Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RODA bisnis Muhammad Nazaruddin berporos di Tower Permai, Jalan Warung Buncit Raya 27, Jakarta Selatan. Gedung berlantai tujuh itu dominan dengan dinding luar kaca. Dari lantai enam, Bendahara Umum Partai Demokrat ini menjalankan perniagaannya. Aneka macam usahanya: dari bisnis batu bara hingga pengadaan alat kesehatan.
Sebelum masuk Dewan Perwakilan Rakyat sebagai anggota Komisi Hukum dan Hak Asasi Manusia, Nazaruddin memang pengusaha. Kini, selain sehari-hari mengurusi niaganya, ia berkantor di ruang 924 Gedung Dewan. Sayang, Nazaruddin seperti bermain misteri. Banyak pegawai di kantornya memiliki jawaban seragam. Dua hari bolak-balik mendatangi kantornya di Tower Permai, Tempo dihalangi sebelum masuk gedung. Seorang anggota satuan pengamanan menghardik, ”Tidak ada yang bernama Pak Nazaruddin di sini!” Di dada seragam petugas itu tertulis nama Teguh Kiswanto. Menjelang tenggat Jumat pekan lalu, Nazaruddin malah menelepon Tempo. Sayang, tak satu pun keterangan yang ia berikan boleh dikutip.
Pusat usaha Nazaruddin di Warung Buncit itu jelas disebut Daniel Sinambela, rekan bisnis yang juga pengurus Partai Demokrat. Sempat bekerja sama dalam proyek pengadaan batu bara buat PT Perusahaan Listrik Negara, keduanya belakangan pecah kongsi hingga beperkara di polisi. Daniel kini ditahan Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya. ”Kami bersama-sama berkantor di gedung itu,” kata Daniel, yang ditemui Tempo, Rabu pekan lalu. Nuril Anwar, anggota staf khusus Nazaruddin di Dewan Perwakilan Rakyat, juga tak membantah bosnya berkantor di gedung itu. ”Kok, tahu Pak Nazar ngantor di situ?” katanya.
Sejak Nazaruddin diangkat menjadi Bendahara Umum Partai Demokrat tahun lalu, sejumlah berita miring menderanya. Tak lama setelah kongres partai itu di Bandung, Mei tahun lalu, ia dituduh melakukan pelecehan seksual. Laporan perkara ini pernah masuk Kepolisian Sektor Sukasari, Bandung. Nazaruddin membantah. Perkara ini tak jelas nasibnya hingga kini.
Tak berselang lama, Nazaruddin kembali jadi sorotan. Tapi kali ini soal adiknya yang disangka menganiaya Fujio Nipponsori, sopir pribadi. Sang adik juga anggota Dewan dari Partai Demokrat, yang duduk di Komisi Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi. ”Kami sedang menangani kasusnya,” kata Nudirman Munir, Wakil Ketua Badan Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis pekan lalu.
Meski merupakan elite Demokrat, suara Nazaruddin di Dewan tak pernah nyaring. Hampir tak ada pendapat atau pertanyaannya terekam di ruang-ruang sidang. Ketika Komisi Hukum Dewan menjadi pusat perhatian dalam isu Komisaris Jenderal Susno Duadji dan penyelamatan Bank Century, Nazaruddin bahkan tak muncul di sidang.
Nazaruddin sebelumnya aktif di Partai Persatuan Pembangunan. Ia bahkan pernah menjadi calon anggota Dewan untuk daerah pemilihan Riau pada 2004. Tapi suaranya tak cukup buat mengantarkannya ke Senayan.
Jalan Nazaruddin masuk panggung politik nasional, menurut sejumlah sumber, tak lepas dari andil Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Keduanya saling mengenal sejak sekitar 2004. Ketika itu, Anas menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum. Keduanya semakin dekat setelah Anas mundur dari Komisi Pemilihan Umum dan masuk Partai Demokrat pada 2005.
Setelah kongres di Bali pada 2005, yang memilih Hadi Utomo sebagai ketua umum, Anas ditunjuk menjadi ketua bidang politik. Nazaruddin juga masuk kepengurusan sebagai wakil bendahara. Dari delapan wakil bendahara di bawah Bendahara Umum Zaenal Abidin, Nazaruddin tercantum di nomor enam. Ketika dimintai konfirmasi soal perannya membawa masuk Nazaruddin ke Partai Demokrat, Anas membantah. ”Bukan karena saya, dia masuk sendiri,” katanya.
Karier Nazaruddin menanjak setelah Anas terpilih sebagai ketua umum dalam kongres partai di Bandung. Ia ditunjuk menjadi bendahara umum. Bisnisnya pun semakin yahud. Perusahaannya memperoleh proyek negara di sejumlah kementerian. Seorang sumber mengatakan Nazaruddin tak jarang membawa nama Anas guna melancarkan usahanya berburu proyek dari anggaran negara. Kepada Tempo, Anas menyatakan pernah mendapat informasi ihwal ini. Bekas Ketua Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam ini mengatakan pernah mengingatkan Nazaruddin. ”Dia bilang tidak pernah bawa-bawa nama saya,” ujar Anas. Menurut Anas, urusan bisnis koleganya itu bukan perintah partai dan bukan pula perintah ketua umum.
Salah satu proyek yang didapatkannya adalah pengadaan alat kesehatan di Kementerian Kesehatan. Juga pembangunan Laboratorium Bio Farma di Bandung. Untuk mengerjakan proyek-proyek itu, Nazaruddin memiliki sejumlah perusahaan, seperti PT Anugrah Nusantara, yang alamatnya ditulis di Tower Permai. Sejumlah proyek di Kementerian Pendidikan dan Kementerian Kesehatan dikerjakan Anugrah Nusantara.
Di Senayan, Nazaruddin mewakili daerah pemilihan Jember dan Lumajang, Jawa Timur. Lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bisnis Indonesia Jakarta 2004 ini sebenarnya tidak berasal dari wilayah itu. Tapi lazim, partai-partai menempatkan politikusnya buat merebut kursi di daerah-daerah. Nazaruddin lahir di Bangun, Simalungun, Sumatera Utara, 43 tahun lalu.
Soal pelbagai tudingan, ia tak mau berbicara terbuka. Alih-alih berbicara on the record, Nazaruddin malah mengutus Nuril Anwar, anggota staf khususnya di Dewan Perwakilan Rakyat, menemui Tempo. ”Pak Nazar tipe pekerja keras yang tak suka banyak omong,” kata Nuril. Soal sejumlah tudingan yang dialamatkan kepada Nazaruddin, ia menjawab, ”Tidak tahu.”
Sunudyantoro (Jakarta), Ahmad Fikri (Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo