Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tabib tabib Tibet

Kalangan dokter as mengakui cara pengobatan para dokter tibet menawarkan banyak sekali kemungkinan pada pengobatan barat, khususnya menyangkut pasien-dokter. (sel)

28 Maret 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DR. Yeshi Donden menekankan ketiga jari tengah tangan kanannya, perlahan-lahan, ke pergelangan kiri pasiennya bernama William Schneider. Kemudian menundukkan kepala seakan mendengarkan denyut nadi Schneider. Sang pasien, 52 tahun, tersenyum -- namun kelihatan bingung. Dokter di depannya tidak memakai jas praktek. Juga tidak bertanya apa-apa, dan tidak membawa alat-alat periksa. Tabib gundul yang mengenakan jubah biksu Tibet merah tua itu, dengan azimat bertatahkan pirus yang menonjol dari balik kemeja penutup jubah berwarna jingga, tampaknya datang dari suatu zaman dan tempat yang lain. Hampir satu menit Dr. Donden tidak bergerak. Berkonsentrasi penuh -- dan jari-jari tangannya masih juga bergerak di lengan kiri Schneider. Kemudian memeriksa lengan kanan pasien, dan dengan cepat memegang urat-urat di bawah siku -- seakan ingin lebih memperkuat satu keyakinan yang telah didapatnya. Setelah mengantarkan Schneider ke kamar di sebelah, si dokter memberi isyarat agar pasien membuka pakaian. Beberapa tempat di sepanjang tulang belakang ditekan -- dan setiap kali Schneider menjerit. Dokter mengangguk dengan simpatik, kemudian meminta pasien mengenakan pakaian kembali. Di ruang tamunya, di perumahan Universitas Virginia, Dr. Donden menjelaskan diagnosanya kepada William Schneider yang baru dikenalnya beberapa menit itu. "Beberapa tahun lalu, anda mengangkat sesuatu yang berat." katanya. melalui seorang penerjemah. "Ketika itulah terjadi kerusakan di sebuah saluran sekitar ginjal kanan anda. Akibatnya arus normal napas bagian belakang tersumbat. Napas itu bertumpuk di tempat yang tidak seharusnya. Kondisi tulang belakang memburuk. Dan penyakit anda sekarang ini sangat gawat." William Schneider terkejut. Selama tiga tahun, Schneider memang menderita encok traumatis yang genting di sekitar tengkuk dan punggung. Sakitnya luar biasa, sehingga ia terpaksa berhenti bekerja. Tapi yang membuatnya lebih terkejut ialah kemampuan Dr. Donden merekonstruksikan masa lalunya. "Tahun 1946," katanya, "saya mengangkat sekaleng susu dari lemari es. Waktu itu punggung saya terkilir. Saya terpaksa berbaring seminggu. Setelah sembuh, kejadian serupa berulang lagi dan harus seminggu lagi istirahat. Mungkin itulah awal semua penyakit ini." Cara diagnosa Dr. Donden tentu saja mengherankan para dokter dan pasien di Amerika Serikat. Memang khusus untuk tujuan menyebarkan metode pengobatan dan diagnosa itulah, Donden dikirimkan oleh pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama ke-14. Teknik yang digunakannya sederhana, memang. Memeriksa denyutan nadi, meditasi, menggunakan ajaran spiritual, akupungtur dan obat-obatan hasil ramuan tradisional. Sebagian orang memang heran bercampur ragu -- meski tidak sedikit anggota berbagai pusat medis dan keilmluan di AS memperhatikannya dengan serius. Sebagian ingin meninjaunya dari segi ilmiah. Dan betapa pun dokter Tibet ini memberi harapan. Sebab ia juga sukses melakukan eksperimen terhadap sejumlah kecil tikus yang kena kanker. Tikus-tikus tersebut dapat hidup lebih lama: kanker dalam tubuh hewan-hewan itu berkurang. Dan sukses itu membuat Universitas Virginia menyediakan dana untuk sebuah proyek riset kecil. Dr. Herbert Benson, profesor madya di Harvard di Medical School, direncanakan akan memimpin sebuah tim rist ke Pusat Medis Tibet di Dharmsala. Tim ini akan mempelajari cara perawatan penderita hepatitis (radang hati), diabetes dan hipertensi. Pusat Medis Tibet di India itu memang dipimpin Dr. Donden sendiri, di samping Donden juga menjadi instruktur, ahli farmasi dan dokter utama. Memang tidak dapat diuraikan menurut ukuran Barat, ilmu Tibet ini. Sebab kaitannya erat sekali dengan kebudayaan kuno negeri itu, dengan obat-obat tradisional dan ajaran Budha. Pengetahuan tentang itu bertolak dari empat sumber yang dikenal sebagai Tantra Medis. Tantra Medis -- yang dilengkapi dengan ratusan penjelasan di bawa ke Tibet pada abad ke-8. Sejak itu teknik pengobatan Tibet berkembang. Pertama di kalangan para dokter di istana, kemudian lebih meluas melalui dua perguruan medis di Lhasa, Chakpori dan Mendze Khang. Keempat tantra tersebut membagi 84.000 jenis penyakit ke dalam 1004 kategori yang terpisah. Obat untuk semua penyakit itu adalah 2000 campuran ramuan tradisional dan mineral. Pengobatan ini menganggap, penyebab penyakit baik fisik maupun emosi adalah tidak seimbangnya tiga unsur esensial yang mengatur tubuh manusia. DAN ketiga unsur yang dimaksud ialah: nafas, yang dianggap ringan, kasar, dingin dan enerjetik, kemudian air, yang dinilai berminyak, tajam dan panas, dan terakhir lendir yang dianggap sejuk berat, lembut dan melekat. Dalam membuat diagnosa, para dokter Tibet menganalisa 9 aspek urine melalui baunya dan 12 aspek denyut nadi. Untuk itu diperlukan ketelitian yang besar dan latihan bertahun-tahun -- berbeda dengan cara para dokter Barat mengetahui pukulan jantung. Dengan menggunakan bagian dalam dan luar dari ujung ketiga jari tengah kedua tangan, para dokter Tibet mencoba 'membaca' kondisi unsur-unsur yang mengatur tubuh pada 12 organ pasien. Misalnya: bagian luar jari telunjuk kanan memonitor jantung, bagian dalamnya untuk kondisi usus. Bagian luar jari tengah kanan untuk limpa dan bagian dalamnya untuk perut. MENURUT Donden, dulu para dokter Tibet juga mempraktekkan operasi jantung primitif. Hanya pada abad ke 9 -- setelah gagalnya operasi jantung ibu suri raja -- operasi tersebut dilarang. Namun perawatan tetap mereka lakukan, termasuk dengan akupungtur, moxibustion (pembakaran ramuan tradisional pada kulit) dan membiarkan darah mengalir ke luar. Tapi yang paling perlu diketahui: pada dasarnya teknik pengobatan Tibet lebih menekankan orientasi. "Rasa haru," kata Donden, "adalah prasyarat khusus untuk menjadi seorang dokter." Dalam hidupnya sendiri dokter itu merasakan, semakin banyak ia menyaksikan penderitaan, semakin besar rasa harunya. Ia memang mengakui dirinya tidak ubahnya dengan orang lain yang memiliki nafsu, rasa benci dan sikap tidak acuh. Tetapi, menurut pengakuannya, dalam melaksanakan apa saja ia akan mencoba sebaik mungkin untuk membuat rasa kasih dan haru pusat dari seluruh motivasi. Toh bagi Dr. Yeshi Donden yang lahir tahun 1929 di Distrik Lo-Ga, Tibet Tengah itu, membuat diagnosa dengan merasakan denyutan nadi adalah yang paling sukar. Seorang dokter harus sensitif untuk mengenal variasi-variasi yang sangat halus dari denyut yang hampir sama itu. Di kalangan dokter AS kemudian timbul semacam pengakuan, cara pengobatan para dokter Tibet memang menawarkan banyak sekali kemungkinan pada pengobatan Barat, khususnya yang menyangkut hubungan pasien-dokter. Salah seorang dokter di AS mengakui: lebih sepertiga dari farmakope mereka berasal dari tumbuh-tumbuhan dan mikro-organisme. Dalam hal ini pulalah para dokter Tibet sangat unggul -- dengan latar belakang pengalaman berabad-abad. Toh ada juga yang menganggap metode diagnotik itu provokatif. Sebab memang sulit ditentukan, karena referensi dan teknik seperti dari Dr. Donden itu lain sama sekali. Yang digunakannya sebagai instrumen adalah inderanya. Tentu saja para pasien tidak sedikit yang kagum.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus