Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gerakan memenangkan kotak kosong dalam pemilihan kepala daerah 2024 muncul di sejumlah wilayah, di antaranya di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Gerakan ini merupakan bentuk protes terhadap maraknya calon tunggal dalam pilkada serentak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Brebes, Jawa Tengah, kelompok yang menamakan diri Gerakan Kotak Kosong atau Gertak gencar mengkampanyekan kotak kosong selama sebulan terakhir. Adapun KPU mencatat terdapat 41 daerah hanya memiliki calon tunggal. Calon tunggal tersebut bakal melawan kotak kosong.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Gerakan demokrasi untuk Kabupaten Brebes yang tidak bisa menerima pemilihan Pilkada tunggal karena elite politik mengerucut pada satu pilihan," kata Koordinator Gertak, Maryoko, pada Rabu, 2 Oktober 2024.
Gerakan serupa juga muncul di Surabaya. Koordinator Aliansi Relawan Surabaya, Rudy Gaol, mengatakan gerakan ini merupakan bentuk keprihatinan masyarakat terhadap nilai dan prinsip demokrasi yang direnggut oleh partai politik. “Saat ini sudah ada 5.300 warga Surabaya yang tergabung dalam gerakan ini,” kata Rudy pada Rabu, 2 Oktober 2024. Lantas, di mana saja gerakan ini muncul?
Brebes
Gerakan Kotak Kosong atau Gertak yang muncul di Brebes merupakan respons terhadap calon tunggal di Pilkada Brebes 2024, yaitu pasangan Paramitha Widya Kusuma-Wurja. Paramitha merupakan kader PDI Perjuangan, sedangkan Wurja merupakan kader Partai Gerindra. Keduanya diusung oleh 12 partai politik, yaitu PDIP, Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai NasDem, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Buruh, Perindo, dan Partai Solidaritas Indonesia.
Surabaya
Kampanye kotak kosong di Surabaya muncul sebagai protes terhadap pilkada yang hanya diikuti oleh satu pasangan calon walikota dan wakil walikota, yaitu Eri Cahyadi-Armuji. Duet kader PDIP ini diusung oleh 18 partai politik, di mana 15 di antaranya merupakan partai pengusul. Sementara sisanya adalah partai pendukung yang tidak dapat memenuhi kelengkapan syarat untuk menjadi partai pengusul. Mereka diusung oleh PDIP, Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera, PAN, PPP, Gerindra, NasDem, PSI, Partai Perindo, Parta Garuda, Partai Ummat, Partai Gelora, Partai Buruh, Partai Hanura, dan Partai Kebangkitan Nusantara (PKN).
Ciamis
Sama seperti di Surabaya, pasangan calon bupati dan wakil bupati Ciamis, Herdiat Sunarya-Yana Putra, juga diusung oleh 18 partai politik, baik yang mendapatkan suara di parlemen maupun non-parlemen. Herdiat mengatakan bahwa melawan kotak kosong bukanlah pemberangusan demokrasi. Menurut dia, masyarakat bebas untuk menentukan pilihan. "Kalau masih percaya, milih saya. Kalau sudah tidak suka bisa kotak kosong," kata dia pada Kamis, 29 Agustus 2024.
Tarakan
Berdasarkan laporan Tempo, pendukung kotak kosong di Tarakan, Kalimantan Utara, sudah menyebarkan spanduk ke masyarakat yang berisi seruan untuk mencoblos kotak kosong. Kontestasi pilkada di Tarakan diikuti oleh calon tunggal walikota dan wakil walikota yaitu Khairul dan Ibnu Saud. Mereka diusung oleh 12 partai, yaitu PDIP, Partai Gerindra, Partai Demokrat, PKB, Partai Golkar, PKS, Partai Hanura, Partai NasDem, PPP, PAN, Perindo, dan PSI.
Banyumas
Sama seperti di Tarakan, pendukung kotak kosong di Banyumas juga sudah bergerak melakukan kampanye. Calon tunggal yang berlaga di pilkada Banyumas adalah calon bupati dan wakil bupati Sadewo Tri Lastiono-Dwi Asih Lintarti. Keduanya diusung oleh 12 partai, yaitu PKB, Partai Gerindra, PDIP, Partai Golkar, Partai NasDem, Partai Gelora, PKS, PAN, Partai Demokrat, Perindo, PPP, dan Partai Ummat.
Sukoharjo
Di Sukoharjo, Jawa Tengah, Etik Suryani dan Eko Sapto Purnomo menjadi pasangan calon tunggal bupati dan wakil bupati. Mereka diusung oleh koalisi besar 12 partai, yaitu PDIP, Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN, PKB, Partai Nasdem, PKS, PSI, Partai Demokrat, Partai Buruh, PBB, dan Partai Perindo.
Jakarta
Berbeda dengan daerah lainnya, di Jakarta muncul gerakan coblos 3 pasangan calon. Gerakan ini salah satunya diinisiasi oleh Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK) sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap tiga paslon yang berlaga di pilkada Jakarta. Tiga paslon tersebut adalah Ridwan Kamil-Suswono, Pramono Anung-Rano Karno, serta Dharma Pongerkun-Kun Wardana.
Andi Adam Faturrahman, Jamal Andul Nashr, Septia Ryanthie, Hanaa Septiana, dan Hendrik Yaputra berkontribusi dalam penulisan artikel ini.