Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Tak Mudik, Ini Kisah Mereka yang Lebaran Tanpa Keluarga di DKI

Merayakan lebaran sendiri di kos baru kali ini dirasakan Dewi. Pandemi Covid-19 membuat ia harus ikhlas tak mudik demi mencegah penularan virus.

25 Mei 2020 | 15.05 WIB

Ilustrasi kue lebaran. Facebook.com
Perbesar
Ilustrasi kue lebaran. Facebook.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Dewi, seorang karyawan swasta tak pernah menyangka akan melewati Ramadan dan IdulFitri atau lebaran di tengah pandemi Covid-19 seorang diri di Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Ya cukup kesepian, lebaran cuma bersama teman-teman kos. Biasanya merayakan Lebaran bersama keluarga di Yogyakarta bertemu orang tua, adik-adik, maupun sanak saudara," ujar perempuan 37 tahun itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hal yang membuat kesepian juga dikarenakan pembatasan jarak fisik, sehingga tidak bisa bertemu teman maupun sahabat yang disayangi.

"Cuma mau bagaimana lagi, kita harus menerima kondisi ini dengan ikhlas dan tabah agar tidak sedih. Apalagi sampai depresi," kata Dewi.

Menurut dia, pandemi Covid-19 memiliki hikmah tersendiri yakni dijadikan kesempatan untuk belajar dan lebih mencintai diri sendiri dan tidak menggantungkan kebahagiaan kepada keluarga, teman, maupun orang lain. Kebahagiaan tersebut, hendaknya diciptakan oleh diri sendiri.

"Lebaran tahun ini memang beda. Tidak hanya kita diminta untuk menjaga jarak fisik maupun tetap di rumah, tapi juga dibayang-bayangi PHK di tempat kerja. Hal itu membuat karyawan tidak tenang dalam bekerja," kata Dewi.

Begitu juga Dina yang biasanya pulang ke Jawa Tengah untuk berkumpul bersama keluarga di Hari Raya Idul Fitri. Namun, tahun ini dia memilih untuk tidak mudik.

Dina yang bekerja di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta Pusat menuturkan memang berat Lebaran tahun ini karena tidak bisa merayakannya bersama keluarga. Tidak bisa shalat Idul Fitri bersama.

"Tahun ini ya tidak mudik karena Covid-19," ujarnya.

Bagi Dina, kondisi ini memang tak terelakkan. Tidak ada pilihan lain selain merayakan Idul Fitri sendiri di daerah rantau dan jauh dari sanak keluarga.

Dia memahami jika memaksakan diri mudik, potensi penularan Covid-19 bisa terjadi selama perjalanan. Yang paling dia khawatirkan adalah membawa penyakit ke rumah dan akhirnya menularkan ke keluarga dan orang-orang di sekitarnya.

Dia harus menahan keinginan untuk mudik demi melindungi orang-orang yang dikasihi di kampung halaman. "Yang penting semua sehat," kata Dina.

Dina mengapresiasi mereka yang tidak mudik sehingga merayakan IdulFitri jauh dari sanak keluarga demi membantu mengatasi pandemik Covid-19 di Tanah Air.

Meski jauh dari keluarga tercinta, namun Dina tetap dapat bersilahturahmi dengan mereka secara virtual. Sejak pagi, Dina sudah mengobrol dengan keluarga dan orang-orang terdekatnya lewat online (dalam jaringan).

Dia berharap wabah Covid-19 segera berlalu sehingga keadaan bisa kembali normal dan bisa berkumpul bersama keluarga.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus