Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Mengotak-atik batik

Menurut iwan tirta, esensi batik terletak pada garis segitiga, lingkaran dan titik-titik. uceng kalimantan dan kembang sungket termasuk motif batik kuno. iwan dan temannya terus menggali motif baru. (ils)

30 Oktober 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

REVOLUSI batik mulai gencar setelah tahun 70-an. Semula berpangkal pada soal warna. Bahwa warna riang dari kelompok Cirebonan dan Pekalongan, menjalar menyerang batik coklat hitam dari Sala dan Yogya. Kemudian ada perombakan motif. Bukan hanya elar, jelamprang atau kawung tapi masuk pula motif Sumbawa dan Dayak. Akhirnya batik mempunyai corak dan ragam yang semakin luas. Bahkan beberapa pabrik batik mencetak motif-motif kembang sepatu, anggrek dan bunga sakura. Batik semakin jauh dari motif aslinya. "Padahal, esensi batik sebetulnya bersumber pada garis segitiga. lingkaran dan titik-titik". ujar Iwan Tirta. Karena hal inilah, dalam koleksi Iwan Tirta awal Nopember untuk menghormati kedatangan nyonya Jeihan Sadat. dia mengeluarkan motif baru (yang sebetulnya lama). Yaitu lewat pameran busana jadi Nusabatik 77."Setelah menggali kembali pada sifat masyarakat yang agraris ini", kata Iwan lagi, "ada corak bintang tumpal". Motif geometris ini disemprotkan secara nyata dan mengingatkan orang pada bentuk roda atau hias lengkung. Dalam pameran ini ada pula uceng Kalimantan, "orang tidak sangka bahwa ini sebetulnya motif batik kuno", tambah Iwan. Uceng (artinya ikan kecil-kecil yang biasanya di sungai) yang di Kalimantan dijadikan salah satu motif utama dari seni ukir Dayak, dilontarkan dengan warna merah menyala, merah bata atau hijau telur bebek. Kembang Suket "Banyak memang orang lupa bahwa motif kembang suket (bunga rumput) sebetulnya salah satu pula dari motif kuno", demikian Iwan. Bentuk-bentuk batik kuno memang kini mulai dikumpulkan Iwan Tirta. Setelah dia "meguru" beberapa tahun yang lalu lewat Ibu Sud (Nyonya Bintang Sudibyo) dan Go Tik Swan (yang tahun 1975 diangkat jadi bupati keraton Kasunanan Surakarta dan namanya jadi Raden Tumenggung Hardjonegoro), Iwan juga memiliki koleksi batik-batik kuno. Dan motif kembang suket adalah motif wajik dengan tiga helai daun rumput. Dalam Nusabatik 77, tidak saja ditampilkan kembali motif-motif batik kuno. Ada juga beberapa kreasi baru yang diambil dan diolah kembali jadi motif baru. Iwan dan anak buahnya, pemuda-pemuda tamatan sekolah tekstil atau ASRI, secara tetap terus mencoba menggali motif baru dari berbagai sumber yang kemudian dicap ]adi koleksi Iwan Tirta. Misalnya Paksi Dadali, adalah salah satu petikan batik dari fragmen Ramayana. Karenanya, elar atau sayap masih bisa dilihat dalam motif ini. Patola dinamakan demikian karena penciptanya teringat akan ikat kepala orang Bali, yang rapi melingkar di kepala. "Dan saya tidak pernah kuatir nantinya akan ditiru oleh perusahaan batik lain", ujar Iwan. "karena kami terus menggali yang baru secara kontinyu". Untuk koleksinya yang baru ini, Nusabatik pasang harga sekitar Rp 13.000 (untuk baju pagi dan siang) sampai Rp 20.000 ke atas untuk baju malam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus