HARI-hari di bulan April ini adalah hari-hari sukacita khususnya
bagi penduduk Kampung Padasuka, Bandung. Mereka tengah menikmati
suasana hidup baru.
Sehingga Ny. Supiati (38 tahun) seorang ibu dari delapan anak,
hampir sehari berada di corsen. Segar dan sejuk di situ, karena
corsen tak lain dari sebuah bak air untuk umum. Dan Emen,
sekretaris RW 07 di kampung itu bahkan bersorak, "Kami sekarang
mandi besar."
Kegembiraan mereka meluap. Sebab dulu mereka terbiasa antre
semalam suntuk sekedar mendapat air bersih 2-3 ember: Sekarang
dari sebuah sumur artesis sedalam 75 meter, mereka bisa
mengguyur diri sepuas-puasnya.
Kampung Padasuka adalah kampung pertama di lingkungan Kotamadya
Bandung yang mendapat prioritas perbaikan secara terpadu.
Sepuluh dari 20 RW di kawasan itu telah didandani dan dibenahi
sedemikian rupa dalam satu Proyek Pengembangan dan Sanitasi,
yang lebih populer dengan Proyek Dewi Sartika. Proyek ini
mencakup perbaikan kampung, pengelolaan sampah, pengadaan sarana
air minum dan MCK (Mandi, Cuci, Kakus), pembuangan air kotor dan
air hujan.
Pada tahap lanjut direncanakan proyek ini juga mencakup
pematangan tanah dan penyediaan rumah inti untuk 7.600 keluarga
di atas areal seluas 106 ha. Menmud Cosmas Batubara, 2 April
silam meresmikan proyek itu, satu hari sesudah Bandung
berulangtahun yang ke-75.
Sebenarnya di samping Padasuka, masih ada dua lingkungan lain
yang termasuk Proyek Dewi Sartika, yaitu Babakan Surabaya dan
Astanaanyar. Tapi Padasuka mendapat kesempatan pertama, karena
kampung dengan penduduk 29.270 jiwa itu merupakan daerah slum
yang terpadat dan mungkin juga terkotor.
Meskipun dilewati aliran Sungai Cidurian, tapi daerah itu
gersang. Delapan pabrik tekstil yang berukuran lumayan, memagari
kampung hingga menimbulkan pencemaran air dan udara. Sumber air
penduduk mengering, tersedot sumur-sumur artesis milik pabrik.
Sebaliknya jika hujan turun kurang dari satu jam saja, air
Cidurian meluap menggenangi Padasuka. Di saat hujan besar,
kampung itu biasa direndam air setinggi satu meter. Sekarang
dalam rangka Proyek Dewi Sartika, Cidurian dikeruk, dilebarkan
dan tebingnya ditinggikan. "Alhamdulillah sekarang tidak banjir
lagi," ujar Rivai Apin, 37 tahun, penjahit merangkap Ketua RT 07
RW 07.
Sampah
Padasuka yang selama ini selalu diselimuti sampah, juga mulai
dibersihkan. Penduduk dari setiap gang diwajibkan mengumpulkan
dan membawa sampah mereka sendiri ke tempat-tempat sampah di
pinggir jalan. Dari sini sampah itu diangkut mobil-mobil
kebersihan ke pembuangan di luar kota.
Rumah-rumah di Padasuka dibangun dengan saling berhimpitan
dinding. Umumnya terbuat dari bambu. Bencana kebakaran sudah
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari irama kehidupan di
kawasan itu. "Bila terjadi kebakaran, sangat sulit bagi kami
untuk mengatasinya," begitu kata Aradi, 52 tahun, Kepala Kampung
Padasuka. Itu tak lain karena jalan-jalan terlalu sempit, cuma
satu setengah meter, dan buntu. Sekarang jalan sepanjang 3000
meter sudah diaspal. Juga diperlebar jadi 4 meter. Anak-anak
yang tidak punya lapangan bermain kini tampak asyik main
kelereng di jalan yang mulus itu.
Dengan 26 MCK, sebuah sumur artesis, corsen di setiap RT dan
drainage sepanjang 3000 meter, kampung jadi tampak lain. Uum
Rukmana, 37 tahun, salah seorang penduduk di RT 04 RW 03 jujur
mengatakan bahwa ia tidak bisa membayangkan daerah ini bisa
resik seperti sekarang. "Soalnya kami sudah terbiasa dengan
banjir. Dan kalau buang hajat besar selamanya pergi ke kali,"
ujarnya tanpa malu-malu. Sekarang bukan saja banjir, jalan becek
pun tidak ada lagi melintang di depan rumah. Sayang listrik
belum masuk ke Padasuka.
Ketika proyek perbaikan kampung ini akan dimulai ada beberapa
gelintir penduduk yang membandel, tidak mau dibongkar bagian
rumahnya karena mengharapkan ganti rugi yang besar. "Toh
akhirnya mereka pasti merasa terpencil sendiri," kata Kepala
Kampung Padasuka.
Padasuka hampir saja memenuhi syarat sebagai daerah pemukiman
yang sehat. Jika proyek percontohan ini sukses, maka akhir
Pelita III nanti diharapkan sudah bisa diselesaikan proyek yang
sama di 200 kota di seluruh Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini