Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pendakwah kondang Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah kini tengah menjadi sorotan publik. Saat berdakwah di Bangsri, Sukodono, Sidoarjo, Jawa Timur, beberapa waktu lalu, dia mengkritisi soal larangan penggunaan pengeras suara atau speaker masjid untuk tadarus Alquran di bulan Ramadan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia membandingkan penggunaan pengeras suara di masjid itu dengan dangdutan yang disebutnya tidak dilarang bahkan sampai dengan dini hari. Potongan video ceramah yang diunggah warganet itu pun viral di sejumlah media sosial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain protes terkait larangan penggunaan speaker masjid yang diatur Kementerian Agama (Kemenag) melalui Surat Edaran Nomor 5 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala, Gus Miftah juga tercatat beberapa kali melakukan kontroversi. Apa sajakah itu?
Bagi-bagi Uang di Pamekasan
Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, Gus Miftah terlihat membagi-bagikan uang di sebuah gudang di daerah Pamekasan, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Dia sendiri dikenal sebagai pendukung pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024.
Dia pun menampik jika pembagian uang itu adalah salah satu bentuk kampanye. Dia menyatakan bahwa dirinya saat itu sedang diundang oleh seorang pengusaha tembakau, Haji Her. Menurut dia, Haji Her terbiasa bersedekah setiap hari bahkan membangun seribu rumah sederhana untuk masyarakat miskin.
“Kebetulan saya dapat undangan bertepatan dengan jadwal bagi-bagi duit. Saya diminta ikut bagi duit, masa saya tolak, kan minimal saya dapat pahalanya, ikut bagi-bagi,” kata Gus Miftah.
Sebut PKS Wahabi
Dalam ceramahnya di Lapangan Cipta Karya, Kalianda, Lampung Selatan, Jumat, 12 November 2023 lalu, Gus Miftah pernah mengatakan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) identik dengan Wahabi.
“Dakwah yang menyenangkan itu ada di ahlussunnah wal jama’ah, yang jamaahnya disebut Nahdlatul Ulama (NU). Sementara sebaliknya yang menakut-nakuti dan banyak memberi peringatan di Indonesia itu identik dengan Wahabi. Wahabi itu identik dengan PKS, makanya saya tidak yakin kalau orang NU bisa maju bersama PKS,” katanya seperti dikutip dari laman resmi Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKS Lampung.
Adapun menurut Syekh Idram dalam Buku “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi”, Wahabi merupakan suatu paham agama Islam yang diperkenalkan Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman at-Tamimi sebagai evolusi di tanah suci Arab Saudi. Wahabisme menginginkan kembalinya kehidupan persis seperti zaman Nabi Muhammad.
Ceramah di Kelab Malam
Video Gus Miftah berdakwah di lokasi dunia malam sempat viral di jagat maya. Dia dikenal sering mengisi pengajian dengan jamaah yang datang dari berbagai kalangan, mulai dari pejabat, politisi, artis, hingga pekerja seks komersial (PSK). Bahkan saat milad Pondok Pesantren (Ponpes) Ora Aji yang keenam di Purwomartani, Kalasan, Sleman beberapa waktu lalu, ada rombongan dua bus dari lokalisasi Pasar Kembang Yogyakarta.
Dia bercerita, ada jamaahnya yang seorang peminum minuman keras. Meskipun pemabuk, menurutnya, jamaahnya itu tetap setia ikut Gus Miftah hingga akhirnya perlahan sadar dan rajin salat.
“Saya mengimami, setelah fatihah, bukannya bilang amin, tetapi malah hoiik (suara orang bersendawa akibat konsumsi minuman keras),” ucapnya.
Orasi di Gereja
Gus Miftah diketahui datang memberikan Orasi Kebangsaan dalam peresmian renovasi Gereja Bethel Indonesia (GBI) Amanat Agung, Penjaringan, Jakarta Utara, pada 30 April 2021 lalu. Video orasinya yang tersebar di dunia maya pun membuatnya panen hujatan, hingga dicap kafir oleh sejumlah warganet.
Dia membantah kehadirannya saat itu bersama Anies Baswedan yang masih berstatus sebagai Gubernur DKI Jakarta, bukan untuk beribadah. Dia menegaskan kedatangannya di sana semata untuk memenuhi undangan panitia dan memberikan orasi kebangsaan.
“Saya hanya berpikir, orang seperti saya yang dikasih Allah untuk membimbing sekian ratus orang untuk bersyahadat menjadi mualaf, hanya karena video itu saya dikatakan kafir, luar biasa. Itu dakwah zaman sekarang. Kalau dakwah zaman dulu tugasnya mengislamkan orang kafir, dakwah hari ini mengkafir-kafirkan orang Islam,” ujar Gus Miftah.
MELYNDA DWI PUSPITA