DR. Yeshi Donden menekankan ketiga jari tengah tangan kanannya,
perlahan-lahan, ke pergelangan kiri pasiennya bernama William
Schneider. Kemudian menundukkan kepala seakan mendengarkan
denyut nadi Schneider. Sang pasien, 52 tahun, tersenyum -- namun
kelihatan bingung.
Dokter di depannya tidak memakai jas praktek. Juga tidak
bertanya apa-apa, dan tidak membawa alat-alat periksa. Tabib
gundul yang mengenakan jubah biksu Tibet merah tua itu,
dengan azimat bertatahkan pirus yang menonjol dari balik kemeja
penutup jubah berwarna jingga, tampaknya datang dari suatu zaman
dan tempat yang lain.
Hampir satu menit Dr. Donden tidak bergerak. Berkonsentrasi
penuh -- dan jari-jari tangannya masih juga bergerak di lengan
kiri Schneider. Kemudian memeriksa lengan kanan pasien, dan
dengan cepat memegang urat-urat di bawah siku -- seakan ingin
lebih memperkuat satu keyakinan yang telah didapatnya.
Setelah mengantarkan Schneider ke kamar di sebelah, si dokter
memberi isyarat agar pasien membuka pakaian. Beberapa tempat di
sepanjang tulang belakang ditekan -- dan setiap kali Schneider
menjerit. Dokter mengangguk dengan simpatik, kemudian meminta
pasien mengenakan pakaian kembali.
Di ruang tamunya, di perumahan Universitas Virginia, Dr. Donden
menjelaskan diagnosanya kepada William Schneider yang baru
dikenalnya beberapa menit itu. "Beberapa tahun lalu, anda
mengangkat sesuatu yang berat." katanya. melalui seorang
penerjemah. "Ketika itulah terjadi kerusakan di sebuah saluran
sekitar ginjal kanan anda. Akibatnya arus normal napas bagian
belakang tersumbat. Napas itu bertumpuk di tempat yang tidak
seharusnya. Kondisi tulang belakang memburuk. Dan penyakit anda
sekarang ini sangat gawat."
William Schneider terkejut.
Selama tiga tahun, Schneider memang menderita encok traumatis
yang genting di sekitar tengkuk dan punggung. Sakitnya luar
biasa, sehingga ia terpaksa berhenti bekerja. Tapi yang
membuatnya lebih terkejut ialah kemampuan Dr. Donden
merekonstruksikan masa lalunya.
"Tahun 1946," katanya, "saya mengangkat sekaleng susu dari
lemari es. Waktu itu punggung saya terkilir. Saya terpaksa
berbaring seminggu. Setelah sembuh, kejadian serupa berulang
lagi dan harus seminggu lagi istirahat. Mungkin itulah awal
semua penyakit ini."
Cara diagnosa Dr. Donden tentu saja mengherankan para dokter dan
pasien di Amerika Serikat. Memang khusus untuk tujuan
menyebarkan metode pengobatan dan diagnosa itulah, Donden
dikirimkan oleh pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama ke-14.
Teknik yang digunakannya sederhana, memang. Memeriksa denyutan
nadi, meditasi, menggunakan ajaran spiritual, akupungtur dan
obat-obatan hasil ramuan tradisional. Sebagian orang memang
heran bercampur ragu -- meski tidak sedikit anggota berbagai
pusat medis dan keilmluan di AS memperhatikannya dengan serius.
Sebagian ingin meninjaunya dari segi ilmiah. Dan betapa pun
dokter Tibet ini memberi harapan. Sebab ia juga sukses melakukan
eksperimen terhadap sejumlah kecil tikus yang kena kanker.
Tikus-tikus tersebut dapat hidup lebih lama: kanker dalam tubuh
hewan-hewan itu berkurang.
Dan sukses itu membuat Universitas Virginia menyediakan dana
untuk sebuah proyek riset kecil. Dr. Herbert Benson, profesor
madya di Harvard di Medical School, direncanakan akan memimpin
sebuah tim rist ke Pusat Medis Tibet di Dharmsala. Tim ini
akan mempelajari cara perawatan penderita hepatitis (radang
hati), diabetes dan hipertensi.
Pusat Medis Tibet di India itu memang dipimpin Dr. Donden
sendiri, di samping Donden juga menjadi instruktur, ahli farmasi
dan dokter utama.
Memang tidak dapat diuraikan menurut ukuran Barat, ilmu Tibet
ini. Sebab kaitannya erat sekali dengan kebudayaan kuno negeri
itu, dengan obat-obat tradisional dan ajaran Budha. Pengetahuan
tentang itu bertolak dari empat sumber yang dikenal sebagai
Tantra Medis.
Tantra Medis -- yang dilengkapi dengan ratusan penjelasan di
bawa ke Tibet pada abad ke-8. Sejak itu teknik pengobatan Tibet
berkembang. Pertama di kalangan para dokter di istana, kemudian
lebih meluas melalui dua perguruan medis di Lhasa, Chakpori dan
Mendze Khang.
Keempat tantra tersebut membagi 84.000 jenis penyakit ke dalam
1004 kategori yang terpisah. Obat untuk semua penyakit itu
adalah 2000 campuran ramuan tradisional dan mineral. Pengobatan
ini menganggap, penyebab penyakit baik fisik maupun emosi adalah
tidak seimbangnya tiga unsur esensial yang mengatur tubuh
manusia.
DAN ketiga unsur yang dimaksud ialah: nafas, yang dianggap
ringan, kasar, dingin dan enerjetik, kemudian air, yang dinilai
berminyak, tajam dan panas, dan terakhir lendir yang dianggap
sejuk berat, lembut dan melekat.
Dalam membuat diagnosa, para dokter Tibet menganalisa 9 aspek
urine melalui baunya dan 12 aspek denyut nadi. Untuk itu
diperlukan ketelitian yang besar dan latihan bertahun-tahun --
berbeda dengan cara para dokter Barat mengetahui pukulan
jantung.
Dengan menggunakan bagian dalam dan luar dari ujung ketiga jari
tengah kedua tangan, para dokter Tibet mencoba 'membaca' kondisi
unsur-unsur yang mengatur tubuh pada 12 organ pasien. Misalnya:
bagian luar jari telunjuk kanan memonitor jantung, bagian
dalamnya untuk kondisi usus. Bagian luar jari tengah kanan
untuk limpa dan bagian dalamnya untuk perut.
MENURUT Donden, dulu para dokter Tibet juga mempraktekkan
operasi jantung primitif. Hanya pada abad ke 9 -- setelah
gagalnya operasi jantung ibu suri raja -- operasi tersebut
dilarang. Namun perawatan tetap mereka lakukan, termasuk dengan
akupungtur, moxibustion (pembakaran ramuan tradisional pada
kulit) dan membiarkan darah mengalir ke luar. Tapi yang paling
perlu diketahui: pada dasarnya teknik pengobatan Tibet lebih
menekankan orientasi. "Rasa haru," kata Donden, "adalah
prasyarat khusus untuk menjadi seorang dokter."
Dalam hidupnya sendiri dokter itu merasakan, semakin banyak ia
menyaksikan penderitaan, semakin besar rasa harunya. Ia memang
mengakui dirinya tidak ubahnya dengan orang lain yang memiliki
nafsu, rasa benci dan sikap tidak acuh. Tetapi, menurut
pengakuannya, dalam melaksanakan apa saja ia akan mencoba sebaik
mungkin untuk membuat rasa kasih dan haru pusat dari seluruh
motivasi.
Toh bagi Dr. Yeshi Donden yang lahir tahun 1929 di Distrik
Lo-Ga, Tibet Tengah itu, membuat diagnosa dengan merasakan
denyutan nadi adalah yang paling sukar. Seorang dokter harus
sensitif untuk mengenal variasi-variasi yang sangat halus dari
denyut yang hampir sama itu.
Di kalangan dokter AS kemudian timbul semacam pengakuan, cara
pengobatan para dokter Tibet memang menawarkan banyak sekali
kemungkinan pada pengobatan Barat, khususnya yang menyangkut
hubungan pasien-dokter. Salah seorang dokter di AS mengakui:
lebih sepertiga dari farmakope mereka berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan mikro-organisme. Dalam hal ini pulalah para
dokter Tibet sangat unggul -- dengan latar belakang pengalaman
berabad-abad.
Toh ada juga yang menganggap metode diagnotik itu provokatif.
Sebab memang sulit ditentukan, karena referensi dan teknik
seperti dari Dr. Donden itu lain sama sekali. Yang digunakannya
sebagai instrumen adalah inderanya. Tentu saja para pasien
tidak sedikit yang kagum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini