SOAL pergantian gubernur di beberapa propinsi menjadi ramai lagi
pekan lalu. Khususnya bagi daerah-darah yang gubernurnya
sekarang berstatus pejabat. Seperti Aceh, Sumatera Utara, Riau,
Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Timur.
Kecuali Lampung, gubernur-gubernur yang lain itu sudah menduduki
masa jabatan untuk kedua kalinya. Sutiyoso, Gubernur Lampung,
karena alasan kesehatan, pertengahan bulan ini akan menyerahkan
jabatannya kepada salah seorang dari calon-calon penggantinya.
Yaitu antara lain Mayjen Yasir Hadibrata, Brigjen Mistar dan
Kol. Hasan Basri.
Prinsip bahwa gubernur-gubernur itu kelak hendaklah putera
daerah bersangkutan, tampaknya masih merupakan persyaratan yang
tetap dipegang oleh DPRD-DPRD. Setidak-tidaknya si gubernur itu
kelak adalah orang yang banyak mengenal wilayahnya. Tapi
sementara itu ketentuan bahwa daerah A misalnya harus diduduki
gubernur dari ABRI atau daerah B boleh bergubernur sipil, belum
jelas benar. Dari kalangan Hankam hanya ditetapkan bahwa jika
suatu propinsi dinilai strategis bagi keamanan pada umumnya,
maka gubernurnya hendaklah seorang ABRI. Jika tidak, boleh
sipil. Pihak Hankam maupun Departemen Dalam Negeri sendiri
sampai saat ini tak pernah secara resmi mengumumkan mana daerah
strategis atau non strategis yang dimaksud.
Parwis Nasution
Namun demikian dalam mempersiapkan calon-calon gubernur,
daerah-daerah rupanya sudah mempunyai dugaan sendiri-sendiri
apakah si calon harus ABRI atau sipil. Sumatera Utara misalnya,
tak ragu lagi bahwa sebagaimana halnya Brigjen Marah Halim
(Pejabat Gubernur sekarang), penggantinya juga hendaklah dari
ABRI. Barangkali karena daerah ini dikenal panas. Sejak beberapa
waktu lalu terdengar misalnya nama calon-calon Gubernur Sumatera
Utara semua dari ABRI. Seperti Kolonel H. Ahmad Parwis Nasution
SH, Laksamana Madya drs. H.M. Ralie Siregar, Brigjen purn) Lahi
Raja Munthe dan pekan lalu disebut-sebut pula Mayjen EWP
Tambunan.
Kolonel Parwis Nasution (53) sekarang adalah Direktur Utama PT
Pelayaran Arafat sejak 1976. Ia sebelumnya banyak dikenal
sebagai anak Kostrad dan banyak dekat dengan Pak Harto, terutama
selama Operasi Mandala. Menurut Koresponden TEMPO di Medan,
Parwis banyak mendapat dukungan dari organisasi-organisasi
profesi di Sumatera Utara, seperti seniman, cendekiawan,
wartawan, Angkatan 66 dan Perintis Kemerdekaan. "Karena ada
dukungan yang spontan itu, maka saya mau dicalonkan" kata
Parwis.
Calon Gubernur Sumatera Utara yang lain, Lahi Raja Munthe,
mengaku telah mengirimkan konsep-konsep bagi pembangunan daerah
itu kepada Pemerintah Pusat. Di samping menyebutkan
kesanggupannya menyatukan semua golongan agama di propinsi itu,
ia juga tak setuju pelarangan terhadap pukat harimau (trawl)
seperti dilakukan Marah Halim melalui SK 848/1978. "Saya juga
mendapat dukungan dari aliran kepercayaan Permalim" kata Munthe.
Sementara itu EWP Tambunan, sekarang adalah Gubernur Akabri
Darat. Tak lama setelah ia selesai menjabat Pangdam
XIII/Merdeka, beberapa waktu lalu ia disebut-sebut juga sebagai
calon pengganti Gubernur Worang di Sulawesi Utara. Tapi kepada
wartawan yang menanyai soal pencalonannya sebagai Gubernur
Sumatera Utara minggu lalu Tambunan tak banyak komentar. "Saya
tak tahu soal itu, saya tak mau membicarakannya," ucapnya.
Dubes & Dirjen
Dari daerah-daerah lain, deretan calon juga banyak disebut.
Sumatera Selatan misalnya, H. Noer Amin, seorang tokoh Kadin di
Jakarta, masih dibicarakan sebagai calon terkuat. Menyusul
namanama H.M. Umar (Sekwilda sekarang), lalu Brigjen Sainan
Sagiman dan Brigjen (purn.) Amir Yudowinarno. Walauun Gubernur
Sumatera Selatan yang sekarang (Brigjen H. Asnawi Mangku Alam)
seorang ABRI, tapi daerah ini sudah diangap stabil sehingga
memungkinkan jabatan gubernurnya dipegang oleh sipil.
Untuk Sulawesi Utara nama-nama calon pengganti H.V. Worang yang
kerap dibicarakan mulai berkurang. Akhir-akhir ini hanya
disebut Brigjen Willy Lasut, setelah Mayjen Kanter SH dikatakan
menolak jabatan itu karena lebih tertarik pada karier
militernya. Sementara calon pengganti Ahmad Lamo di Sulawesi
Selatan banyak terdengar 3 nama. Yaitu Mayjen A. Azis, Mayjen
Hertasning dan Kolonel Andi Odang.
Sementara nama-nama calon itu akan menyibukkan DPRD
masing-masing selama 1 sampai 2 bulan ini untuk menggodoknya,
tak kalah ramainya juga dibicarakan: akan ke mana para bekas
gubernur yang sudah habis masa jabatan itu? Sumber-sumber TEMPO
di Jakarta menyebut, pada umumnya bekas-bekas gubernur yang
dianggap sukses akan diberi jabatan sebagai duta besar atau
dirjen di beberapa departemen. Yang terakhir ini dihubungkan
dengan wajah-wajah baru menteri-menteri dalam Kabinet
Pembangunan III sekarang yang juga kabarnya perlu memperbaharui
pembantu-pembantu dekatnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini