Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Peta gila tambah negara

Enam ahli geografi terkemuka dunia meramal bahwa dalam 25 tahun mendatang peta dunia akan berubah. jumlah negara bertambah dua kali lipat. peta indonesia akan tambah lebar.

10 Oktober 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PETA dunia akan berubah total dalam 25 tahun mendatang. Jumlah negara bertambah hampir dua kali lipat. Tapal batas bergeser. Itulah "peta ramalan" yang direka enam ahli geografi terkemuka dunia yang bertemu di Washington bulan lalu. "Pada awal tahun 2.000 nanti akan ada 300 negara," ujar Prof. Saul B. Cohen, geografer kondang dari Amerika yang mengetuai tim peramal itu seperti dikutip Los Angles Times. Bahkan penambahan negara baru itu telah diantisipasi Panitia Olimpiade 1996 di Atlanta, Amerika. Telah dis iapkan fasilitas akomodasi untuk kontingen lebih dari 200 negara. Jumlah ini jauh lebih besar ketimbang peserta Olimpiade Barcelona 1992 yang cuma 172 negara. Gejala perpecahan dan lahirnya negara baru memang sudah terjadi, terutama dalam dua-tiga tahun terakhir. Uni Soviet dan Yugoslavia bubar, menjadi beberapa negara. Ceko-Slovakia di ambang perceraian. "Dalam dua tahun ini saja ada 22 negara baru," ujar Cohen. Bekas Ketua Himpunan Geografi Amerika ini yakin gejala itu berlan jut. Mereka menemukan empat kemungkinan yang mampu mengobrak-abrik batas negara, yakni masalah etnik, agama, ekonomi dan tuntutan demokrasi. Keempat unsur itu tak selalu sinergis atau saling menguatkan. Kadang bertolak belakang. "Faktor mana yang paling kuat, dia yang menentukan," tambah Cohen. Misalnya saja Kerajaan Inggris. Kedaulatannya atas Ir landia Utara dan Skotlandia diramalkan akan berakhir. Irlandia Utara akan bergabung dengan saudaranya di selatan yang sama-sama Katolik dan membangun negara merdeka. Pendorongnya, katanya, soal etnis-agama. Skotlandia, yang sudah berumur 200 tahun lebih, juga diramalkan bakal lepas dari kendali Inggris. Faktor yang mendorongnya adalah kebanggaan etnis. Padahal, secara ekonomis, wilayah itu sebenarnya tak akan mampu jadi negara sendiri karena tak punya industri yang diandalkan. Peta Italia pun terbelah dua, bagian Utara yang kaya dan Selatan yang miskin. Perpecahan juga diramalkan bakal melanda negara-negara yang selama ini tenang, seperti Prancis, Belgia, dan Spanyol. Munculnya negara baru di Asia sebagian besar diwarnai oleh soal etnis-agama itu. Wilayah muslim Mindanao Selatan akan merdeka dan memisahkan diri dari Filipina. Kasus serupa terjadi pula di Srilangka, dengan pemisahan orang-orang Tamil. Lantas rakyat Punjab di India dan Pakistan akan membangun negara sendiri. Warga Kashmir India memilih bergabung dengan Pakistan. Perpecahan karena masalah etnis juga menjalar ke Myanmar, Afghanistan, Tajikistan, dan Kazakhtan yang terbagi-bagi menurut pola permukiman etnis setempat. Namun masalah etnis juga bisa menjadi faktor integrasi. Misalnya di Semenanjung Korea. Dua Korea itu akan bersatu menjadi macan yang lebih besar di Asia. Tuntutan demokrasi sampai 25 tahun mendatang tampaknya tak terpisah dari perkara etnis, agama, dan kepentingan ekonomi. Bendera demokrasi itu diramalkan kelak berkibar di negara tradisional, seperti Cina atau bekas Uni Soviet. Di situ akan muncul wilayah-wilayah otonomi yang di kemudian hari berubah menjadi negara baru. Para peramal juga menyebutkan bakal terjadi perceraian di Amerika Utara, Eropa, Australia, dan Cina pesisir. Motifnya ekonomi. Wilayah pantai barat Amerika akan berhubungan mesra dengan pantai barat Kanada dengan kiblat bisnis ke Pasifik. Begitu pula di pantai timur dan wilayah Florida. Kendati tak bercerai total, ikatan negara bagian dalam federasi Amerika itu akan mengendur. Dengan motif yang sama, Hong Kong akan bergandeng tangan dengan Guangdong. Taiwan masuk ke daerah Cina Selatan, dan Cina Utara menggamit Mancuria. Mereka menjadi bagian dari Cina, tapi punya otonomi politik dan ekonomi. Yang menggembiran, menurut ramalan mereka, tak disebut-sebut adanya perang saudara. Perceraian itu berjalan secara baik-baik. Tak ada pertikaian antarnegara. Bahkan sebagian negara baru tak punya angkatan perang. "Karena nantinya PBB bakal kuat," kata Cohen. Indonesia, dalam ramalan tim ahli itu, bebas dari per pecahan. Keragaman suku dan agama di sini dinilai tak akan mengilhami gerakan separatisme. Anehnya, menurut nujum itu, peta Indonesia justru akan tambah lebar. Papua Nugini, Serawak, dan Sabah akan masuk peta Indonesia. Sayang, tak ada penjelasan mengenai motif penggabungan itu. Apa kata ahli politik Indonesia? "Namanya ramalan, bisa bener, tapi banyak melesetnya," ujar ahli politik internasional Universitas Indonesia, Prof. Juwono Soedarsono. Ia mengakui tiap negara mempunyai potensi perpecahan. Masuknya Papua Nugini, Sabah, dan Serawak ke Indonesia, bagi Juwono, itu cuma seloroh yang mengada-ada. Bahwa ketiga negeri itu akan terlibat hubungan bisnis yang lebih mesra dengan Indonesia, katanya, itu memang mungkin. Indonesia bisa menjadi pasar, sekaligus pemasok barang yang besar bagi mereka. "Tapi hubungan itu hanya sampai di situ," ujarnya. Dan yang bakal mengikat kawasan ini adalah investasi Jepang. Yang ini ramalan Juwono. Putut Trihusodo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus