SERANGAN hama wereng di Jawa Timur tahun ini tak sehebat tahun
lalu. Hanya beberapa wilayah saja yang terkena, misalnya Madiun,
Jember dan Lumajang. Tapi di Sidoardjo dan Bojonegoro memang
agak serius. Di Sidoarjo ada 3 desa yang tak sampai panen sama
sekali. Sedang di Sawangan, Bojonegoro, walaupun tak seberapa,
tapi jenis hamanya termasuk baru. Yaitu sejenis ulat yang
dinamai penduduk setempat ulat tentara. Warnanya hijau dan
kemampuannya untuk merusak padi mengagumkan juga. Dengan
menyerang tanaman di malam hari, ulat tentara ini mampu
menggerogoti bagian bawah batang padi sampai patah. Anehnya,
siang hari ulat-ulat itu tak kelihatan. Diduga bersembunyi di
dalam air.
Untunglah serangan ulat tentara itu hampir bersamaan dengan
waktu panen. Sehingga tak begitu mempengaruhi hasil panen
petani. Jika sebelum panen, agaknya bukan saja petani yang akan
menderita, tapi juga Pemda Jawa Timur. Sebab tahun ini Jawa
Timur mendapat tugas mengumpulkan 6,7 juta ton padi kering untuk
pengadaan pangan nasional. Jumlah ini 100 ton lebih besar dari
tahun lalu.
Karena itu Gubernur Jawa Timur, Sunandar Priyosudarmo, tetap
optimis untuk mengumpulkan jumlah itu. "Sebab berdasar
penelitian, hasil panen tahun ini baik sekali" kata Sunandar
ketika meresmikan gudang Bulog di Ngawi pertengahan bulan lalu.
Meski begitu, Sunandar memperingatkan, "masih ada hambatan dalam
penyaluran pupuk, terutama di lini III dan IV" -- maksudnya di
tingkat BUUD. Dari segi lain, gubernur juga mengingatkan masih
banyaknya tanah tadah hujan yang belum dimanfaatkan di musim
kemarau.
Idealnya 20 Juta
Dari 300 buah gudang Bulog di Jawa Timur, 79 buah di antaranya
ada di Ngawi. "Kalau seluruh gudang Bulog di Jatim selesai, bisa
ditampung 1/3 dari stok nasional," kata H. A. Sukamto, Kadolog
Jawa Timur. Sampai sekarang hanya tinggal 6 buah gudang lagi
yang belum selesai. Selain berfungsi sebagai tempat penampungan
beras dan gabah yang dibeli Bulog, gudang-gudang tadi juga untuk
menyimpan cadangan pangan nasional yang akan dibagi-bagikan ke
daerah Indonesia lainnya.
Tahun lalu beras yang diantar-pulaukan dari Jawa Timur mencapai
100.000 ton. Meskipun jumlah ini cukup besar, namun Gubernur
Sunandar selalu memperingatkan warga daerahnya. "Harap waspada"
kata Sunandar, "meskipun KB berhasil di Jawa Timur, tapi masih
600.000 bayi lahir setiap tahun." Maksudnya jika peningkatan
produksi tidak tercapai, daerah ini pada saatnya akan mengalami
kekurangan beras. Sebab, menurut Sunandar, idealnya Jawa Timur
hanya untuk 20 juta penduduk. Padahal penduduknya sekarang
tercatat 27 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini