Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sumur tanpa aids

Daren girsang, karyawan perusahaan bus antarkota di kampung anyar, bogor mengalami geger otak akibat jatuh ke sumur. anaknya, dedi menemukan mayat wanita di sumur itu yang ternyata teman kencan daren.

10 Oktober 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAKUT kena AIDS malah terperosok sumur, hingga jadi penyesalan seumur-umur. Lebih kurang inilah pengalaman Daren Girsang, 55 tahun, karyawan sebuah perusahaan bus antarkota di Kampung Anyar, Ciawi, Bogor. Berdiam di sebuah mes, duda yang cerai dengan istrinya lima tahun silam itu mengaku menderita untuk beroleh penyaluran seksualnya. "Main dengan pelacur takut kena AIDS," katanya. Lalu dicobanya main mata dengan seorang wanita yang tinggal tak jauh dari mesnya. Sekali dua hubungan berjalan aman-aman saja. Tapi suatu sore kawan-kawannya yang sedang makan angin di luar terperanjat mendengar lolongan suara orang dari kamar mandi. Ketika mereka memeriksa ke dalam, suara itu ternyata berasal dalam sumur -- Daren sedang menggapai-gapai di situ. Ia lunglai dan penuh luka. Setelah diangkat dengan bantuan sekitar 15 penduduk kampung, Daren dilarikan ke rumah sakit Ciawi. Hasil pemeriksaan, Daren mengalami gegar otak ringan dan harus menginap tiga malam. Anaknya, Dedi, yang bermukim di Bandung, segera datang. Ketika dokter membolehkannya pulang, Daren minta Dedi mengambil pakaian ganti di mes. Setiba di sana, Dedi penasaran ingin melihat sumur yang melukai ayahnya itu. Diantar Sujono, rekan ayahnya di situ, Dedi melongok sumur sial itu. Sujono membuka lempengan baja yang menutupi sumur. Ketika menjulurkan kepala, Dedi melihat sesuatu seperti kardus mengambang. Setelah disoroti dengan lampu senter, mereka terperanjat: yang mengapung itu bukan kardus, tapi tubuh wanita yang sudah membengkak. "Orang! Orang...," pekik mereka. Temuan ini segera dilaporkan kepada Ahmad Raum Purba, pemilik mes tersebut. Purba lalu melapor kepada Sam Budi, kepala Desa Muara Sari, dan selanjutnya diteruskan ke polisi. Sepuluh menit kemudian muncul 13 polisi dipimpin Kapolsek Ciawi, Letnan Satu Mas Guntur. Langkah pertama, mayat itu ditarik ke atas. Jasad membengkak itu mengenakan kaus oblong putih dan rok hitam, tanpa celana dalam. Temuan ini sangat aneh. Karena sehari sesudah Daren ditolong, pemilik mes langsung membetulkan pipa pralon di sumur yang patah tertimpa tubuh manusia. Begitu juga ia langsung mengganti pompa listrik yang rusak. "Ini mengherankan, waktu Daren diangkat, nggak ada mayat wanita itu," kata Purba pada polisi. Baru dari Daren kemudian polisi beroleh pengakuan. Menurut ayah 7 anak itu, si cewek tersebut kawan kencannya. Tapi belum sempat apaapa, penutup sumur mendadak ambrol. Ia tak segera melaporkan kecelakaan itu. "Saya malu," katanya kepada Andi Reza Rohadian dari TEMPO. Ed Zoelverdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus