Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Ribut-ribut di Natuna

Setelah lebih dari empat tahun berganti nama, dari Laut Cina Selatan menjadi Laut Natuna Utara, Cina mulai memprotes pengeboran minyak di perairan ini.

25 Desember 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KAWASAN Laut Natuna Utara kembali ramai setelah pemerintah Cina meminta Indonesia menghentikan pengeboran minyak dan gas alam di perairan tersebut. Cina menganggapnya bagian dari kawasan Laut Cina Selatan yang mereka klaim berdasarkan Nine-Dash Line, konsep yang tidak diakui Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kapal-kapal riset dan penjaga pantai Cina mondar-mandir di dekat lokasi pengeboran dan kapal patroli Indonesia bergantian menjaga daerah tersebut. Tak ada insiden hingga pengeboran selesai pada November lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun kehadiran Cina di Laut Natuna Utara kadang memicu insiden. Pertengahan November lalu, kapal penjaga pantai Cina memblokade kapal Filipina yang hendak menuju Ayungin Shoal, pulau dalam gugusan Kepulauan Spratly milik Filipina. Kawasan itu termasuk zona ekonomi eksklusif Filipina yang juga diklaim oleh Cina.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus