Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Siaga Satu buat Ibu

Aktivis PDI Perjuangan panik karena Megawati dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi. Anggota Dewan dilarang ke luar Jakarta.

7 Maret 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PESAN pendek itu dikirim serentak ke semua telepon seluler anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Dikirim Sekretaris Jenderal Tjahjo Kumolo, Kamis dua pekan lalu, pesan ditebar melalui SMS Center milik partai itu. Isinya gawat: sejak hari itu, semua legislator dilarang meninggalkan Jakarta.

Pada pesan juga disampaikan peringatan ”siaga satu” bagi semua anggota dan kader partai. Tanpa menyebutkan alasannya, pengirim pesan menyatakan, ”Ini menyangkut kehormatan dan harga diri lambang partai.” Kepada Tempo, yang mewawancarainya, Jumat pekan lalu, Tjahjo mengatakan, ”Kami yang mengirim pesan itu.”

Sebagian anggota Dewan dari Partai Banteng mengira pesan ”siaga satu” itu berkaitan dengan situasi politik yang memanas. ”Saya kira soal Front Pembela Islam,” kata Zainun Ahmadi, yang bertugas di Komisi Agama DPR. Pada Kamis itu beredar kabar, Front akan menggelar demonstrasi di Bundaran Hotel Indonesia esok harinya. Mereka mengancam hendak menggulingkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui ”revolusi” jika Ahmadiyah tak dibubarkan.

Dalam istilah militer, ”siaga satu” merupakan kesiagaan tertinggi. Senjata telah berisi peluru. Semua prajurit dilarang cuti dan meninggalkan pos masing-masing. Kira-kira dua pertiga pasukan biasanya sudah di lapangan. ”Saya kira SBY benar-benar mau digulingkan,” kata seorang anggota Fraksi PDI Perjuangan. Karena sulit menafsirkan isi pesan siaga satu tadi, para politikus mengecek kiri-kanan.

Jauh panggang dari api, pesan sama sekali tak berkaitan dengan rencana ”revolusi”. Pesan dikirim karena Megawati dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi untuk dimintai keterangan sebagai saksi dalam perkara cek pelawat yang ditebar setelah terpilihnya Miranda Swaray Goeltom sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada Juni 2004.

Mega dipanggil atas permintaan tersangka Max Moein, yang ditahan di Rumah Tahanan Salemba, Jakarta Pusat. Menurut pengacaranya, Petrus Selestinus, Megawati akan jadi saksi meringankan. Max merupakan anggota Komisi Keuangan Dewan periode 1999-2004.

Kabar pemanggilan Megawati oleh Komisi Pemberantasan Korupsi diterima para pengurus partai ketika mereka tengah menggelar rapat rutin, Kamis dua pekan lalu. Rapat dipimpin Megawati. Ketika seorang pengurus partai menyampaikan informasi itu, peserta rapat kaget. ”Apa relevansi saya,” kata Megawati, seperti ditirukan Tjahjo.

Megawati meminta pengurus partai mengecek kebenaran informasi. Sekitar pukul 16.00, Megawati meninggalkan kantor pusat partai menuju rumahnya di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta. Sampai di rumah, surat panggilan buat Megawati dari Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tiba. Megawati menyampaikannya kepada Tjahjo Kumolo. ”Cari apa kaitannya dengan saya,” kata Megawati.

Besoknya, rapat pengurus pusat banyak mendengarkan pendapat tim hukum. Ketua Departemen Hukum Gayus Lumbuun dan Trimedya Panjaitan memberikan banyak masukan. Gayus menyarankan partai aktif menemui Komisi Pemberantasan Korupsi dan menempatkan dugaan suap ini dalam bingkai hukum.

Partai menganggap pemanggilan ini politis. Itu sebabnya tim hukum merekomendasikan Megawati tidak memenuhi pemanggilan. Tim hukum memberi masukan agar Tjahjo Kumolo, yang juga Ketua Fraksi PDI Perjuangan 1999-2004, datang ke komisi antikorupsi mewakili Megawati. ”Pak Tjahjo lebih tahu dan lebih kompeten,” kata Gayus.

Hasil rapat bersama tim hukum ini kemudian disampaikan Tjahjo kepada semua pengurus pusat partai, anggota fraksi di Dewan, dan ketua pengurus daerah partai. Bentuknya pesan pendek melalui telepon seluler. Isinya, Megawati tak akan hadir memenuhi panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi, juga menyerukan kepada pengurus pusat dan anggota fraksi tidak meninggalkan Jakarta.

Tjahjo juga menyerukan kepada anggotanya agar tidak memberi pernyataan kepada media massa tanpa perintah Megawati. Pesan pendek Tjahjo pun memberi peringatan agar tetap menjaga keutuhan partai. Pesan itu menyatakan semua pengurus pusat partai dan anggota fraksi esoknya pukul 12.00 diundang rapat dengan Megawati.

Untuk pesan pendek yang dikirim Tjahjo ke pengurus daerah, ada modifikasi kalimat, yaitu seluruh struktur kepengurusan partai juga siaga satu di daerah masing-masing sembari menunggu instruksi Megawati. Dalam versi pesan pendek ini, Tjahjo meminta semua ketua cabang partai di Jakarta dan ketua pengurus partai tingkat Provinsi Banten ikut rapat bersama Megawati.

Rapat berlangsung tegang. Dalam rapat, sumber Tempo menyatakan, Megawati meradang dengan pemanggilan itu. Megawati tak lupa menumpahkan kesalnya kepada kader mereka. ”Pas terima (duit) diam saja. Begitu ada panggilan (dari KPK) baru lapor,” Mega menggerutu seperti ditirukan sumber tadi. Kepada Tempo, Megawati tak mau bicara. Dicegat seusai rapat di kantor pusat partai, Jalan Lenteng Agung, Kamis pekan lalu, ia mengabaikan pertanyaan.

Kepanikan di Jakarta merembet ke daerah. Sabtu itu kader Partai Banteng Gemuk ini dari berbagai daerah siap berangkat ke Jakarta. Kader di Jakarta pun siap melakukan demonstrasi besar-besaran. Ada cap jempol darah. Reaksi pendukung Megawati yang mengeras ini membuat pengurus pusat partai khawatir. Megawati tak ingin kader dan simpatisannya terpancing berbuat rusuh di Jakarta.

Seorang petinggi partai mengatakan jaringan intelijen partainya mendapat informasi, ada enam elemen di Jakarta yang siap mendompleng kedatangan pendukung Megawati. Kelompok ini, kata dia, akan memanfaatkan massa Partai Banteng untuk bikin huru-hara di Jakarta. Itu sebabnya, Megawati perlu membuat instruksi sendiri melalui SMS, dalam ejaan lama.

Tanpa diedit, bunyinya begini: ”Semua kekalahan suatu organisasi karena SDMnja TIDAK mengorganisir dirinja dengan baik. Baik itu artinja SOLID tidak mudah dipecah, tahu TUGAS nja, GOTONG ROYONG, terachir taat KOMANDO atau Aturan. Partai juga dapat menggerakkan massa rakyat dengan baik bukan RUSUH. Mari Kita Terus Menerus Tingkatkan Pemberdayaan Di Partai Dalam Segala Lini.” Tjahjo Kumolo menyatakan pesan ini dikirim Megawati melalui SMS center.

Sunudyantoro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus