Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Serba Dikontrakkan

Bengkulu, ibukota propinsi masih belum dibenahi. berbagai masalah, al: sampah, lalu lintas dan pasar minggu baru yang keadaannya tidak memenuhi syarat sebagai pasar. los yang dijadikan tempat tinggal.

24 Desember 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBAGAI ibukota propinsi, Bengkulu tampak masih belum dibenahi secara rapi. Bukan saja masalah sarnpah masih brserakan bahkan sampai di jalan-jalan protokol walaupun urusan sampah ini sudah dikontrakkan kepada swasta. Tapi juga kekusutan lalu lintas yang cukup bukan main. Macam-macam saja yang diduga orang penyebab kekacauan lalu-lintas itu. Dapat saja karena jalan-jalan yang masih serba sempit, antara 4 hingga 6 meter saja. Tapi bis-bis antar kota yang masih mendengus-dengus menyusuri jalan dalam kota mencari penumpang juga dipandang sebagai penyebab. Walaupun sejak beberapa waktu lalu sebuah ketentuan dikeluarkan bahwa kendaraan-kendaraan besar itu hanya boleh menaikturunkan penumpangnya di terminal. Para pengemudi taksi kota pun merasa disaingi. Pihak Polantas tak begitu menghiraukan hal ini barangkali karena terminal itu juga sudah dikontrakkan kepada pihak swasta. Tak hanya soal sampah dan terminal yang dikontrakkan. Namun juga Pasar Minggu Baru yang usianya memang masih baru itu dan dibangun dengan biaya ratusan juta. Di tempat belanja ini bukan hanya penempatan para pedagang campur aduk. Misahlya los daging dan ikan berhadap-hadapan dengan pedagang kain dan minuman. Lalu juga, lebih-lebih di musim penghujan seperti sekarang, keadaan dalam pasar seperti sawah. Air menbenang di mana-mana. Walaupun demikian suasana pasar toh tetap ramai, karen rupanya tak ada tempat belanja lain. Mungkin karena pihak Kotamadya Bengkulu hanya merasa punya hak untuk memungut sewa dari kontraktornya, sehingga semakin banyaknya los-los dijadikan sebagai tempat tinggal tetap, juga tak menarik minatnya untuk melakukan penertiban. Ada memang Walikota Syaffiuddin mengeluarkan larangan tentang itu, nyatanya penghuni tetap itu bertambah juga. Dan bawahan walikota pun hanya tinggal ongkang-ongkang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus