Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bagi sebagian orang, kopi bisa memicu gatal-gatal hingga bengkak pada tenggorokan. Kondisi ini dikenal dengan sebutan alergi kopi, atau alergi kafein. Selama diminum secara moderat, kafein tidaklah berbahaya. Kebanyakan orang dapat mengonsumsi kafein hingga 400 miligram per hari. Namun untuk orang yang sensitif, minum kopi sedikit saja bisa memicu gejala yang tak mengenakkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alergi kafein terjadi ketika sistem kekebalan tubuh keliru menganggap kafein sebagai zat berbahaya. Tubuh pun akan melepas antibodi ke aliran darah, yang bertugas melawan serangan kafein. Inilah yang pada akhirnya memicu reaksi peradangan pada tubuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gejala alergi kopi dapat muncul segera atau berjam-jam setelah Anda mengonsumsi zat ini. Secara umum, keluhan yang timbul bisa berupa ruam kulit, rasa gatal, biduran, bengkak, gangguan kecemasan, sakit dada, keringat dingin, kelelahan, sakit kepala, jantung berdebar-debar, dan nyeri otot.
Meski jarang terjadi, alergi kafein dapat pula menyebabkan anafilaksis atau reaksi alergi berat yang mengancam jiwa, yang harus segera mendapatkan penanganan medis agar tidak berujung fatal. Gejala-gejala anafilaksis bisa meliputi bengkak yang parah pada mata, bibir, wajah, dan lidah; sulit bernapas dan berbicara; mengi, yakni ada bunyi ‘ngik’ di tiap tarikan napas; batuk; mual dan muntah; sakit perut; detak jantung yang cepat; pusing; lemas; sampai penurunan kesadaran.
Namun, perlu diingat bahwa alergi kafein dan sensitivitas kafein adalah dua hal yang berbeda. Seperti yang telah dijelaskan di atas, alergi kopi disebabkan oleh kesalahan sistem kekebalan tubuh. Sementara sensitivitas kafein dipicu oleh faktor genetik atau ketidakmampuan hati untuk menyerap kafein.
Ketika seseorang mengalami sensitivitas kafein, menyeruput kopi sedikit saja dapat membuat adrenalinnya terpacu kencang. Kondisi ini seolah-olah ia telah meminum enam cangkir kopi. Gejala sensitivitas kafein dapat berupa detak jantung yang kencang, sakit kepaal, gugup, gelisah, gangguan kecemasan, insomnia atau gangguan tidur. Walau mengganggu, gejala-gejala sensitivitas kafein termasuk ringan dan tidak memiliki efek yang signifikan terhadap kualitas hidup Anda. Beda halnya dengan alergi kafein yang berdampak terhadap kesehatan fisik maupun mental penderitanya.
Alergi kafein sulit terdiagnosis karena kondisi ini termasuk jarang terjadi. Dokter akan melakukan tes kulit untuk mendeteksi apakah Anda benar-benar memiliki alergi ini. Pada tes kulit, dokter akan menaruh sedikit alergen pada lengan Anda. Jika muncul ruam, Anda bisa dipastikan memiliki alergi kafein.
Sama seperti alergi lainnya, penanganan alergi kafein yang utama adalah untuk meredakan gejala yang muncul. Di samping menghindari asupan berkafein, mengobati alergi kopi bisa dilakukan dengan mengonsumsi obat antihistamin. Obat ini dapat membantu meredakan gatal, bengkak, dan biduran. Sedangkan pada orang yang mengalami anafilaksis, dokter akan memberikan suntikan epinepherine untuk menghentikan gejala alergi yang parah.