DARI luar, toko di Steinenvorstadt No. 60, Basle, tak begitu
menarik perhatian. Di etalase terpajang sepasang
pistol-pistolan, beberapa anak panah dan busur. Tapi suasana di
dalam sungguh berbeda.
Di ruang tengah tampak tiga pucuk senapan mesin berat. Ada pula
sebuah meriam anti-pesawat terbang 20 mm, yang memenuhi setengah
ruang pajangan. Semuanya senjata sungguhan.
Di rak terbujur pelbagai bedil, lusinan pistol otomatis, bayonet
yang dipajang bagai tongkat golf, parang, bahkan senapan mesin
ringan model terakhir buatan Cina dan Rusia.
"Anda ingin membeli meriam?" tanya kepala bagian penjualan.
"Saya khawatir anda bakal kecewa, sebab meriam itu koleksi
kebanggaan saya. Tapi kalau punya surat keterangan anda bisa
membeli sepucuk senapan otomatis. Saya jamin keadaannya
memuaskan."
Bisnis senjata api di sini tampaknya barang biasa. Alat perang
itu dijual bebas, khususnya untuk penduduk Swiss di wilayah
Vaud, dari Basle ke Jenewa. "Banyak penduduk Basle yang punya
dua atau tiga pucuk bedil," kata Francois Hauter yang menulis
untuk The Sunday Times Magazine, Mei 1982. "Di dalam kota yang
berpenghuni 210 ribu jiwa itu terdapat tak kurang dari 1000
orang kolektor senjata api."
Senjata tampaknya merupakan bagian penting Swiss sekarang. Citra
negeri itu mungkin tak lagi semata-mata cokelat dan pariwisata.
Swiss mempersenjatai diri, "memasang taring", konon justru untuk
mempertahankan netralitasnya.
Tatkala Inggris, sekarang ini, mulai menata kembali Home
Guardnya yang pernah dilarang untuk waktu lama, Francois Hauter
mengajak pembacanya menengok kekuatan militer Swiss, salah satu
yang tertua di kawasan Eropa. "Milisia negeri ini sama sekali
tak patut diremehkan," katanya menarik kesimpulan. Mereka
dipersenjatai dengan baik, memiliki daya tempur tinggi, hampir
tak bisa ditembus dalam "perlindungan"nya yang kokoh di bawah
Pegunungan Alpen, dan siap bertarung sampai titik darah
penghabisan bagi mempertahankan sikap tidak berpihak.
Ditilik struktur dan kekuatannya, angkatan bersenjata Swiss
mungkin unik. Ia mampu menurunkan ke lapangan lebih 500 ribu
prajurit dalam waktu 48 jam. Masih bisa ditambah lagi dengan
sekitar 400 ribu hansip. "Prancis dan Inggris tak mampu berbuat
lebih baik dari itu," kata Francois Hauter. Dan jangan lupa,
Swiss hanya punya 6,3 juta warganegara.
Dari jumlah prajurit itu, Swiss memiliki 17 ribu anggota pasukan
istimewa. Mereka terlatih khusus. Ahli melancarkan pendadakan,
melintasi gunung, jembatan dan bendungan. Mereka disiapkan
terutama untuk tindakan-tindakan "pencegahan."
Di balik panorama bersalju dan senyum para pemandu wisata,
Pegunungan Alpen ternyata penuh basis militer, landasan rudal,
rumah sakit, serta timbunan persediaan amunisi, makanan dan
bahan bakar. Lubang perlindungan dan gua ditatah di sepanjang
dinding pegunungan bagai hiasan keju Emmentaller. Negeri ini
bagai kubu pernaungan raksasa yang menjanjikan keamanan bagi
para pendatang dan terutama anak negeri sendiri.
Angkatan Bersenjata Swiss memiliki sekitar 2000 perwira tetap.
Tak dapat disebut sebagai semata-mata tentara profesional
ataupun cadangan. Lebih tepat dinamakan milisia, seperti tentara
Israel," kata Francois.
Setiap pria Swiss, dari usia 16 hingga 50, ambil bagian dalam
latihan militer tahunan. Selesai mengikuti perang-perangan
mereka pulang. Yang berusia di atas 20 tahun diperkenankan
membawa senjata apinya ke rumah. Toh berita todong-menodong tak
pernah terdengar.
Hans Peter adalah satu di antara 27 ribu milisia yang ambil
bagian dalam latihan di Obwald, dekat Lucerne, musim gugur lalu.
Ia tergabung dalam kesatuan pertahanan yang dipersenjatai dengan
meriam 35 mm. "Kami sangat bangga," katanya. "Di sini pekerjaan
prajurit dipandang serius dan terhormat. Anda tidak bisa
memperolok-olokkan kami."
Para petani sekitar berdatangan mengunjungi kesatuan Peter.
Mereka mengantarkan anggur dan panggang ayam yang masih hangat.
Seorang perwira dengan santainya membuka botol anggur itu dengan
menggunakan pisau militer. "Seorang petani yang melihat saya
berkeliaran dalam pakaian sipil, melaporkan saya kepada salah
seorang opsir itu sebagai mata-mata," tutur Francois lebih
lanjut.
SETIAP penduduk Swiss sekaligus tentara, polisi, dan informan
untuk negerinya," perwira itu bercerita pada Francois, dengan
puas. Ia sendiri pengacara hukum dalam dunia sipil. "Untuk
banyak orang," ujarnya, "negara merupakan seteru yang harus
dilenyapkan. Tapi bagi kami negara adalah manifestasi individu.
Kami tak punya kepala negara, karena kami tak memerlukannya.
Tampaknya absurb juga mempercayakan pertahanan atau politik ke
tangan para pengejar karir."
Pada usia 20 tahun, setiap pria menghabiskan 17 minggu di kamp
latihan dasar. Kemudian pulang membawa semua perlengkapan,
termasuk bedil dan peluru. Kepercayaan yang diberikan untuk
perasaan tanggung jawab semacam itu memang terasa unik.
Setelah latihan, tentara dibagi dalam tiga kelompok. Dari usia
20 hingga 32 tahun dimasukkan kelompok Elite -- pasukan
pendadakan. Selama 12 tahun itu setiap prajurit menjalani
delapan kali latihan. Tiap latihan makan waktu tiga minggu. Ada
juga latihan menembak tahunan dan pemeriksaan senjata serta
perlengkapan perang.
Dari usia 33 sampai 42 tahun, mereka dimasukkan kelompok
Landswehr. Kesatuan ini ditempatkan di perbatasan, kamp dan
lubang perlindungan. Menjalani tiga periode dinas, masing-masing
dua minggu. Dari usia 43 hingga 50 tahun, setiap penduduk
mengikuti Landstrum selama dua pekan. Kesatuan ini lebih
bersifat Garda Nasional .
Pada usia 50 tahun (55 untuk perwira), setiap prajurit
meletakkan senjata melalui sebuah upacara. Tapi tidak berarti
langsung berpangku tangan dalam ihwal hankam. Mereka terjun ke
dalam barisan pertahanan sipil.
Banyak penduduk yang berterus terang menikmati dinas militernya.
Umpamanya Urs Ramel, 35 tahun, ayah dua anak, dokter gigi di
Emmen, dekat Lucerne. Dalam milisi ia dipercaya sebagai
penerbang pesawat pemburu .
Pengalaman terbang pak dokter ini tak bisa diremehkan. Pernah
lepas landas dari lapangan mobil. Juga menyuruk bersama
pesawatnya di bawah jembatan dengan kecepatan 150 mil per jam.
"Kadang-kadang saya bingung memilih antara pekerjaan dokter gigi
dan penerbang," katanya lalu.
Ia membuat perbandingan yang menarik. "Di ruang praktek dokter,
tanggung jawab saya hanya meliputi beberapa meter persegi. Bila
saya terbang, tanggung jawab itu meliputi ratusan mil persegi."
Terbangdi kawasan ini memang membutuhkan ketrampilan istimewa.
Seorang pilot harus mampu meluncur di sela-sela puncak Alpen
yang runcing dan berkabut, melintasi negeri itu dalam waktu tak
sampai tujuh menit dengan kecepatan supersonik, kemudian
mendarat di lapangan yang sangat sempit. "Ketika pilot-pilot
Inggris mengantarkan pesawat pemburu Hunter yang kami beli dari
mereka," tutur Ramel, juga dengan bangga, "mereka tak berani
mendarat di lapangan terbang militer kami."
Dalam skuadron Ramel, tiga dari setiap 12 pilot adalah amatir.
Tujuh di antaranya direktur dari penerbangan niaga Swissair. Dua
pilot berkualifikasi penerbang uji-coba. Dalam pesawat Ramel
terdapat seorang biolog dan seorang mahasiswa.
Dari 600 pilot yang menerbangkan 350 pesawat militer Swiss,
hanya 200 penerbang tetap. Kemudian 280 penerbang jet niaga
Swissair. Sisanya polisi, mahasiswa, bahkan petani. Padahal
pesawat militer mereka terbilang mutakhir. Ada Mirage Prancis,
Tiger Amerika dan Hunter Inggris.
"Tradisi militer negeri ini memang panjang," kata Francois
Hauter. Pada abad XIII Swiss dibangun di sekitar tiga canton:
Uri, Schwytz dan Unterwald. Para petani pegunungan bergabung
dengan kekuatan bersenjata untuk melindungi diri dari penyerbu
asing. Pertikaian dalam negeri teduh melalui perdamaian, disusul
peletakan hukum pada 1393. Dan prinsip-prinsip itu masih berlaku
hingga Swiss masa kini -- dengan 26 canton dan empat bahasa
pengantar yang berbeda.
ORANG Swiss terkenal pula sebagai tentara sewaan. Adalah Garda
Swiss yang menjaga keamanan Vatikan dan Paus, sejak 1505.
Kewaspadaan mereka tinggi. Pengalaman mereka bermukim di jalan
lintas Eropa membuat mereka selalu curiga terhadap orang asing.
Pegunungan Alpen dalam pada itu merupakan kubu perlindungan
alamiah untuk penduduk negeri itu. Mereka mengubah perut gunung
itu menjadi gudang raksasa. Di situ tersimpan 650 ton bahan
makanan, yang diperbarui tiap dua tahun sekali. Bahan bakar
cadangan tersedia untuk enam bulan bagi pemakaian normal.
Terdapat 250 ribu jenis perlengkapan dalam 600 instalasi bawah
tanah.
Di bawah tanah itu juga terbentang 80 km jalan, menembus gunung
dan bukit batu. Beberapa bagian jalan bisa dilalui dua truk
bergandengan. "Pos komando di bawah tanah itu mirip ruang
kontrol NASA," kata Francois Hauter.
Bahkan beberapa lapangan terbang militer dibangun di bawah
tanah. Menara pengawasnya didirikan di sela bukit. Selain radar,
lapangan ini menggunakan periskop yang biasa dipakai kapal
selam. Para penerbang berada setengah mil di perut gunung. Jalan
ke runway dilindungi oleh pintu-pintu berlapis.
M. Reyman, pengacara hukum terkenal di Jenewa yang diserahi
tanggung jawab memimpin hansip kota besar itu, sempat melagak di
depan Francois. "Mao Zhedong berkata, ia membangun Cina kedua di
bawah tanah. Dia betul. Kami juga membangun Swiss kedua di bawah
tanah."
Untuk gua-gua militer saja, pemerintah Swiss mengeluarkan tak
kurang dari 5 milyar frank. Belum lagi ongkos untuk perlindungan
nuklir bagi warga negaranya. Padahal selama Perang Dunia II
negeri ini cuma kejatuhan bom 120 biji. Sedikit.
Lalu, untuk apa semua tindakan berjagajaga itu? "Dalam Perang
Dunia I, satu penduduk sipil terbunuh dari setiap 20 serdadu,"
kata Direktur Pusat Latihan Hansip. "Dalam Perang Dunia II,
jumlah orang sipil yang tewas sama banyaknya dengan tentara. Di
Vietnam jumlah penduduk sipil yang mati 20 kali lebih banyak
dari serdadu. Nah, kami hitung-hitung, dalam perang nuklir yang
akan datang, seratus kali lebih banyak orang sipil yang akan
tewas ketimbang tentara. Maka patut juga rasanya berjaga-jaga."
Hansip Swiss meliputi 450 ribu pria dan 23 ribu wanita
sukarelawan. Setelah berusia 50 tahun, setiap kawula mengikuti
program latihan 5 hari ditambah dua hari pada tiap tahun
berikutnya. Setiap rumah baru harus dilengkapi ruang
perlindungan. Di bawah tanah terdapat rumah sakit dengan 70 ribu
tempat tidur.
Lebih separuh dari 200 ribu lubang perlindungan di seluruh
negeri itu milik perorangan dan keluarga. Beberapa di antaranya
sangat luas. Terowongan di Sonnenberg, umpamanya, dirancang
untuk ribuan orang Swiss yang bermukim di sekitar danau di
Kanton Keempat.
Pemerintah menganjurkan setiap rumahtangga menimbun cadangan
bahan makanan. Ukuran rata-rata sekitar 14 kg untuk tiap orang
selama dua pekan. Di Jenewa mereka sudah merancang sebuah lubang
perlindungan untuk menyelamatkan benda kesenian kota tersebut,
mulai pintu katedral sampai koleksi pribadi.
"Swiss adalah satu-satunya bangsa Eropa yang sungguh-sungguh
bersiap untuk perang yang akan datang," kata Francois Hauter.
Meski begitu, perwira profesional mereka hanya segelintir.
"Untuk kami," ujar seorang penduduk, "perang adalah sesuatu yang
terlalu penting untuk diserahkan hanya kepada kaum militer."
Tapi para amatir pun memiliki tradisi sendiri. Mereka, misalnya,
bersantap malam secara tetap di Kastil Colombier, beberapa km
dari Neuchatel. Di dinding tergantung benda-benda perang
peninggalan para leluhur, perisai dan pedang bersilang. Semua
relik itu mendapat penghargaan tinggi. "Swiss memilih netralitas
karena kami sangat mencintai perang dan senjata," ujar seorang
sosiolog Jenewa.
Masa dinas yang bersih di lapangan militer merupakan pertolongan
dalam mendaki karir. Lihatlah buku Who's Who Swiss: banyak
bankir dan tokoh bisnis besar berasal dari perwira senior. Karir
klasik berkisar di sekitar bisnis, politik dan militer.
Dalam bisnis, orang Swiss yang berbahasa Jerman lebih
berdisiplin dan bersemangat ketimbang Swiss yang berbahasa
Prancis. Itu pula sebabnya mereka lebih banyak mencapai pangkat
militer yang tinggi. Kadang-kadang timbul juga sedikit cekcok di
antara penduduk yang terbagi dalam empat bahasa pengantar ini.
Meski demikian "Swiss tak tampak seperti negeri serdadu," kata
Francois. Bern adalah salah satu dari sangat sedikit ibukota di
dunia yang tidak mempunyai lapangan terbang. Penduduknya
membanggakan hal ini -- dan menikmati hidup mereka yang bersih
dari hingar-bingar. "Segala-galanya di kota tua ini menghimbau
nostalgia masa lampau." Di jendela-jendela rumah dipajang
beruang-beruangan dan boneka William Tell yang dibuat dari
cokelat.
Tapi mengkritik tentara hampir merupakan pantangan di Swiss.
Swiss adalah satu-satunya negeri Eropa yang tidak memberi
kesempatan penduduknya melawan hukum sipil. Penjara dijanjikan
bagi para pembangkang jenis ini. Kendati negeri itu menjadi home
base hampir semua organisasi pembela hak-hak asasi tingkat
dunia, Swiss sendiri tak ikut menanda-tangani Konvensi Eropa
tentang Hak-hak Asasi Manusia.
Bisa dipaham: sejak 1945 negeri itu memenjarakan sekitar 400
pembangkang setiap tahun. Mereka juga menolak sertifikat
berkelakuan baik - yang memungkinkan seseorang bisa mencari
nafkah sebagai sopir taksi, pemilik restoran atau pekerjaan
lain.
Beberapa pamflet antitentara pernah juga dipergoki di Jenewa.
Tapi ramalan Lenin, yang ketika berada di negeri itu mengatakan
Swiss bakal menjadi titik awal revolusi dunia, ternyata tak
terbukti sampai sekarang. Seorang mahasiswa yang "ingin mengabdi
tanah air tanpa menyandang senapan," baru-baru ini dikirim ke
penjara selama enam bulan.
Umumnya penduduk terbagi dalam lima klub. Klub olahraga, paduan
suara, militer, politik, dan klub menembak. Pada Sabtu dan Ahad,
dari Basle sampai Zermatt suara tembakan terdengar di sekitar
3000 lokasi. Senjata dan peluru disediakan Angkatan Bersenjata.
Para penembak jitu selalu dielu-elukan penduduk kampung.
Tentara memberi latihan menemba kepada setiap pemuda yang sudah
menginjak usia 16 tahun. Separuh dari jumlah remaja Swiss
--sekitar 35 ribu -- mengikuti kursus menembak pendahuluan.
Sebagian besar mereka mempersiapkan diri bergabung dengan
kesatuan pegunungan, salah satu pasukan elite Swiss yang sering
dibandingkan dengan marinir Amerika Serikat. Berbicara dari
sebuah gubuk, 10 ribu kaki di atas Alpen, seorang prajurit muda
berbangga: "Kami sudah membuat Hitler ketakutan. Ia tak berani
melancarkan blitzkrieg sampai ke mari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini