Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Stadion Dan 16 Tiang

Stadion ngurah rai di denpasar sedang diperbaiki dan belum menunjukkan tanda-tanda akan selesai menyebabkan sepinya kegiatan olah raga. gubernur bali sukarmen merasa heran. (kt)

4 Maret 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUDAH hampir 6 bulan tcrakhir ini, Kota Denpasar sepi dari kegiatan olahraga. Tak lain sebabnya: stadion Ngurah Rai, satu-satunya tempat kegiatan olahraga, sedang diperbaiki. Dan belum ada tanda-tanda, kapan akan selesai. Stadion ini berikut kegiatan-kegiatan di sekitarnya diurus oleh Yayasan Sarana/Prasarana Olahraga Bafi. Tak jelas apakah yayasan ini swasta atau semi pemerintah. Tapi ketuanya adalah staf ahli Kantor Gubernur Bali, Gde Subamia, bekas menteri di zaman orla. Yang pasti yayasan ini bertugas membangun dan memperindah stadion Ngurah Rai. Misalnya pagar stadion yang dulunya terdiri dari bekas drum aspal telah diganti tembok khas Bali, yaitu yang lazim dipakai untuk memagari pura atau bangunan suci lainnya. Sesudah itu yayasan membuat tribune di sebelah barat. Ini sudah rampung. Sulit mengingatnya berapa biaya yang telah dikeluarkan, karena dikerjakan sejak 2 tahun lalu. Bukan berarti tribune sudah selesai seluruhnya. Yayasan agaknya merasa malu karena tribune itu belum beratap. Maka Pemda Bali pun menlberikan biaya Rp 47 juta untuk atap itu, melalui anggaran 1977/1978. Untuk membuat atap tentu diperlukan tiang penyangga. Namun di sinilah letak ihwalnya: tiang itu ternyata terlalu banyah. Untuk jarak 50 meter telah dideretkan 16 tiang penyangga. "Ini sesuai dengan bestek," kata petugas Hutama Karya, pemborongnya. Tapi deng, yang sebanyak itu protes banyak dilontarkan karena pemandangan ke tengah lapangan akan banyak terhalang. Gubernur Bali Sukarmen yang belum lama ini diam-diam melihat stadion itu rupanya juga merasa heran. "Gubernur tidak setuju kalau tiang tribune itu tidak dihilangkan " ungkap drs. Wedagama Ketua Bappeda Bali. Maka jalan satu-satunya adalah merubah gambar dan menghilangkan tiang-tiang itu. Untuk itu disodorkan biaya Rp 37 juta. Tapi DPRD Bali yang hari-hari belakangan ini sedang sibuk mengatur anggaran kaget melihat angka itu. "Masak untuk membongkar tiang itu diperlukan biaya lebih dari « juta rupiah." komentar I Gusti Ngurah Sara, anggota Komisi D DPRD yang menangani masalah itu. Bupati Oka Jadi, dari mina biaya itu dapat di harapkan? Belum juga dapat dipastikan. Bupati Badung IDG Oka juga rupanya tak sudi membantu. "Itu bukan wilayah saya." ucapnya. Barangkali ucapan bupati itu karena melihat kekuasaan yayasan tadi amat "otomon" atas kawasan stadion yang arealnya mencapai 10 hektar itu. Termasuk memungut karcis pedagang-pedagang yang ada di sana setiap malam. "Uangnya tak ada yang masuk kabupaten tapi pedagang-pedagang itu mengeluh kepada saya," tutur Bupati Oka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus