NAZI jerman menganggapnya wanita ideal. Muda, lincah, berani.
Karena itu pula, Hanna Reitsch-lah wanita yang paling banyak
dipropagandakan. Kalau saja Nazi tidak kalah, dan andai Hanna
bersedia mengakui kekejaman rezim Hitler itu, nama Hanna Reitsch
pasti akan mendapat tempat terhormat dalam sejarah. Bahkan
mungkin sekali ia dianggap sebagai 'ibu' women's lib.
Hanna muncul sebagai penghuni bumi tanggal 29 Maret 1912, di
Hirschberg, Silesia, sebuah kota kecil di kaki gunung di Jerman
Timur. Sejak kecil ia diajar ayahnya memiliki kebanggaan diri,
keluarga dan tanah air. Sang ayah sendiri seorang dokter dah
nasionalis tulen.
Hasilnya memang tampak. Waktu kaum wanita diharapkan berada di
dapur, Hanna sudah salah seorang penerbang layang terunggul. Ia
mencatat 40 penerbangan di dunia. Hanna jugalah orang pertama
yang menyeberangi pegunungan Alpen dalam pesawat layang itu.
Ada lagi. Wanita pertama yang menerbangkan helikopter dan
pesawat pancar gas juga Hanna Reitsch. Juga wanita pertama yang
bertugas sebagai penerbang pencoba (test-pilot), dan yang
pertama pula menerima lambang kebangsaan Nazi, Iron Cross.
Prestasinya sebagai penerbang dalam Perang Dunia II membuat
namanya menjadi legenda.
Ketika Berlin terbakar pada malam hari, saat-saat terakhir
Perang Dunia II, Hanna menerbangkan pesawatnya dan mendarat
dengan selamat di sebuah jalan yang penuh tank Rusia. Hanna
sendiri tidak apa-apa, tapi satu-satunya penumpang yang
diangkutnya cedera kaki oleh tembakan orang Rus itu. Hanna
memang harus mendarat karena orang yang dibawanya diperintah
menghadap Hitler yang bersembunyi di situ.
Di lubang perlindungan Hitler pula ia bermukim tiga hari,
kemudiian menerbangkan pesawat Jerman -- yang terakhir -- dari
Berlin sebelum kota itu jatuh bulat ke tangan Rusia.
Ia beruntung dapat menyaksikan saat-saat terakhir Hitler. Karena
itu pula ia berani menyangkal catatan sejarah, yang selama itu
memang terlalu bersifat propaganda Sekutu. Di saat-saat
terakhirnya, Hitler biasa digambarkan berang dan bingung,
sedang orang-orang yang berada dalam lubang perlindungannya
mabuk-mabukan dan melakukan pesta seks.
"Itu tidak benar," ujar Hanna Reitsch. "Semuanya -- termasuk
Hitler -- tenang dan siap untuk mati. Kami menyaksikan saat-saat
terakhir seorang besar dalam peristiwa besar. Semua
memperlihatkan harkatnya sebagai manusia. Hitler memberi salam
kepada kami dengan tenang, tanpa emosi."
Saat-saat Hitler akan meminum racun juga digambarkan Hanna
dengan penuh kekaguman dan simpati. Hitler konon berkata
kepadanya: "Hanna, kau orang Jerman yang setia dan menjadi milik
mereka yang akan mati bersama saya. Saya tidak ingin seorang pun
di antara kita jatuh ke tangan Rusia dalam keadaan hidup. Saya
juga tidak ingin mayat kami mereka temukan. Saya dan Eva (Eva
Braun) ingin jenazah kami dibakar. Bagaimana caranya terserah
kamu."
Ketika Hanna memohon untuk menerbangkan Hitler ke luar Berlin,
tokoh Nazi itu menolak. Hitler akhirnya bunuh diri. Namun karena
mayatnya tidak pernah ditemukan, timbul dugaan jenazah itu
diterbangkan Hanna ke luar Berlin. Hanna bahkan diduga
menyelamatkan Martin Bormann yang sampai kini tak tentu
rimbanya.
Mungkin itu hanya dugaan -- sebab Hanna sendiri diam. Tapi
prestasi wanita idola Nazi itu memang menjadikannya mungkin.
Ialah, misalnya, yang pernah 10 kali menerbangkan pesawat pancar
gas V 1 bomb dalam penerbangan percobaan sub-orbital di awal
1940-an. Penerbangan itu sendiri dianggap menantang maut. Dan
kalau bukan lantaran dia, mungkin saja para penduduk London yang
tewas kena pembomannya masih hidup sampai kini.
Buat Hanna sendiri, penerbangannya ke Berlin November 1944
mungkin sukar dilupakan. Waktu itu Berlin dibombardir
habis-habisan oleh Sekutu. Dan karenanya kehadiran Hanna di sana
penting sekali. Sebab Radio Jerman mengudarakan dengan lantang:
"Jangan menyerah. Hanna Reitsch berjuang bersama anda!"
Suatu malam, ledakan bom membuat lengannya bergeser dari
pergelangannya. Hanna diangkut ke rumah sakit yang penuh tentara
Nazi yang luka, dan banyak yang terpaksa diamputasi. Ketika
itulah Hanna menyadari Nazi akan kalah. Ia berpikir. Mungkin ia
akan dapat menyelamatkan sebagian korban perang itu dengan
menerbangkan mereka malam hari.
Setelah itu, beberapa hari, ia terbang mengitari Berlin untuk
mengenal lekuk-liku kota itu. Kesimpulannya: dapat mendaratkan
pesawatnya di dekat rumah sakit tanpa bantuan radio.
Jenderal Angkatan Udara Nazi, Ritter von Greim, mengetahui
rencana Hanna -- dan ia pulalah yang mengajaknya bertemu dengan
Hitler di Berlin, menjelang Perang Dunia II berakhir.
Kemenangan memang akhirnya berada di tangan Sekutu. Hanna
mendekam sebagai tawanan perang AS selama satu setengah tahun --
tanpa tuduhan apa pun. Kemudian bebas. Tahun 1959 ia pergi ke
India. Kemudian menghilang -- dan muncul di Afrika.
Tahun 1962, Hanna tampil di Ghana membantu diktator Kwame
Nkrumah membangun angkatan bersenjata negara itu. Aneh, ia
mengharapkan Nkrumah menjadi 'Hitler hitam' di Afrika. Sayang
harapannya tidak tercapai: Nkrumah digulingkan 1966.
Sesudah PD II, di Jerman sendiri Hanna tidak disenangi. Sejak
1945 pers di situ dilarang menulis tentang dirinya -- khawatir
akan memberi gambaran bagus mengenai Hitler.
"Mengapa tidak" tanyanya. "Karena Hitler-lah orang Jerman
menjadi pelopor penerbangan di angkasa luar. Roket-roket angkasa
luar yang pertama merupakan tiruan dari V2 bomb kami.
Setelah perang, teman akrab saya, Werner von Braun, membantu
orang Amerika. Ia jempolan dengan roket V2, dan merupakan bapak
semua satelit dan perjalanan ke angkasa luar!"
Hanna sendiri sebenarnya heran karena bisa berhasil dalam
penerbangan-penerbangan percobaannya yang menantang maut.
Penerbangan VI rocket itu dilakukan oleh 10 orang. Lima di
antaranya gugur. Tiga menderita luka berat. Tapi cewek ini
keluar dengan mulus.
V1 rocket dibuat sebagai robot yang dikendalikan dengan
sebuah auto-pilot pertama. Buat Hanna sendiri, rasanya tidak
mungkin terbang dengan sayap pesawat yang panjangnya tidak lebih
dari 3 kaki. Tetapi nyatanya ia berhasil sampai 10 kali.
Hanna meninggal di Bonn, Jerman Barat, 24 Agustus dua tahun
lalu. Jauh sebelum kematiannya, ia telah memberikan serangkaian
wawancara -- yang diiringinya dengan syarat: baru boleh
disiarkan setelah ia tiada.
Apa komentarnya tentang Jerman sekarang? "Negara yang penuh
bankir dan pembuat mobil." Dengan tidak malu-malu ia mengatakan
keyakinannya pada Sosialisme Nasional. Karena itu pula ia terus
mengenakan Iron Cross bertatahkan intan yang diberikan Hitler.
Keterangannya terkadang menyentuh juga. "Banyak orang Jerman
merasa bersalah karena perang itu. Namun mereka tidak dapat
membayangkan perasaan bersalah yang sebenarnya kami rasakan
karena kami kalah."
Semangat menyala dalam diri Hanna tidak padam begitu saja
setelah kekalahan Jerman. Ia kelihatan tetap kokoh dalam fisik
dan prinsip. Masih tampak segar menjelang-saat-saat
terakhirnya, dan kelihatan seperti nenek yang murah hati.
Dalam usia 57 tahun, sebelas tahun lalu, wanita yang dimakamkan
di Salzburg Austria ini masih dapat keluar sebagai pemenang
dalam kompetisi helikopter internasional di Munich. Kecintaannya
pada pesawat udara tidak dapat dilepaskannya begitu saja.
Sebagai penerbang -- itulah barangkali maksud pertama
dilahirkannya ke dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini