MESKI tak berdasarkan rencana induk atau garis-pokok (out-line)
Bupati Soeindiyo merasa perlu membenahi kota kabupatennya,
Martapura. Ini perlu dilakukan, kata M. Husin Dakhlan, Humas
Pemda Kabupaten, karena "ancer-ancer pengembangan kota yang tak
tertulis sudah terfikirkan, yaitu arah perkembangan kota berat
ke selatan". Lagipula tampaknya, Martapura perlu gemerlap, tak
cuma terdengar cemerlang sebagai kota penghasil intan.
Maka sibuklah Soeindiyo merapikan 3 1/2 Km dan melebarkan jalan
raya negara mulai Balai Pemuda sampai perbatasan kota
administratif Banjarbaru. Pandangan pun jadi terbuka ke
mana-mana. Cuma saja, rencana semula akan dipoles dengan aspal,
terpaksa diurungkan. Karena tak ada bantuan Pusat. Sebab biarpun
semula Soeindiyo bernafsu membenahi kota Martapura tanpa bantuan
Pusat dan hanya sedikit-sedikit minta pada Propinsi, toh
akhirnya ia kewalahan juga. Hingga terpaksa pembenahan jalan
itu dicukupkan cuma sampai pada pengerasan. Tentu saja jalan
yang bersolek kepalang tanggung itu di hari-hari panas menyebar
debu coklat kemerahan lalu melengket pada rumah-rumah di tepinya
sampai ke isi-isinya. Di musim hujan pasti akan timbul banyak
kubangan.
Tak cuma jalan raya yang dilirik Soeindiyo. Rumah tahanan yang
jorok dekat Komres 1302 BTB itu mesti disingkirkan pula.
Gantinya ada di belakang gardu jaga. Lalu asrama warga Komres
yang keadaannya tak berbeda dengan rumah hantu itu diratakan
pula dengan tanah. Di bekas asrama dekat pabrik penggosokan
intan itu, kabarnya akan dimanfaatkan buat perkantoran Camat
kota. Berupa gedung permanen model mutakhir. Juga bong alias
kuburan Cina dekat gedung DPRD Kabupaten Banjar kena gusur.
Tulang belulangnya dikubur kembali di kawasan yang dirasa tak
mengganggu suasana gedung para wakil rakyat itu, yakni di
Tanjung Rema.
Serba Kada
Yang hampir terlupakan ialah pembenahan Pasar Batuah yang
bertingkat dua itu. Tentang ini menurut rencana sang bupati
bagaimana mengusir kemubaziran lantai duanya yang selama ini
cuma ada pedagang di hari-hari pasaran Selasa dan Jum'at saja.
Sehari-hari cuma didekami beberapa gelintir tukang pangkas asal
Madura. Yang belakangan inipun mulai terdesak, karena mode
rambut gondrong melanda kaum pria. Dengan modal Rp 33 juta lebih
dari CV Batuah, Pasar Batuah diharapkan Bupati Soeindiyo jadi
kebanggaan Martapura. Apalagi di malam hari bermandikan cahaya
berkat aliran listrik PLTA Riam Kanan yang berlebihan itu. Tapi
harapan bisa dibuka siang malam toh tak kesampaian. Karena Pasar
Batuah keadaannya serba kada alias tak lengkap. Lagipula jumlah
penduduk Martapura cuma puluhan ribu. Tak begitu memerlukan
pasar serba megah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini