Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Surabaya Kota Termacet di Indonesia, Ini Saran Akademisi Unair

Akademisi Unair menyarankan agar Surabaya membatasi pembelian kendaraan pribadi dan menyediakan angkutan umum secara merata.

25 Januari 2022 | 14.42 WIB

Ibu kota provinsi Jawa Timur Surabaya, berada di posisi keempat dengan 29,880 kali berhenti-jalan dalam kemacetan setiap tahun. ANTARA
Perbesar
Ibu kota provinsi Jawa Timur Surabaya, berada di posisi keempat dengan 29,880 kali berhenti-jalan dalam kemacetan setiap tahun. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Kota Surabaya dinobatkan kota termacet di Indonesia berdasarkan Global Traffic Scorecard 2021. Penobatan tersebut tak lepas dari status Surabaya sebagai kota metropolis. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ahli Ilmu Sejarah Perkotaan Universitas Airlangga (Unair), Purnawan Basundoro, mengatakan Surabaya menjadi metropolis sejak dulu. “Tepatnya ketika awal abad ke-20. Surabaya telah menjadi pusat kegiatan masyarakat daerah sekitarnya pada waktu itu,” kata dia dikutip dari laman uniar.ac.id, Senin, 24 Januari 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Meski begitu, kata dia, kemacetan Surabaya pada waktu itu tidak seperti sekarang. Menurut Purnawan, dulu masyarakat jarang menggunakan angkutan pribadi dan lebih memilih angkutan umum sehingga menyebabkan kendaraan di jalan tidak terlalu banyak dan menumpuk.

Kini, lanjut dia, banyak orang lebih memilih angkutan pribadi sehingga menyebabkan Surabaya makin macet. “Berbeda dengan dahulu yang tidak semua orang memiliki kendaraan pribadi, hanya para penjajah,” ujar Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair ini.

Untuk mengatasinya, Purnawan mengatakan perlu pembatasan pembelian kendaraan pribadi. Dengan begitu, jumlah kendaraan di jalan akan jauh lebih sedikit dan kemacetan lebih mudah terurai.

“Selain itu, pemerintah juga perlu menyediakan angkutan umum ke seluruh wilayah Surabaya secara merata. Lebih lanjut, jalan-jalan utama di Surabaya harus diperlebar guna mengurai kemacetan,” ujar Dekan FIB ini.

Apabila solusi itu tidak segera diterapkan, kata dia, bukan tidak mungkin kemacetan di Kota Pahlawan akan semakin meningkat. Kemajuan zaman dan kota nantinya akan membuat aktivitas masyarakat bertambah.

Meski begitu, Purnawan menyebut Surabaya tidak bisa serta-merta dinobatkan sebagai kota termacet. Perlu peninjauan ulang terkait aspek-aspek kemacetan di kota ini.

Menurut dia, tidak semua wilayah Surabaya mengalami kemacetan. Selain itu, macet hanya terjadi pada waktu tertentu, seperti saat jam berangkat dan pulang kerja ketika pagi dan sore hari.

AMELIA RAHIMA SARI

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus