Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Simpatisan dari Seberang

Perusahaan konsultan Think Big Indonesia memfasilitasi acara Prabowo. Dibantu bekas penasihat media George W. Bush.

30 Juni 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KENAL sejak 1978, baru tujuh tahun terakhir Ron Mueller akrab dengan Prabowo Subianto. Ron selalu diundang ke rumah Prabowo di Bukit Hambalang, Bogor, untuk merayakan tahun baru dan ulang tahun. Sebelum musim pemilihan umum, Ron hampir saban pekan bertemu dengan Prabowo. "Di sana makan-makan, rapat… bukan konsultasi politik, hanya diskusi biasa," kata Ron akhir Mei lalu.

Ron Mueller, 60 tahun, berkebangsaan Amerika Serikat. Ia lahir di Pekanbaru. Ayah-ibunya keturunan Belanda. Ia mengatakan dalam tubuhnya "juga mengalir darah Indonesia". Sebab, ia mengaku, salah seorang leluhurnya dari Sunda. Pada umur lima tahun, ia dibawa ke Amerika. Sembilan belas tahun tinggal di sana, Ron kembali lagi ke Indonesia pada 1973.

Ketika pertama kali kenal, Prabowo masih berpangkat kapten. Bersama adiknya, Hashim Djojohadikusumo, Prabowo sering nongkrong di restoran di Hotel Sari Pan Pacific Jakarta. Waktu itu, Ron manajer restorannya. Menurut Ron, Hashim sering ke sana untuk menemui Anie, kekasihnya, yang bekerja di Sari Pan Pacific di bagian hubungan masyarakat. Adapun Prabowo sering makan bersama Titiek Soeharto.

Kini Ron pemilik Papa Ron's Pizza. Di bawah bendera PT Eatertainment Indonesia, ia juga juragan restoran Amigos, yang menyajikan makanan Meksiko. Selain berbisnis makanan, ia penasihat senior di Think Big Indonesia, perusahaan konsultan strategi. Menurut Ron, Think Big didirikan pada Agustus 2013 bersama sejumlah rekannya yang juga karib Prabowo, di antaranya Dharmawan Ronodipuro dan Juke Sutarman.

Dharmawan pertama kali bertemu dengan Prabowo pada 1970, tahun pertama Prabowo di Akademi Militer. Mulanya ia hanya kenal Hashim, yang umurnya sebaya, di kelas III sekolah menengah pertama. Sedangkan Juke, mitra pelaksana Think Big, kenal Prabowo mulai awal 1980-an. "Waktu itu, Prabowo masih single," ujar perempuan ini awal Juni lalu.

Menjelang pemilihan umum, Think Big ikut mengkampanyekan Prabowo. Menurut Dharmawan Ronodipuro, juga penasihat senior Think Big, untuk melakukan pekerjaan tersebut, perseroan tak menerima bayaran sepeser pun dari Prabowo. "Kami simpatisan, sahabat Prabowo," katanya.

Pada Maret lalu, Think Big mempromosikan kalimat "I Love Prabowo". Teks tersebut terpampang pada kaus, topi, dan tas yang dibagikan kepada pendukung mantan Komandan Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat itu. Menurut Juke, gagasan dan biayanya berasal dari simpatisan. Begitu juga acara mempertemukan Prabowo dengan sejumlah perempuan pengusaha pada Juni 2013-sebelum Think Big terbentuk. "Pak Prabowo cuma kami minta supaya datang," ujarnya.

Acara bertajuk "Private Ladies Luncheon with Prabowo Subianto" itu bertempat di Hotel Intercontinental Jakarta Midplaza. Menurut Juke, undangan yang disebarkan sebenarnya cuma seratus, tapi yang datang membeludak hingga 160 orang. "Mereka ingin mendengar Pak Prabowo mempresentasikan visi-misi," katanya.

Visi-misi sebagai presiden itu pula yang disampaikan Prabowo ketika bertemu dengan puluhan koresponden media asing di Jakarta pada September 2013. Acara ini juga difasilitasi Think Big. Menurut Juke, dalam pertemuan itu Prabowo menjawab semua pertanyaan yang diajukan, termasuk tentang masa lalunya. "Semuanya on the record," ujarnya.

Panggung buat Prabowo tak selalu direncanakan jauh-jauh hari. Gagasan menjenguk Iqbal, bocah tiga setengah tahun yang diculik dan dianiaya kekasih ibunya, di Rumah Sakit Koja, Jakarta Utara, pada Maret lalu, terlontar ketika Ron, Dharmawan, dan Juke sedang bertamu ke Hambalang untuk suatu urusan. Ketika mereka sedang meriung dengan Prabowo, pembicaraan berbelok begitu saja ke kasus Iqbal.

Tiba-tiba, kata Juke, Prabowo mengatakan berniat menengok Iqbal. Salah seorang yang hadir dalam pertemuan itu kemudian berseru bahwa acara tersebut mesti diliput media. Prabowo, seperti ditirukan Juke, langsung menukas, "Ini bukan urusan politik. Ini soal kemanusiaan."

Keesokan paginya, Juke mengontak rumah sakit untuk memberitahukan kedatangan Prabowo. Agak siang, Prabowo mengunjungi Iqbal didampingi Ron dan Juke. Wartawan rupanya sudah menanti di sana. Di dalam bangsal Iqbal, kata Ron, Prabowo bertanya siapa yang mengumpulkan media. Ron dan Juke menggeleng. Dokter rumah sakit kemudian menyarankan Prabowo keluar lewat pintu belakang bila enggan menemui jurnalis yang menunggu di depan pintu bangsal.

Keputusan Prabowo berbalik 180 derajat. "Biar saya temui wartawan," Juke mengucapkan kata-kata Prabowo. Karena dia bersedia menemui jurnalis, kata Juke, akhirnya berita kunjungan tersebut ditulis di mana-mana. Siapa yang mengumpulkan media terjawab belakangan. "Ternyata orang media Pak Prabowo yang memberi tahu wartawan," ujar Juke.

Think Big juga yang menghubungkan stasiun televisi Indosiar dengan Prabowo. Pada awal April lalu, Prabowo tiba-tiba muncul sebagai juri tamu acara Akademi Dangdut Indosiar. Menurut Juke, kemunculan Prabowo pada acara itu bukan atas inisiatif Prabowo, melainkan diminta Indosiar. "Kami sampaikan permintaan Indosiar, Pak Prabowo akhirnya mau."

Indra Yudhistira, Deputi Direktur Akademi Dangdut Indosiar, mengatakan menghadirkan tokoh yang sedang populer merupakan "tradisi" pada program-program besar di stasiun televisi itu. Pada masa kampanye, kata dia, Prabowo diundang ke Akademi. "Sebenarnya Joko Widodo juga diundang, tapi berhalangan hadir," ujarnya.

Peran Think Big ditengarai tidak hanya menyiapkan ajang bagi Prabowo. Seorang pengurus Gerindra mengatakan Think Big, yang berkantor di Pondok Pinang Center, Jakarta Selatan, juga menangani "tentara maya" Prabowo. Setiap hari puluhan orang bekerja meredam serangan terhadap Prabowo sekaligus menyerang balik kubu Joko Widodo. Mereka mengomentari setiap berita tentang kedua kandidat, mencuit di Twitter, dan muncul di Facebook.

Ron Mueller menyanggah kabar ini. "Enggak ada," katanya. Dia menegaskan, bantuan Think Big kepada Prabowo hanya menyelenggarakan acara. "Semacam event organizer," ujarnya.

Untuk memoles citra, Prabowo juga memakai tenaga Rob Allyn, pemilik Margate House, perusahaan film Amerika Serikat. Allyn dulunya pemilik perusahaan konsultan media Allyn & Co. Kliennya berasal dari berbagai negara. Di Amerika, antara lain, ia membantu George W. Bush ketika mencalonkan diri kembali sebagai Gubernur Texas. Allyn menjual perusahaannya pada 2007. Lima tahun kemudian, ia membentuk Margate House.

Allyn membantu Prabowo sejak 2009. Ron Mueller mengatakan beberapa kali bertemu dengan Allyn. "Kalau saya lihat, saran-sarannya bagus," kata Ron. Walau begitu, Ron menyebutkan tak mengetahui secara rinci bantuan Allyn buat Prabowo.

Di luar urusan pencitraan, Margate House bersama PT Media Desa Indonesia, milik Hashim Djojohadikusumo, membuat tiga film tentang perang kemerdekaan, yakni Merah Putih, Darah Garuda, dan Hati Merdeka, pada 2009-2011. Putri Hashim, Rahayu Saraswati, bermain di trilogi tersebut. Di Indonesia, Allyn juga menggarap film Java Heat, yang dibintangi aktor Hollywood, Mickey Rourke.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus