Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemanis, apapun bentuknya, sejak lama dianggap tidak baik bagi kesehatan karena dikaitkan dengan penyakit obesitas, diabetes tipe 2, dan kardiovaskular. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa mengkonsumsi pemanis buatan dalam tingkat tinggi dapat meningkatkan risiko kanker.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari The Indian Express, pemanis buatan atau disebut sebagai siklamat terbukti meningkatkan kanker kandung kemih tikus. Namun, karena fisiologi manusia berbeda dengan tikus, studi observasional gagal menemukan hubungan antara pemanis dan kanker pada manusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penelitian PLOS Medicine pekan lalu membuktikan adanya hubungan pemanis dan kanker pada manusia. Menurut pengamatan terhadap lebih dari 100.000 orang, diketahui bahwa partisipan yang mengkonsumsi beberapa pemanis tingkat tinggi, ternyata ada sedikit peningkatan risiko pengembangan jenis kanker tertentu.
Peneliti meminta para partisipan untuk membuat catatan harian makanan mereka untuk menilai asupan pemanis buatan. Peneliti mengikuti setengah dari peserta selama lebih dari delapan tahun. Hasil studi tersebut melaporkan bahwa aspartam dan acesulfame K memiliki keterkaitan risiko kanker. Kedua bahan tersebut lebih spesifik meningkatkan kanker payudara dan kanker yang berkaitan dengan obesitas, seperti kanker kolorektal, perut, dan prostat.
Bagaimana pemanis meningkatkan risiko kanker pada manusia? Makanan yang mengandung pemanis meniru efek gula pada reseptor rasa kita. Peniruan tersebut memberikan rasa manis yang intens dengan tanpa atau sangat sedikit kalori. Beberapa pemanis terjadi secara alami, seperti stevia atau sirup yacon. Sementara itu, pemanis lainnya seperti aspartam adalah pemanis buatan.
Meski mengandung sedikit atau tidak ada kalori, pemanis tetap mempengaruhi kesehatan manusia. Contohnya, aspartam yang berubah menjadi formaldehida (karsinogen) ketika tubuh mencernanya. Hal tersebut berpotensi membuatnya terakumulasi dalam sel dan menjadi kanker.
Sel manusia dirancang untuk menghancurkan otomatis ketika mereka berubah menjadi kanker. Namun, aspartam telah terbukti mematikan fungsi gen yang bertugas memberi tahu sel kanker untuk melakukan penghancuran otomatis tersebut. Pemanis lain seperti sucralose dan sakarin juga telah terbukti merusak DNA. Hal tersebut dapat mengarah ke kanker.
Pemanis juga mempengaruhi bakteri di usus manusia yang berarti dapat merusak sistem kekebalan, hal ini berarti mereka tak lagi mampu mengenali dan menghilangkan sel kanker. Namun, masih belum jelas hasil dari eksperimen berbasis sel dan hewan ini. Belum diketahui bagaimana pemanis memulai atau mendukung perubahan sel kanker. Banyak dari eksperimen tersebut juga akan sulit untuk diterapkan di manusia karena jumlah pemanis diberikan dalam dosis yang jauh lebih tinggi daripada yang pernah dikonsumsi manusia.
Berdasarkan bukti saat ini, pemanis secara umum dapat mempengaruhi kenaikan berat badan. Studi baru-baru ini memperhitungkan indeks massa tubuh seseorang, terdapat kemungkinan bahwa perubahan lemak tubuh mungkin berpartisipasi pada berkembangnya banyak jenis kanker, tapi belum tentu karena pemanis itu sendiri.
Mereka yang mengkonsumsi pemanis buatan tingkat tertinggi, memiliki risiko terkena kanker sebesar 13 persen relatif lebih tinggi, dibandingkan mereka yang mengkonsumsi pemanis buatan dalam jumlah terendah dalam periode penelitian. Jadi, perbedaan tingkat risikonya hanya sedikit lebih tinggi bagi mereka yang mengkonsumsi pemanis lebih tinggi daripada yang mereka yang lebih rendah.
Hubungan antara pemanis dan kanker masih kontroversial. Namun, penting untuk mengetahui bahwa tidak semua pemanis bersifat sama. Pemanis seperti aspartam dan sakarin memang dapat dikaitkan dengan kesehatan buruk, namun berbeda dengan stevia dan xylitol.
Stevia merupakan hasil dari tanaman Stevia rebaudiana, yang telah dilaporkan khasiatnya untuk mengendalikan diabetes dan berat badan. Selain itu, stevia juga dapat menurunkan tekanan darah. Sementara, xylitol yang merupakan alkohol gula alami, juga dapat mendukung sistem kekebalan dan pencernaan.
Kedua pemanis tersebut juga telah terbukti melindungi gigi dari kerusakan, hal ini kemungkinan karena kedua bahan tersebut membunuh bakteri jahat di mulut. Jadi, hal penting yang perlu diingat adalah bukan jumlah pemanis yang dikonsumsi, melainkan jenis pemanis yang digunakan.
BERNADETTE JEANE WIDJAJA | THE INDIAN EXPRESS
Baca juga: 6 Pemanis Alami Pengganti Gula, Ada Sirop Maple dan Kurma
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.