SEJAK 1956 Propinsi Aceh dijadi kaum daerah istimewa. Luasnya
sekitar 55.390 KmÿFD? terdiri dari 8 kabupaten dan 2 kotamadya,
yaitu Banda Aceh dan Sabang. Penduduk Aceh sekalang tercatat
sekitar 2¬ juta jiwa. Jumlah penduduk wanita dengan pria tak
menyolok. "Mungkin karena dulu wanita-wanita di Aceh juga
terlibat dalam perang" kata Muhammad Hasan Basry SH. Tak
diperincinya perbandingan itu. Tapi Sekwilda Aceh ini
bertutur, "karena peristiwa demi peristiwa yang pernah
terjadi di Aceh menyebabkan orang di daerah ini nyaris habis."
Ya. Tentu karena latar belakang daerah ini cukup pahit setelah
perang yang bertubi tubi. Oleh karena melihat daerah yang pernah
porak poranda itu, maka menurut Gubernur Muzakkir Walad
"sekarang kita baru menanamkan dasardasar - dan harus kokoh --
karena Aceh baru memulainya." Untuk itu, tambah Muzakkir, "baik
dalam Pelita I ataupun Pelita II pembangunan dititik-beratkan
pada perbaikan dan penyempurnaan prasarana ekonomi."
Dari pihak penduduk propinsi ini juga rupanya sudah cukup merasa
lelah melihat kekusutan-kekusutan yang pernah ada. "Sedangkan
dalam keadaan tenang sekarang, jalan Banda Aceh ke mari saja
masih payah, apa lagi kalau negeri kacau" kata seorang bekas
anggota DI/TII di Meulaboh. Begitu pula menurut seorang bekas
pemberontak di Lhok Seumawe? "lebih baik kita membangun, kalau
negeri dalam keadaan rusuh, mana bisa proyek gas alam berdiri di
Aceh Utara ini."
Rawankah
Tapi "bukan mudah membangun negeri yang pernah berantakan ini"
ungkap Hasan Basry. Masih banyak problemnya menurut Sekwilda
Aceh ini. Hanya katanya pula? dibanding 10 tahun laiu? sekarang
sudah berubah sekali daerah ini. Menurut seorang cendekiawan di
Banda Aceh juga di kalangan penduduk propinsi ini "ada perubahan
mental, kini lebih kAtis dan tak mudah dihasut." Benar atau
tidak pendapat ini, tapi memang kelihatannya penduduk di sini
terutama di pedalaman lebih rajin dan sibuk bertani.
Jadi, benarkah tak ada yang perlu dirawankan lagi di daerah ini?
Pangkowilhan I, Mayjen Mantik, awal bulan ini berkata "keamanan
di jajaran Wilayah I tetap dapat dipelihara." Tentang peristiwa
Arun (yang menewaskan 2 orang warga AS karena ditembak) menurut
Mantik "sedang dalam penyelidikan." Begitu pula soal penyebaran
pamllet gelap yang disita di daerah itu belum lama ini. Namun
demikian dalam pawai yang disertai sekitar 2.000 mahasiswa di
Kampus Universitas Darussalam 17 Nopember lalu ditampilkan juga
poster yang meminta kejelasan (clearence) pihak penguasa
mengenai (isyu) gerakan Aceh Merdeka.
Bahkan kabarnya ada sejumlah mahasiswa yang turun ke
daerah-daerah, terutama ke Pidie dan Lhok Seumawe untuk mengecek
langsung soal itu. Belum diketahui apa hasil pengecekan itu.
Namun memang ada atau hanya sekedar isyu belaka akan adanya
gerakan-gerakan gelap itu, yang pasti di belakang sana rakyat
Aceh sudah tak ingin lagi membakar daerah mereka sendiri.
Anak-anak tak ingin jadi yatim, sementara para ibu bapak tak mau
lagi kehilangan salah seorang anggota keluarga mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini