Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perhelatan-perhelatan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
SEPANJANG 2015, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendanai peristiwa-peristiwa kebudayaan yang cukup besar. Dari ditunjuknya Indonesia sebagai tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair, Festival Film Indonesia, sampai Kongres Kesenian Indonesia.
Banyak polemik menyertai perhelatan itu. Kongres Kesenian Indonesia, misalnya, dianggap beberapa kalangan hanya seremonial. Mereka pesimistis terhadap hasil kongres. Sebab, selama ini kesenian banyak tumbuh di luar perhatian dan dukungan negara. Banyak festival, pameran, dan jaringan kesenian muncul sama sekali tanpa bantuan negara.
Namun Kementerian berjanji mulai tahun ini akan memberi perhatian terhadap gerakan-gerakan kesenian. Juga terhadap gerakan seni kontemporer. Selain itu, Kementerian berjanji mengawal rekomendasi kongres.
Janji Menteri Anies di Kongres Kesenian Indonesia 2015
KONGRES Kesenian Indonesia 2015 berlangsung pada 1-5 Desember di Bandung, dihadiri 500 seniman. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menyerahkan kongres diurus para seniman. Dia berjanji akan mengawal usul para seniman.
Di akhir kongres, para seniman merekomendasikan sembilan poin untuk seni Indonesia, antara lain adanya kemungkinan undang-undang kesenian, pemetaan data ekosistem kesenian, dan infrastruktur seni. Anies menyatakan akan terus mengecek rekomendasi tersebut setiap tahun tanpa menunggu kongres selanjutnya.
Goenawan Mohamad dan Tamu Kehormatan Frankfurt Book Fair
PADA pembukaan Frankfurt Book Fair, 13 Oktober lalu, di depan masyarakat perbukuan dunia, Goenawan Mohamad membacakan kisah Malang Sumirang. Tahun 2015 ini Indonesia menjadi ehrengast alias tamu kehormatan. Goenawan ditunjuk sebagai Ketua Komite Nasional. Ia menggantikan Agus Maryono, yang sudah bekerja sejak 2013 tapi mengundurkan diri. Waktu yang singkat dan kekakuan birokrasi merupakan hal besar yang harus diatasi timnya.
Paviliun Indonesia seluas 2.500 meter persegi berhasil memikat pengunjung. Bertema "17.000 Islands of Imagination", selain memamerkan buku-buku terjemahan ke bahasa Jerman dan Inggris, tim menggelar pentas, diskusi, serta sajian kuliner pada 14-18 Oktober. Selama acara, di beberapa museum, galeri, dan kafe di Frankfurt juga diadakan acara serupa. Bahkan di luar Frankfurt, seperti Hamburg dan Berlin.
Suksesnya penyelenggaraan paviliun kehormatan Indonesia mempengaruhi penjualan copyright buku-buku Indonesia. Ada sekitar 20 penerbit Indonesia yang membuka stan di Frankfurt Book Fair 2015. Dan, selama tiga hari itu, untuk pertama kalinya copyright mereka dibeli penerbit luar.
Eksperimen Sardono di Pabrik Gula Colomadu
MAESTRO tari Sardono W. Kusumo membuat pentas bertajuk Fabriek Fikr pada 20-22 November lalu. Sardono menjadikan Pabrik Gula Colomadu di Solo sebagai panggung pertunjukannya. Sejumlah seniman, seperti Rahman Sabur, Otto Sidharta, Toni Broer, dan sastrawan Sapardi Djoko Damono, turut terlibat.
Pertunjukan Sardono membawa penonton menyusuri anatomi pabrik yang hancur, terbengkalai, dan sehari-hari dianggap angker. Pabrik ini merupakan tonggak awal industrialisasi di tanah Jawa yang dibangun oleh Mangkunegara IV. Toni Broer, aktor dari Bandung, dalam pentas itu secara berani berjalan di ketinggian kurang-lebih 25 meter tanpa pengaman apa pun. Dan, dari atas, ia menumpahkan cat pada kain-kain panjang putih yang terjuntai ke bawah.
April
September
Oktober
Kolaborasi Rimini Protokoll, Berlin, dan Teater Garasi, Yogyakarta
November
Penghargaan Sang Hyang Kamahayanikan untuk Nigel Bullough
Penghargaan Akademi Jakarta untuk Ali Audah
Desember
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo