Tangan-Tangan Kampungan

SUDAH lama kota di tepi sungai Musi ini ingin dihijaukan. Dari 22.000 hektar lebih luas Kotamadya Palembang, lebih dari 7.000 hektar di antaranya harus ditancapi pohon-pohon perimbun. Dan sejak tahun 1970 lalu, Walikota Arifai Tjek Yan mulai menginstruksikan penanaman pohon-pohon terutama di sekitar jalan-jalan protokol. Tapi usahanya hampir tak berbekas. Tangan-tangan jahil selalu dengan seenaknya saja mencabuti tanaman-tanaman itu. Kata Tjek Yan, untung kalau tanaman itu mereka curi untuk dipindahkan ke halaman rumah mereka. "Tapi ternyata mereka buang", ucapnya. Sejak awal tahun ini rupanya penhiauan kota Palembang lebih digalakkan. Berbagai ragam pohon mulai menghiasi bibir-bibir jalan hampir di seluruh kawasan kota. Ada flamboyan, akasia, pinus, kayu putih, pinang hijau dan macam-macam lagi. "Tapi semuanya baru tertanam 2.016 batang pohon, yang belum masih 7.984 pohon lagi", kata ir. Priambodo, Kepala Dinas Kehutanan Sumatera Selatan. Masih adakah tangan-tangan jahil? Rupanya belum terasa benar. Tapi bersamaan dengan penutupan pekan penghijauan akhir bulan lalu di kota Palembang, Walikota Tjek Yan juga menyerukan kepada warga kota agar bersarnasama memelihara tanaman itu. Bahkan sang walikota mengecam tindakan sementara wargakota yang merusak itu sebagai "sikap kampungan". Sebab "tanaman-tanaman ini untuk keindahan keapikan dan kebersihan kota kita sendiri", ucap Tjek Yan.