Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Suka ria di Padasuka

Kampung padasuka dikenal daerah terkotor di kodya bandung sekarang tampak resik. proyek dewi sartika yaitu perbaikan kampung dan sarana lainnya di bandung, padasuka mendapat prioritas pertama. (kt)

18 April 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HARI-hari di bulan April ini adalah hari-hari sukacita khususnya bagi penduduk Kampung Padasuka, Bandung. Mereka tengah menikmati suasana hidup baru. Sehingga Ny. Supiati (38 tahun) seorang ibu dari delapan anak, hampir sehari berada di corsen. Segar dan sejuk di situ, karena corsen tak lain dari sebuah bak air untuk umum. Dan Emen, sekretaris RW 07 di kampung itu bahkan bersorak, "Kami sekarang mandi besar." Kegembiraan mereka meluap. Sebab dulu mereka terbiasa antre semalam suntuk sekedar mendapat air bersih 2-3 ember: Sekarang dari sebuah sumur artesis sedalam 75 meter, mereka bisa mengguyur diri sepuas-puasnya. Kampung Padasuka adalah kampung pertama di lingkungan Kotamadya Bandung yang mendapat prioritas perbaikan secara terpadu. Sepuluh dari 20 RW di kawasan itu telah didandani dan dibenahi sedemikian rupa dalam satu Proyek Pengembangan dan Sanitasi, yang lebih populer dengan Proyek Dewi Sartika. Proyek ini mencakup perbaikan kampung, pengelolaan sampah, pengadaan sarana air minum dan MCK (Mandi, Cuci, Kakus), pembuangan air kotor dan air hujan. Pada tahap lanjut direncanakan proyek ini juga mencakup pematangan tanah dan penyediaan rumah inti untuk 7.600 keluarga di atas areal seluas 106 ha. Menmud Cosmas Batubara, 2 April silam meresmikan proyek itu, satu hari sesudah Bandung berulangtahun yang ke-75. Sebenarnya di samping Padasuka, masih ada dua lingkungan lain yang termasuk Proyek Dewi Sartika, yaitu Babakan Surabaya dan Astanaanyar. Tapi Padasuka mendapat kesempatan pertama, karena kampung dengan penduduk 29.270 jiwa itu merupakan daerah slum yang terpadat dan mungkin juga terkotor. Meskipun dilewati aliran Sungai Cidurian, tapi daerah itu gersang. Delapan pabrik tekstil yang berukuran lumayan, memagari kampung hingga menimbulkan pencemaran air dan udara. Sumber air penduduk mengering, tersedot sumur-sumur artesis milik pabrik. Sebaliknya jika hujan turun kurang dari satu jam saja, air Cidurian meluap menggenangi Padasuka. Di saat hujan besar, kampung itu biasa direndam air setinggi satu meter. Sekarang dalam rangka Proyek Dewi Sartika, Cidurian dikeruk, dilebarkan dan tebingnya ditinggikan. "Alhamdulillah sekarang tidak banjir lagi," ujar Rivai Apin, 37 tahun, penjahit merangkap Ketua RT 07 RW 07. Sampah Padasuka yang selama ini selalu diselimuti sampah, juga mulai dibersihkan. Penduduk dari setiap gang diwajibkan mengumpulkan dan membawa sampah mereka sendiri ke tempat-tempat sampah di pinggir jalan. Dari sini sampah itu diangkut mobil-mobil kebersihan ke pembuangan di luar kota. Rumah-rumah di Padasuka dibangun dengan saling berhimpitan dinding. Umumnya terbuat dari bambu. Bencana kebakaran sudah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari irama kehidupan di kawasan itu. "Bila terjadi kebakaran, sangat sulit bagi kami untuk mengatasinya," begitu kata Aradi, 52 tahun, Kepala Kampung Padasuka. Itu tak lain karena jalan-jalan terlalu sempit, cuma satu setengah meter, dan buntu. Sekarang jalan sepanjang 3000 meter sudah diaspal. Juga diperlebar jadi 4 meter. Anak-anak yang tidak punya lapangan bermain kini tampak asyik main kelereng di jalan yang mulus itu. Dengan 26 MCK, sebuah sumur artesis, corsen di setiap RT dan drainage sepanjang 3000 meter, kampung jadi tampak lain. Uum Rukmana, 37 tahun, salah seorang penduduk di RT 04 RW 03 jujur mengatakan bahwa ia tidak bisa membayangkan daerah ini bisa resik seperti sekarang. "Soalnya kami sudah terbiasa dengan banjir. Dan kalau buang hajat besar selamanya pergi ke kali," ujarnya tanpa malu-malu. Sekarang bukan saja banjir, jalan becek pun tidak ada lagi melintang di depan rumah. Sayang listrik belum masuk ke Padasuka. Ketika proyek perbaikan kampung ini akan dimulai ada beberapa gelintir penduduk yang membandel, tidak mau dibongkar bagian rumahnya karena mengharapkan ganti rugi yang besar. "Toh akhirnya mereka pasti merasa terpencil sendiri," kata Kepala Kampung Padasuka. Padasuka hampir saja memenuhi syarat sebagai daerah pemukiman yang sehat. Jika proyek percontohan ini sukses, maka akhir Pelita III nanti diharapkan sudah bisa diselesaikan proyek yang sama di 200 kota di seluruh Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus