Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tak Secemerlang Intan

Bupati martapura, soendiyo, mulai membenahi kotanya dengan perbaikan jalan raya, pasar batuah, rumah tahanan dan asrama komres 1302 btb. pelebaran kota, akan diarahkan ke selatan.

30 Oktober 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MESKI tak berdasarkan rencana induk atau garis-pokok (out-line) Bupati Soeindiyo merasa perlu membenahi kota kabupatennya, Martapura. Ini perlu dilakukan, kata M. Husin Dakhlan, Humas Pemda Kabupaten, karena "ancer-ancer pengembangan kota yang tak tertulis sudah terfikirkan, yaitu arah perkembangan kota berat ke selatan". Lagipula tampaknya, Martapura perlu gemerlap, tak cuma terdengar cemerlang sebagai kota penghasil intan. Maka sibuklah Soeindiyo merapikan 3 1/2 Km dan melebarkan jalan raya negara mulai Balai Pemuda sampai perbatasan kota administratif Banjarbaru. Pandangan pun jadi terbuka ke mana-mana. Cuma saja, rencana semula akan dipoles dengan aspal, terpaksa diurungkan. Karena tak ada bantuan Pusat. Sebab biarpun semula Soeindiyo bernafsu membenahi kota Martapura tanpa bantuan Pusat dan hanya sedikit-sedikit minta pada Propinsi, toh akhirnya ia kewalahan juga. Hingga terpaksa pembenahan jalan itu dicukupkan cuma sampai pada pengerasan. Tentu saja jalan yang bersolek kepalang tanggung itu di hari-hari panas menyebar debu coklat kemerahan lalu melengket pada rumah-rumah di tepinya sampai ke isi-isinya. Di musim hujan pasti akan timbul banyak kubangan. Tak cuma jalan raya yang dilirik Soeindiyo. Rumah tahanan yang jorok dekat Komres 1302 BTB itu mesti disingkirkan pula. Gantinya ada di belakang gardu jaga. Lalu asrama warga Komres yang keadaannya tak berbeda dengan rumah hantu itu diratakan pula dengan tanah. Di bekas asrama dekat pabrik penggosokan intan itu, kabarnya akan dimanfaatkan buat perkantoran Camat kota. Berupa gedung permanen model mutakhir. Juga bong alias kuburan Cina dekat gedung DPRD Kabupaten Banjar kena gusur. Tulang belulangnya dikubur kembali di kawasan yang dirasa tak mengganggu suasana gedung para wakil rakyat itu, yakni di Tanjung Rema. Serba Kada Yang hampir terlupakan ialah pembenahan Pasar Batuah yang bertingkat dua itu. Tentang ini menurut rencana sang bupati bagaimana mengusir kemubaziran lantai duanya yang selama ini cuma ada pedagang di hari-hari pasaran Selasa dan Jum'at saja. Sehari-hari cuma didekami beberapa gelintir tukang pangkas asal Madura. Yang belakangan inipun mulai terdesak, karena mode rambut gondrong melanda kaum pria. Dengan modal Rp 33 juta lebih dari CV Batuah, Pasar Batuah diharapkan Bupati Soeindiyo jadi kebanggaan Martapura. Apalagi di malam hari bermandikan cahaya berkat aliran listrik PLTA Riam Kanan yang berlebihan itu. Tapi harapan bisa dibuka siang malam toh tak kesampaian. Karena Pasar Batuah keadaannya serba kada alias tak lengkap. Lagipula jumlah penduduk Martapura cuma puluhan ribu. Tak begitu memerlukan pasar serba megah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus