Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Langkah tegap salim ode

Syahbandar tanjung pinang, salim ode, melakukan penertiban di kantornya. penyelewengan oleh oknum tertentu terhadap petugas mercu suar merupakan salah satu sasarannya.

19 Maret 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SALIM Ode, syahbandar Tanjungpinang yang baru itu, tampaknya memang masih enggan buka suara. "Maaf, saya belum bisa bicara banyak sekarang", katanya kepada TEMPO. Tapi di luaran sudah ramai bisik-bisik bahwa pejabat yang pernah hampir 10 tahun menangani pelabuhan besar Sunda Kelapa -- yang sebenarnya untuk pelabuhan Taniung Pinang tak sesuai dengan pangkat/golongannya itu - sedang melakukan beberapa gebrakan besar di kantornya yang baru. Penertiban? Dengan sebuah anggukan kecil, Salim membenarkan. Sayangnya, apa dan bagaimana penertiban itu Salim tak menyebutkan. Penertiban itu memang cukup mendesak. Sebab sudah sejak lama tercium adanya ketidak beresan di kantor itu. Misalnya soal nasib para petugas mercusuar. Di daerah pulauan Riau ini termasuk paling banyak terdapat mercusuar, dan tentu saja jumlah personilnya. Mereka bertebaran di selat Singapura (perbatasan) dan jauh di Laut Natuna. Mereka ini selain sering mengalami kesulitan dalam mendapatkan kebutuhan sehari-hari, karena terlambat droping atau cuaca jelek. Juga, berdasar keterangan yang berhasil dikumpulkan, justru sebagian dari pendapatan syah mereka sering dibajak oleh petugas-petugas di Dinas Navigasi/P-3 kesyahbandaran Tanjung Pinang. Minta Ampun Sumber TEMPO di kesyahbandaran itu menyebutkan, ada pemotongan sekitar 20% terhadap tunjangan kerja petugas mercusuar. "Setiap kwartal tak kurang dari setengah juta rupiah", lanjut sumber itu lagi. Sehingga praktek penyembelihan keringat yang sudah berlangsung lebih 5 tahun itu kini mengantongi angka lebih dari Rp 15 juta. Ini baru dari tunjangan kerja, belum dari reeki sah lainnya. Seperti uang rapel. Pernah seorang petugas honor yang baru diangkat dan menerima rapel untuk masa kerja 4 tahun sekitar Rp 150 ribu. Tapi oleh pctugas keuangan Dinas Navigasi disadap hampir separuhnya membuat sang petugas malang itu terisak-isak. Ke mana perginya uang itu dan untuk apa sebenarnya dan siapa yang melakukan permainan? Itulah salah satu gebrakan Salim Ode. Rupanya ia memilih sasarannya terhadap nasib personil mercusuar ini. Langkah ini bukan saja karena Salim nan haji itu termasuk salah satu staf inti Team Khusus Deperla, tapi juga karena Salim tahu persis nasib para petugas mercusuar itu. Di daerah ini ia pernah bertugas sebagai komandan kapal perambuan Km "Ariyat" dan sudah demikian dekat dengan kehidupan mercusuar. Boleh jadi para petugas ini menemukan liang tempat mengadu sehingga praktek tak patut itu tercium oleh Salim. Berdasarkan hasil kerja team yang datang bersamanya baru-baru ini, kabarnya semua bukti telah ditemukan dan para pelakunya sudah berteriak "minta ampun". Jalan Buntu Kantor Syahbandar Tanjung Pinang memang terkenal memiliki peralatan serba lux. Seperti karpet empuk di kamar Syahbandar. Kursi tamu, kulkas radio kasset dan lain-lain perlengkapan mewah. Belum lagi Mess "Perla"nya. Apakah semua ini berasal dari sumber-sumber inkonvensionil? Sebab hampir dapat dipastikan barang-barang mewah itu bukan berasal dari anggaran Perla alias bukan inventaris. Siapa yang akan bertanggung jawab dan paling tidak patut benar didengar keterangannya kalau itu ternyata merupakan "penyelewengan" yang harus diusut? Bukankah saksi utamanya sudah tiada? Yaitu syahbandar yang lama, A.M. Majid yang sudah almarhum? Jadi meskipun langkah tegap Salim Ode patut didukung, tapi Salim yang juga dicalonkan buat anggota DPR untuk daerah pemilihan Sulawesi Tenggara itu, menemukan semacam jalan buntu meskipun cukup banyak bukti ditangan. Atau seperti diakui oleh Salim: "Memang saya temui hal-hal yang luar biasa di kantor ini". Cuma pejabat ini sering tercenung. Apalagi gebrakannya itu di saat-saat yang kurang tepat: menghadapi Pemilu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus