Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Setelah Kemenangan Bibi Suu Kyi

Aung San Suu Kyi panen besar suara dalam Pemilihan Umum Myanmar. Partai pemerintah yang didukung junta militer kalah. Tapi jalan Suu Kyi menjadi presiden masih berat. Ikuti reportase Tempo dari pemilu Myanmar.

7 Desember 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Aung San Suu Kyi mencium kertas suara berwarna kuning. Pemimpin partai oposisi Myanmar, National League for Democracy (NLD), itu baru saja keluar dari bilik suara untuk mencoblos. Setelah itu, anak pahlawan nasional Burma, Jenderal Aung San, tersebut merunduk, memasukkan surat suara ke kotak. Hari itu merupakan hari bersejarah buat Suu Kyi dan Myanmar. Sebab, itulah pemilihan umum yang terbuka dalam 25 tahun terakhir selama pemerintahan militer di Myanmar.

Suu Kyi memberikan suaranya di tempat pemungutan suara di gedung sekolah dasar, Bahan Township Primary School, Yangon, pada Ahad pekan pertama November lalu. Gedung sekolah itu tak jauh dari rumah Suu Kyi di University Avenue Road, Bahan Township. Seperti banyak bangunan pemerintah di Myanmar, bangunan sekolah itu menggunakan cat dominan hijau, warna yang disukai junta militer Myanmar. Lokasi ini berada sekitar lima kilometer dari jantung kota atau sekitar 20 menit perjalanan mobil dari Pagoda Sule, landmark Yangon.

Peraih Nobel Perdamaian itu tiba di tempat pemungutan ketika hari masih pagi bersama pengawalnya, menaiki Mitsubishi Pajero putih. Ia anggun, mengenakan longyi, baju tradisional Burma, dengan atasan merah marun dan rok panjang putih. Rangkaian bunga putih dan merah menghiasi rambut Suu Kyi yang diikat ke belakang. Setelah memberikan suara, ia meninggalkan lokasi. Para pendukung mengelu-elukannya, "Daw Suu." Daw artinya bibi, panggilan hormat di Myanmar. Suu Kyi menjawab mereka dengan senyum.

Suara yang diberikan Suu Kyi hari itu telah mengubah sejarah Myanmar. Dukungan suara buat Suu Kyi secara nasional luar biasa besar. Hasil akhir penghitungan suara yang dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum Myanmar menyatakan Partai National League for Democracy yang dipimpin Suu Kyi menang.

Parlemen Myanmar memiliki dua kamar, Majelis Tinggi dengan 244 kursi dan Majelis Rendah dengan 440 kursi, sehingga total 664 kursi. Konstitusi Myanmar menyebutkan 25 persen atau 56 kursi Majelis Tinggi dan 25 persen yang setara dengan 110 kursi di Majelis Rendah otomatis menjadi jatah militer. Jika pemilu berlangsung normal, kursi parlemen yang diperebutkan melalui pemilu berjumlah 498. Namun pemilu di tujuh daerah dibatalkan dengan alasan keamanan sehingga kursi parlemen yang dipertandingkan di pemilu tersisa 484.

Partai milik Suu Kyi mendapatkan suara 390 kursi parlemen, sedangkan Union Solidarity and Development Party, partai pemerintah yang didukung militer, memperoleh 41 kursi. Kini proses politik setelah pemilu masih berlangsung di Myanmar. "Pemilu berhasil berkat rakyat yang berdisiplin, berani, dan sangat antusias. Ini pantas dipuji di seluruh dunia," kata Suu Kyi.

Sebanyak 30 juta orang yang terdaftar sebagai pemilih menggunakan hak suaranya dalam pemilu. Pada 1990, NLD berhasil menang dalam pemilu. Tapi pemerintah yang dikuasai militer menolak hasil kemenangan NLD dan mencengkeramkan kekuasaannya. Dalam pemilu kali ini, suara pendukung Suu Kyi tak terbendung. "NLD..., NLD...," pekik pendukung di lokasi Suu Kyi memilih.

Ratusan orang berkerumun di lokasi itu. Laki-laki Myanmar bersemangat datang ke tempat pemungutan suara mengenakan pakaian tradisional sarung. Kaum perempuan mengenakan longyi dengan wajah menggunakan thanaka atau bedak. Seorang dari kerumunan itu adalah Wyine Myat Noe Maung. Mahasiswi Jurusan Bahasa Inggris Universitas Dagon Yangon ini datang dari rumahnya di Yenkin Township. Tempat tinggal Wyine berjarak sekitar 10 menit dengan kendaraan bermotor dari lokasi Suu Kyi memberikan suara.

Wyine datang satu jam sebelum Suu Kyi. Ia sengaja mengunjungi tempat itu untuk menyaksikan Suu Kyi pujaannya. "Saya mengagumi Suu Kyi karena dia kuat menghadapi rintangan," kata Wyine kepada Tempo. Wyine berharap Suu Kyi mampu membenahi kondisi negaranya. Ia ingin pendidikan maju dan rakyat Myanmar lebih sejahtera. Menurut Wyine, Myanmar akan lebih baik bila dipimpin Suu Kyi ketimbang pemerintah semimiliter saat ini.

* * * *

Siang hari setelah menggunakan hak suaranya, Suu Kyi bertandang ke wilayah basis pendukungnya di Kawhmu, Yangon. Ratusan pendukung menyambutnya. Suu Kyi datang ke tempat pemungutan suara yang menempati gedung sekolah berdinding kayu. Di dalamnya terdapat papan tulis dan kertas lusuh bergambar bocah menempel di dinding. Bilik suara disekat dengan anyaman bambu.

Untuk menjangkau Kawhmu, diperlukan waktu 90 menit berkendaraan mobil dari pusat Kota Yangon. Tempat itu berjarak sekitar 61 kilometer dari jantung Kota Yangon. Kawhmu merupakan daerah dengan banyak persawahan. Sejumlah pagoda berdiri di tengah persawahan dan permukiman. Banyak rumah penduduk berdinding bambu dan beratap daun kelapa. Ada juga yang beratap alang-alang. Pohon bambu dan kelapa tumbuh subur di pinggir jalan. Ada sungai mengalir.

Tiba di Kawhmu, Suu Kyi menemui petugas pemungutan suara. Mereka berbincang-bincang sekitar lima menit. Penduduk Myanmar, Mratt Kyaw Thu, mengatakan Kawhmu menjadi konstituensi kuat Suu Kyi karena dari kampung inilah leluhurnya berasal. "Nenek Suu Kyi yang bernama Suu dari etnis Karen pernah tinggal di Kawhmu," kata Mratt.

Petang hari seusai pemungutan suara, hujan deras mengguyur Yangon. Ribuan penduduk Yangon berkumpul di sekretariat NLD di Jalan Shwe Gon Taing, Yangon. Bocah, remaja, orang dewasa, hingga orang tua tumplek di sana. Mereka merayakan kemenangan NLD. Orang menyaksikan layar video besar yang menampilkan penghitungan suara setelah pemilu usai.

Layar menyajikan siaran Sky Net TV Channel, televisi milik pemerintah, tentang penghitungan suara secara langsung di sejumlah tempat. Mereka berdesak-desakan, menyanyikan jingle NLD berjudul NLD Pasti Menang. Mereka juga menari. "Hidup Aung San Suu Kyi," teriak ribuan pendukung NLD. Ini adalah ekspresi kegembiraan mereka terhadap hasil pemilu. Mereka bertahan hingga pukul sembilan malam di depan kantor NLD. Mereka membawa ­bendera NLD. Jalanan ditutup, sejumlah orang membagi-bagikan makanan dan air mineral.

Suu Kyi memegang peran kunci dalam kemenangan NLD. Dalam berbagai kesempatan, Suu Kyi menyerukan kepada rakyat Myanmar agar melihat partai, bukan dirinya. Suu Kyi menyampaikan hal ini dalam kampanye akbar di Thuwanna Pagoda, Yangon, Ahad sore sepekan sebelum hari pemungutan suara. Tempat Suu Kyi berkampanye adalah tanah lapang.

Ribuan orang memakai kaus NLD berwarna merah bergambar burung merak menari dan bintang warna putih. Lapangan menjadi merah. Di depan pendukungnya, ia menyerukan perubahan untuk Myanmar. Suu Kyi berpidato tanpa teks hampir satu jam di depan ribuan orang yang datang. Suu Kyi banyak menyebut kata demokrasi dan perubahan dalam kampanyenya. "Burma, demokrasi, demokrasi," ujar Suu Kyi.

Ma ei, penduduk Yangon, adalah satu di antara orang Myanmar yang datang dalam kampanye itu. Ia percaya Suu Kyi akan membuat perubahan untuk Myanmar. "Saya yakin Daw Aung Suu Kyi bisa menjadi presiden dan membawa perubahan," kata Ma ei.

Dalam tiga dekade terakhir, Suu Kyi telah berubah dari seorang istri dan ibu menjadi tokoh demokrasi. Ketika ia kembali ke Myanmar dari Inggris pada 1988 untuk merawat ibunya, Suu Kyi belum ada niat berpolitik. Toh, dia akhirnya bergerak demi membangun demokrasi di Myanmar, melawan penguasa militer.

Sebaliknya, penguasa militer berusaha menggambarkan Suu Kyi dengan citra yang kurang bagus. Dia digambarkan sebagai perempuan tradisional yang lembek dan tidak sejajar dengan laki-laki. Peran perempuan dalam politik di Myanmar dikesampingkan. Ini terutama terjadi selama pertengahan 1990-an .

Junta militer juga mencemooh Suu Kyi karena bersuamikan orang Inggris dan berpendidikan asing. Suu Kyi dianggap sebagai boneka Barat atau tidak nasionalis. Analis politik Claudia Derichs dan Mark R. Thompson mencatat bagaimana pers milik negara menyebut Suu Kyi sebagai Nyonya Michael Aris, bukan sebagai Ibu Suu Kyi. "Tapi misi junta gagal, rakyat melihat secara positif Suu Kyi sebagai perempuan pemimpin," kata Derichs.

Suu Kyi anak pahlawan kemerdekaan Myanmar, Jenderal Aung San, yang dibunuh tentara lawan politiknya pada Juli 1947. Suu Kyi lahir pada 19 Juni 1945 di ­Yangon. Pada 1960, Suu Kyi mengikuti ibunya, Khin Kyi, yang ditunjuk sebagai Duta Besar Myanmar di New Delhi, India. Suu Kyi menempuh pendidikan di Universitas Oxford, Inggris. Ia belajar filsafat, politik, dan ekonomi.

Di sana ia bertemu dengan Michael Aris dan belakangan menjadi suaminya. Suu Kyi menetap di Inggris untuk membesarkan dua anaknya. Dia kembali ke Yangon pada 1988 untuk merawat ibunya yang sedang kritis di rumah sakit. Waktu itu Myanmar mengalami pergolakan politik. Ribuan mahasiswa, buruh, dan biarawan turun ke jalan menuntut adanya reformasi.

Ketika itu Myanmar dipimpin diktator Jenderal Ne Win. Akibat menyuarakan demokrasi, Suu Kyi selanjutnya menjadi tahanan rumah selama 15 tahun. Suu Kyi, yang dikenal sebagai The Lady pada 1991, menerima penghargaan Nobel Perdamaian. Pada 2010, ia dibebaskan dari tahanan rumah.

Kini Suu Kyi berhasil menang dalam pemilu. Di tangannya, sejarah baru Myanmar bakal terukir. Suu Kyi berjanji membentuk pemerintahan rekonsiliasi sebagai dasar dari demokrasi. Ia tak takut pada konstitusi Myanmar yang menyatakan, bagi orang yang menikah dengan orang asing atau punya anak berkewarganegaraan asing, haram hukumnya menjadi presiden. Menurut dia, konstitusi bisa diamendemen. Kalaupun tidak bisa menjadi presiden, posisi Suu Kyi kuat karena NLD menang di parlemen. "Konstitusi bukan sesuatu yang kekal," kata Suu Kyi.

Shinta Maharani (Yangon)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus