Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Wanita nazi di udara

Hanna reitsch sebagai penerbang pada pd ii. pernah menerima lambang nazi, iron croos dari hitler. wanita uang paling banyak dipropagandakan. (sel)

28 Maret 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NAZI jerman menganggapnya wanita ideal. Muda, lincah, berani. Karena itu pula, Hanna Reitsch-lah wanita yang paling banyak dipropagandakan. Kalau saja Nazi tidak kalah, dan andai Hanna bersedia mengakui kekejaman rezim Hitler itu, nama Hanna Reitsch pasti akan mendapat tempat terhormat dalam sejarah. Bahkan mungkin sekali ia dianggap sebagai 'ibu' women's lib. Hanna muncul sebagai penghuni bumi tanggal 29 Maret 1912, di Hirschberg, Silesia, sebuah kota kecil di kaki gunung di Jerman Timur. Sejak kecil ia diajar ayahnya memiliki kebanggaan diri, keluarga dan tanah air. Sang ayah sendiri seorang dokter dah nasionalis tulen. Hasilnya memang tampak. Waktu kaum wanita diharapkan berada di dapur, Hanna sudah salah seorang penerbang layang terunggul. Ia mencatat 40 penerbangan di dunia. Hanna jugalah orang pertama yang menyeberangi pegunungan Alpen dalam pesawat layang itu. Ada lagi. Wanita pertama yang menerbangkan helikopter dan pesawat pancar gas juga Hanna Reitsch. Juga wanita pertama yang bertugas sebagai penerbang pencoba (test-pilot), dan yang pertama pula menerima lambang kebangsaan Nazi, Iron Cross. Prestasinya sebagai penerbang dalam Perang Dunia II membuat namanya menjadi legenda. Ketika Berlin terbakar pada malam hari, saat-saat terakhir Perang Dunia II, Hanna menerbangkan pesawatnya dan mendarat dengan selamat di sebuah jalan yang penuh tank Rusia. Hanna sendiri tidak apa-apa, tapi satu-satunya penumpang yang diangkutnya cedera kaki oleh tembakan orang Rus itu. Hanna memang harus mendarat karena orang yang dibawanya diperintah menghadap Hitler yang bersembunyi di situ. Di lubang perlindungan Hitler pula ia bermukim tiga hari, kemudiian menerbangkan pesawat Jerman -- yang terakhir -- dari Berlin sebelum kota itu jatuh bulat ke tangan Rusia. Ia beruntung dapat menyaksikan saat-saat terakhir Hitler. Karena itu pula ia berani menyangkal catatan sejarah, yang selama itu memang terlalu bersifat propaganda Sekutu. Di saat-saat terakhirnya, Hitler biasa digambarkan berang dan bingung, sedang orang-orang yang berada dalam lubang perlindungannya mabuk-mabukan dan melakukan pesta seks. "Itu tidak benar," ujar Hanna Reitsch. "Semuanya -- termasuk Hitler -- tenang dan siap untuk mati. Kami menyaksikan saat-saat terakhir seorang besar dalam peristiwa besar. Semua memperlihatkan harkatnya sebagai manusia. Hitler memberi salam kepada kami dengan tenang, tanpa emosi." Saat-saat Hitler akan meminum racun juga digambarkan Hanna dengan penuh kekaguman dan simpati. Hitler konon berkata kepadanya: "Hanna, kau orang Jerman yang setia dan menjadi milik mereka yang akan mati bersama saya. Saya tidak ingin seorang pun di antara kita jatuh ke tangan Rusia dalam keadaan hidup. Saya juga tidak ingin mayat kami mereka temukan. Saya dan Eva (Eva Braun) ingin jenazah kami dibakar. Bagaimana caranya terserah kamu." Ketika Hanna memohon untuk menerbangkan Hitler ke luar Berlin, tokoh Nazi itu menolak. Hitler akhirnya bunuh diri. Namun karena mayatnya tidak pernah ditemukan, timbul dugaan jenazah itu diterbangkan Hanna ke luar Berlin. Hanna bahkan diduga menyelamatkan Martin Bormann yang sampai kini tak tentu rimbanya. Mungkin itu hanya dugaan -- sebab Hanna sendiri diam. Tapi prestasi wanita idola Nazi itu memang menjadikannya mungkin. Ialah, misalnya, yang pernah 10 kali menerbangkan pesawat pancar gas V 1 bomb dalam penerbangan percobaan sub-orbital di awal 1940-an. Penerbangan itu sendiri dianggap menantang maut. Dan kalau bukan lantaran dia, mungkin saja para penduduk London yang tewas kena pembomannya masih hidup sampai kini. Buat Hanna sendiri, penerbangannya ke Berlin November 1944 mungkin sukar dilupakan. Waktu itu Berlin dibombardir habis-habisan oleh Sekutu. Dan karenanya kehadiran Hanna di sana penting sekali. Sebab Radio Jerman mengudarakan dengan lantang: "Jangan menyerah. Hanna Reitsch berjuang bersama anda!" Suatu malam, ledakan bom membuat lengannya bergeser dari pergelangannya. Hanna diangkut ke rumah sakit yang penuh tentara Nazi yang luka, dan banyak yang terpaksa diamputasi. Ketika itulah Hanna menyadari Nazi akan kalah. Ia berpikir. Mungkin ia akan dapat menyelamatkan sebagian korban perang itu dengan menerbangkan mereka malam hari. Setelah itu, beberapa hari, ia terbang mengitari Berlin untuk mengenal lekuk-liku kota itu. Kesimpulannya: dapat mendaratkan pesawatnya di dekat rumah sakit tanpa bantuan radio. Jenderal Angkatan Udara Nazi, Ritter von Greim, mengetahui rencana Hanna -- dan ia pulalah yang mengajaknya bertemu dengan Hitler di Berlin, menjelang Perang Dunia II berakhir. Kemenangan memang akhirnya berada di tangan Sekutu. Hanna mendekam sebagai tawanan perang AS selama satu setengah tahun -- tanpa tuduhan apa pun. Kemudian bebas. Tahun 1959 ia pergi ke India. Kemudian menghilang -- dan muncul di Afrika. Tahun 1962, Hanna tampil di Ghana membantu diktator Kwame Nkrumah membangun angkatan bersenjata negara itu. Aneh, ia mengharapkan Nkrumah menjadi 'Hitler hitam' di Afrika. Sayang harapannya tidak tercapai: Nkrumah digulingkan 1966. Sesudah PD II, di Jerman sendiri Hanna tidak disenangi. Sejak 1945 pers di situ dilarang menulis tentang dirinya -- khawatir akan memberi gambaran bagus mengenai Hitler. "Mengapa tidak" tanyanya. "Karena Hitler-lah orang Jerman menjadi pelopor penerbangan di angkasa luar. Roket-roket angkasa luar yang pertama merupakan tiruan dari V2 bomb kami. Setelah perang, teman akrab saya, Werner von Braun, membantu orang Amerika. Ia jempolan dengan roket V2, dan merupakan bapak semua satelit dan perjalanan ke angkasa luar!" Hanna sendiri sebenarnya heran karena bisa berhasil dalam penerbangan-penerbangan percobaannya yang menantang maut. Penerbangan VI rocket itu dilakukan oleh 10 orang. Lima di antaranya gugur. Tiga menderita luka berat. Tapi cewek ini keluar dengan mulus. V1 rocket dibuat sebagai robot yang dikendalikan dengan sebuah auto-pilot pertama. Buat Hanna sendiri, rasanya tidak mungkin terbang dengan sayap pesawat yang panjangnya tidak lebih dari 3 kaki. Tetapi nyatanya ia berhasil sampai 10 kali. Hanna meninggal di Bonn, Jerman Barat, 24 Agustus dua tahun lalu. Jauh sebelum kematiannya, ia telah memberikan serangkaian wawancara -- yang diiringinya dengan syarat: baru boleh disiarkan setelah ia tiada. Apa komentarnya tentang Jerman sekarang? "Negara yang penuh bankir dan pembuat mobil." Dengan tidak malu-malu ia mengatakan keyakinannya pada Sosialisme Nasional. Karena itu pula ia terus mengenakan Iron Cross bertatahkan intan yang diberikan Hitler. Keterangannya terkadang menyentuh juga. "Banyak orang Jerman merasa bersalah karena perang itu. Namun mereka tidak dapat membayangkan perasaan bersalah yang sebenarnya kami rasakan karena kami kalah." Semangat menyala dalam diri Hanna tidak padam begitu saja setelah kekalahan Jerman. Ia kelihatan tetap kokoh dalam fisik dan prinsip. Masih tampak segar menjelang-saat-saat terakhirnya, dan kelihatan seperti nenek yang murah hati. Dalam usia 57 tahun, sebelas tahun lalu, wanita yang dimakamkan di Salzburg Austria ini masih dapat keluar sebagai pemenang dalam kompetisi helikopter internasional di Munich. Kecintaannya pada pesawat udara tidak dapat dilepaskannya begitu saja. Sebagai penerbang -- itulah barangkali maksud pertama dilahirkannya ke dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus