyak berbasa-basi. Ia menanyakan semua anggota keluarga, dan apakah Ben mempunyai masalah-masalah lain. Kata Diana, Ben adalah anak yang sehat, lucu, periang, menyenangkan kecuali masalah sembelitnya. Dokter Higgs berusaha memeriksa pantat Ben, tapi anak itu memberontak. Dokter itu akhirnya mengatakan akan mencoba lagi lalu meminta agar Diana dan Ben tinggal semalam di rumah sakit. Michael pulang ke rumah, sendiri. Diana diberi sebuah ruangan sempit, dengan tempat tidur dan boks bayi, di bagian depan dek~t kantor rumah sakit itu. Sekitar 8.30 malam, dr. Higgs datang, menengok apakah Ben s~udah tidur, karena ia akan memeriksa pantatnya. Diana diminta tidak menemani anaknya. "Anda tak usah cemas," kata Higgs. Lima belas menit kemudian seorang perawat datang dan meminta Diana menemui Higgs. Dokter itu bertanya apakah sesuatu pernah melukai bagian pantat Ben. Diana menjawab, ia tidak tahu. Tanpa penjelasan lebih jauh, Higgs menyatakan ingin bicara dengan suami-istri itu. Diana mulai cemas, membayangkan bahwa dokter menemukan kelainan fisik pada Ben. Ia segera menelepon suaminya. "Jangan cemas," kata Michael menenangkan. "Semua akan kita hadapi esok." Jumat pagi 20 Maret, Michael, setelah mengantarkan dua anaknya ke sekolah, langsung menuju rumah sakit. Bersama Diana ia menunggu kedatangan Higgs. Tanpa basabasi, Higgs menandaskan bahwa Ben telah jadi korban kejahatan seks. "Tak ada kata lain yang bisa diucapkan tentang penyakit di pantat anak itu," ujarnya. Dokter Higgs menjelaskan kepada mereka bahwa kejahatan seks pada anak adalah sangat serius, dan ia akan melaporkannya ke polisi dan Dinas Sosial. Tapi, katanya, yang pertama kali harus diselamatkan adalah Sarah dan Mark. "Semua akan berjalan lancar bila siksaan itu berakhir," kata Higgs. Suami-istri itu terhenyak, bertanya-tanya, apa maksud kata-kata dokter itu. Diana menangis, sementara Michael sangat yakin bahwa Higgs melakukan diagnosa yang konyol. Lalu Diana mengambil keputusan, harus bicara dengan dokter keluarganya, Walters. Diana merasa dari kepala sampai ke ujung kakinya terguncang saat menceritakan diagnosa Higgs kepada Walters. Walters berjanji akan menghubungi Higgs. "Jangan cemas, kita akan mengatasinya," katanya. Diana segera kembali ke rumah sakit. Kedua suami-istri itu membicarakan hal-hal yang mungkin terjadi pada diri Ben. Akhimya mereka sepakat, mungkin saja kasus Ben terjadi pada sebuah keluarga. Kendati hal itu memalukan, mereka akan menghadapinya. Beberapa teman datang menjenguk. "Michael dan Diana duduk dan kelihatan tegang, tampak tak ramah saat kami datang," kata Nyonya Pat Stevenson, tetangganya. Diana tanya, "Apa kalian tahu yang mereka katakan?" Para tetangga jadi bingung, karena memang mereka tak tahu penyakit Ben sebenarnya. Tapi teman-teman itu berusaha menghibur Diana. Mereka menganggap berita itu hampir seperti guyon, dan mustahil terjadi. "Jangan cemas," kata mereka. "Kami akan menyambutmu dengan tertawa bila kau pulang nanti." Michael menjemput Sarah dan Mark dar sekolah, dan membawa mereka ke rumah sakit. Anak-anak itu sama sekali tak tahu apa yang terjadi. Michael dan Diana benar-benar menjaga perasaan untuk menyenangkan mereka. Satu jam telah berlalu tanpa ada tanda-tanda kedatangan Higgs. Akhirnya, pukul 17.30 Diana meminta Michael membawa anak-anak pulang. Pukul 19.00 Higgs baru muncul dan langsung menanyakan anak-anak. Diana segera menelepon suaminya, meminta mereka segera kembali. Kedua anak diperiksa Higgs satu per satu secara terpisah. Sarah ditemani Diana, yang berusaha sebisanya menenangkan anak perempuannya itu. Pemeriksaan memakan waktu 30 menit. Setelah itu, Michael dan Diana diminta menemui Higgs di kantornya, sementara anak-anak menunggu di ruangan sempit berbentuk kubus itu. Higgs menyatakan bahwa anak-anaknya telah menjadi korban kejahatan seks. Mark mungkin belum lama ini, dan Sarah diperkirakan mengalaminya sekitar tiga pekan silam. Tak ada yang harus diragukan dalam diagnosanya, kata Higgs, dan ia akan segera mengontak polisi. Suami-istri itu terhenyak. Higgs menetapkan anak-anak tak boleh pulang. Diana boleh pulang, tapi Michael harus menunggu sampai polisi datang. Diana mencoba menenangkan diri. Dia tahu bahwa Mark benar-benar mengharap segera bisa pulang, karena esok hari adalah pesta ulang tahun. Ia berpikir keras bagaimana caranya menjelaskan bahwa mereka harus tinggal di rumah sakit malam ini. Michael mencoba menganalia diagnosa Higgs. Ada kemungkinan bahwa gejala yang tampak pada ketiga anaknya karena keturunan. Celakanya, Higgs hanya punya satu diagnosa, yakni akibat kejahatan seks. Sebagai guru, Michael sadar, bila diagnosa Higgs diterima, dialah yang akan menjadi tertuduh utama. Ia memutuskan untuk tidak mengatakan tentang kemungkinan ini kepada Diana. Tak lama kemudian polisi datang. Michael harus melapor ke kantor polisi Stockton besok, dan ia dianjurkan menghubungi pengacaranya. Diana bertanya apakah mereka besok dibolehkan meninggalkan rumah sakit agar Mark merayakan ulang tahunnya. Bagi Diana, serasa bertahun-tahun menunggu Dokter Walters bicara kepada Higgs dan polisi. Para perawat membawa dua tempat tidur lagi ke ruangan yang sudah penuh sesak. Akhimya, anak-anak diperbolehkan pergi berpesta. Michael bemmalam di sana ditemani suami-istri Walters, dan mereka akan mencarikan pengacara. Pukul empat pagi Higgs muncul di balik tirai dan menjelaskan bahwa ia baru saja selesai memberikan laporannya kepada polisi. Diana bertanya lagi apakah anak-anaknya diizinkan pesta di luar rumah sakit. Ya, kata Higgs, tapi mereka harus segera kembali, harus tinggal sampai akhir pekan. Minggu 22 Maret, Diana meminta Michael duduk tenang saat anak-anak diinterogasi polisi. Ketika polisi datang pukul 10.00, mereka mengatakan bahwa Mark adalah salah satu yang mereka cari. Mark, 11 tahun, menangis dan berteriak menyangkal pertanyaan polisi apakah ia pernah melakukan kejahatan seks terhadap adik-adiknya. Akhirnya Michael masuk dan meminta agar pemeriksaan itu dihentikan saja. "Ia berkata benar," kata Michael kepada polisi. "Anda tak akan mendapatkan informasi apa-apa, karena dia memang tidak melakukannya." Sarah, 10 tahun, juga ditanyai. Ia juga menangis, dan bicara ngawur tentang mimpi-mimpi dan pemmainan di kebun. Michael merasa bahwa anak keduanya itu belum punya gambaran tentang kejahatan seks. Sekitar pukul 4 sore polisi menyerah dan mengatakan mereka tak memperoleh cukup bukti, dan kasus itu sebaiknya ditutup saja. Tapi dr. Higgs segera masuk dan mengatakan bahwa mereka tetap tak boleh pergi dari rumah sakit, karena persoalannya kini sudah diserahkan ke Dinas Sosial. Memenuhi nasihat pengacaranya untuk tidak melawan, Michael diam-diam kembali ke ruang sempit itu dan memberi tahu anak-anaknya bahwa mereka belum boleh pulang. Ketika mereka semua duduk di tempat tidur, Mark bertanya lirih, bila saja ia mengakui tuduhan polisi, tentu mereka kini sudah boleh pulang. "Apa kamu pernah melakukan sesuatu pada Sarah dan Ben?" tanya ibunya dengan lembut. Dengan menangis anak itu menggeleng. "Maka, kau harus berkata tidak," kata ibunya lagi. Kemungkinan buruk yang bakal terjadi perlahan-lahan tampak. Pengacara baru saja bicara kepada Michael, mungkin saja Dinas Sosial menerapkan perintah bemmukim demi keamanan" (Pla~ce of Safety Order) bagi anak-anak. Yakni, mereka harus berpisah dengan anak-anak. Minggu petang Higgs datang, mengatakan bahwa ia telah mencarikan dokter lain untuk membuktikan kebenaran diagnosanya. Yakni ~dr. Wynne. Michael sebenarnya ingin mencari ~Dokter yang bukan kenalan Higgs. Yang tidak diketahui oleh Michael dan istri~ ~dr. Wynne adalah penulis makalah tentang tes anal untuk membuktikan seorang anak mengalami kejahatan seks. Maka, yang menanyakan Higgs, bahwa anak-anak Michael men~derita karena kejahatan seks. Senin 23 Maret hari ulang tahun Mark yang kesebelas. Diusahakan sedikit pesta di ruangan kecil di Ward 9. Kedua orangtuanya berusaha menempelkan berbagai macam kartu ucapan selamat di sisi jendela, dan mengusahakan beberapa kado untuk dibuka. Tapi sepeda balap yang didambakan mengingatkannya lagi ke rumah. "Sepeda itu menunggumu di rumah," kata Diana. "Begitu kau pulang, sepedamu sudah siap kau tunggangi." Menjelang siang, seorang pekerja sosial datang untuk menemani mereka ke Rumah Sakit Leeds, tempat dr. Wynne bekerja. Wynne menyambut dengan ramah dan hangat, dan segera menarik perhatian anak-anak. Ini membuat Michael dan Diana berharap bahwa pemeriksaan yang sekarang akan berjalan lancar, sehingga mereka tak menolak ketika dr. Wynne meminta izin memotret bagian bawah ketiga anaknya. Pemeriksaan Wynne ternyata memperkuat analisa Higgs bahwa anak-anak itu korban kejahatan seks. "Kami benar-benar kehilangan harapan," kata Diana. "Saya jadi sangat ketakutan." Rabu 24 Maret adalah hari yang teramat mengerikan. Dua orang pekerja sosial pagi-pagi muncul di ruangan itu, mengeluarkan secarik kertas dan membukanya, mengatakan bahwa mereka akan mendattar nama ketiga anak-anak itu sesuai dengan Place of Sakty Order. Sejam kemudian mereka kembali, meminta kertas yang sudah diisi. Itu adalah sejenis kertas yang paling menarik yang pernah dilihat Diana. "Yang mengatakan bahwa alasan memisahkan anak-anak kami, karena kami gagal menjaga anak-anak," kata Diana. "Saya sangat tersinggung. Artinya, saya dianggap tidak becus menjadi seorang ibu." Petang harinya pegawai Dinas Sosial memanggil Michael dan Diana ke kantor. Mereka telah mempersiapkan menempatkan Ben di keluarga teman mereka, yakni Stevenson. Mark dan Sarah akan ditempatkan di tempat penampungan terpisah. "Kami tidak setuju sama sekali,"teriak Michael marah. Tapi ia tak punya kekuatan untuk mencegah kepergian anak-anaknya. Diana berusaha mengatakan yang sebenarnya terjadi kepada anak-anak. Hal yang paling sulit dilakukan Diana seumur hidupnya. Sarah menangis mengiba-iba, memohon agar ayah ibunya jangan menyerahkannya begitu saja. Mark mengamuk, memukul-mukul dan menendangi tempat tidur. "Kenapa kami harus dipisahkan, padahal kami tak melakukan apa-apa?" Diana berusaha menjelaskan, hukum telah memutuskan bahwa ibu dan ayahnya tak mampu mencegah yang telah terjadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini