SUATU kebakaran besar melanda perkampungan miskin (slum) Yan
Nawa, Bangkok, ibukota Muangthai 16 April lalu. Dua orang tewas
dan beberapa luka serta lebih dari 4500 penghuni perkampungan di
antara New Road dan kali Chao Phya itu kehilangan tempat
berteduh. Para petugas pemadam kebakaran tak mampu menguasai
api, karena sulit menembus perkampungan yang padat oleh bangunan
buruk terbikin dari kayu-kayu tipis dan beratap seng tua itu.
Kejadian ini mengharuskan Gubernur Bangkok Khun Chalaw Tummasiri
lebih serius memikirkan masalah slum. Misalnya bagaimana memberi
bantuan buat para korban. Bagaimana menyediakan kembali tempat
berteduh. Meski mereka sudah terbiasa dengan tempat berteduh
seadanya, maklum sejenis tunawisma.
Apalagi seperti dikatakan Gubernur Chalaw sendiri kepada para
wartawan Indonesia yang mewawancarainya akhir Maret lalu,
"terdapat lebih 300 daerah slum di Bangkok dengan jumlah kaum
gelandangan 700.000 jiwa." Tapi bekas Gubernur Chiang Mai,
propinsi di utara Muangthai itu dan baru 10 bulan menjabat
Gubernur Bangkok, belum punya konsep baru bagi pemecahan masalah
itu.
"Cara penanggulangan, selain dilakukan pemerintah Kota Bangkok
juga dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Pusat yakni Menteri
Dalam Negeri," tuturnya. Menurut Chalaw ada sebuah perusahaan
pemerintah bernama National Housing Authority (semacam Perumnas
di Indonesia). NHA berada di bawah pengawasan Mendagri
(Ministry of Interior) yang punya tugas antara lain memecahkan
masalah tunawisma dan perkampungan miskin itu. Badan tersebut
mengambil alih tugas-tugas dan kegiatan Departemen Kesejahteraan
Rakyat, Kantor Perbaikan Masyarakat Pemerintah Metropolitan
Bangkok dan Bank Kesejahteraan dan Perumahan. Dengan personil
dari instansi-instansi tadi diketuai seorang yang berpangkat
gubernur, badan itu bertugas melaksanakan proyek-proyek dan
mencari dana dari segala sumber untuk membangun perumahan rakyat
berpenghasilan rendah dengan cara sewa, beli sewa atau beli
sekaligus. Termasuk pula kewajiban membangun perumahan buat
tunawisma dan perbaikan daerah slum.
Sejenis MHT
Menurut Gubernur Chalaw Tummasiri, yang duduk di badan tadi
sebagai anggota pimpinan, "ada 7 proyek khusus untuk kaum tuna
wisma dan daerah slum sedang dilaksanakan." Sementara sebagai
Gubernur Bangkok, ia terus "melakukan pembangunan dan perbaikan
jalan-jalan, sumber air minum, listerik, penanggulangan sampah
dan lainnya usaha perbaikan lingkungan hidup." Tentu ini bukan
cuma buat daerah slum. Agaknya sama seperti Proyek Muhamad Husni
Thamrin di DKI Jakarta.
Di daeran-daerah seperti itu ada juga rakyat yang punya TV
berwarna. Mereka tinggal di sana karena terpaksa sebagai
pendatang dan mencari pekerjaan di Bangkok, tak mampu menyewa
rumah yang mahal, yakni lebih 100 baht sebulan. (20 baht sama
dengan 1 dolar AS). Mereka seenaknya membikin gubuk di sela-sela
gedung atau tanah-tanah kosong.
120.000 Unit
Tapi tak pernah mereka dirazia atau digusur. Meski gubug itu
bertengger di tanah pemerintah atau milik peroranan.
Penyelesaian baru dilakukan, tatkala perbaikan atau pembangunan
akan dilaksanakan. Mereka (merupakan 15% dari jumlah penduduk
Bangkok) diperlakukan seperti warga Bangkok lainnya.
"Bagaimanapun menyetop mereka masuk Bangkok sulit dilakukan. Itu
merupakan problem kota besar. Pemecahannya saya kira ialah
membangun industri dan lingkungan hidup di pinggiran kota oleh
pemerintah pusat," ucap gubernur berusia 50 tahun dan berwajah
mirip Gubernur Ja-Teng Supardjo Rustam itu. Ia pemegang Masters
of Political Science dari Universitas Tammasart dan tamatan
National Defence College 1971.
Adapun NHA alias Perumnasnya Bangkok, baru berdiri Pebruari
1973 dengan dekrit Pemerintah dan berada di bawah Mendagri.
Badan ini merupakan perkembangan dari usaha buat memecahkan
masalah kekurangan rumah dan pemukiman di kota besar akibat
mengalirnya urbanisasi ke Bangkok dan Thonburi (2 kota ini 5
tahun lalu digabung jadi Metropolitan Bangkok).
Menurut keterangan Boonmaak Prompuay, seorang penjabat NHA,
baru di 1976 NHA memulai proyek 5 tahunnya untuk membangun
120.000 unit rumah berupa flat-flat untuk rakyat berpenghasilan
rendah. (Berpenghasilan di bawah 5000 baht sebulan). Di samping
itu NHA juga membangun pembangunan 40.000 unit rumah untuk
mereka yang berpenghasilan menengah dan tinggi, yang dilakukan
perusahaan swasta.
Khusus untuk daerah slum dalam rencana 5 tahun NHA akan
membangun 40.000 unit rumah (disewakan 300 baht sebulan) di
King Petch Prem Pracha, Trok~ Jumpathong, Parachachuen Road
dan lainnya. "Sampai kapan masalah tuna-wisma dan slum itu
akan selesai, saya tidak tahu. Sebab rakyat yan~g berdatangan
ke Bangkok bertambah terus," ucap Gubernur Khun Chala~
Trummasiri. Tapi dengan wilayah ~1.5~89.051 KmÿFD dan penduduk
hampir 5 juta, masalah tersebut tak berbeda dengan Jakarta.
Menurut catatan bekas Gubernur Ali Sadikin, di tahun 1966
jumlah kaum gelandangan atau tuna wisma di Jakarta sekitar
30.000 orang. Dan sekarang Gubernur Tjokroprano~lo cuma
kebagian sekitar 6 ribuan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini