Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Terimbas Misi Pelenyapan

Dikenal dekat dengan Antasari Azhar, Sigid Haryo Wibisono ditangkap karena diduga terlibat pembunuhan Nasrudin. Diduga ia penyedia dana.

4 Mei 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RUANG kerja di lantai tiga Graha Merdeka di Jalan Ampera Raya 6, Jakarta Selatan, itu tak lagi disentuh pemiliknya. Rabu pekan lalu, Sigid Haryo Wibisono, si empunya, ditangkap sejumlah aparat Kepolisian Daerah Metro Jaya di rumahnya, di Jalan Patiunus, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. ”Ini sangat mengejutkan, saya tidak menduga sama sekali,” ujar Mulyana W. Kusumah, kriminolog yang kini menjadi pemimpin redaksi harian Merdeka, portal berita Merdeka News, dan majalah Maestro.

Semua penerbitan itu berada di bawah payung PT Pers Indonesia Merdeka. Inilah perusahaan anyar milik Sigid. Di perusahaan yang berdiri sejak pertengahan April 2008 itu, Sigid menjadi komisaris utama. Di sini bergabung pula mantan wartawan Kompas Julius Pourwanto, sebagai komisaris dan wakil pemimpin umum harian Merdeka. Jika datang ke kantornya—Graha Merdeka—Sigid lebih kerap mengendarai Land Rover hijaunya. Di belakangnya, dua pengawal membuntutinya dengan Nissan Terrano.

Sebelum mendirikan PT Pers Indonesia Merdeka, Sigid memiliki sejumlah perusahaan, seperti PT Multi Primarasa Sejati dan PT Mulya Sentra Eka Mandiri Jakarta. Perusahaan itu antara lain bergerak di bidang perdagangan dan industri.

Dilahirkan di Semarang 43 tahun silam, Sigid datang dari keluarga militer. Ayahnya, Mardiyo, pernah menjabat Kepala Staf Kodam Diponegoro dengan pangkat terakhir brigadir jenderal. Ibunya, Tatik Mardiyo, masih kerabat Tien Soeharto, istri mantan presiden Soeharto. Sigid adalah bungsu dari tujuh anak pasangan Mardiyo-Tatik.

Nama Sigid mencuat pada 2007 ketika ia meloncat dari Partai Golkar ke Partai Kebangkitan Bangsa. Ia pernah menjabat Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Jawa Tengah. Di Partai Kebangkitan Bangsa, ia sempat duduk di jajaran Dewan Syura. Kepada wartawan, saat itu, Gus Dur menyatakan dirinyalah yang merekomendasikan sarjana ekonomi dari Universitas Diponegoro itu masuk PKB.

Sigid juga pernah menjadi Wakil Ketua Sementara PKB Jawa Timur. Kehadirannya memantik kontroversi. Ia dianggap otak pembekuan PKB Jawa Timur. Tapi, saat itu, Wakil Ketua PKB Niam Salim menolak tudingan tersebut. Ada yang menyebutkan Sigid cepat mencuat di PKB karena kedekatannya dengan putri Gus Dur, Yenny Wahid. Tapi, kepada Tempo, saat itu, Yenny menyatakan hubungannya dengan Sigid murni profesional dan untuk urusan kepartaian.

Keluwesannya bergaul membuat Sigid tak hanya memiliki jaringan di kalangan politikus, tapi juga dengan pengusaha dan pejabat pemerintah. Alumnus Lembaga Ketahanan Nasional ini juga tercatat sebagai anggota staf khusus Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah. Ia kerap mewakili Menteri memberikan bantuan sosial di sejumlah daerah.

Perkenalannya dengan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar, menurut sumber Tempo, sudah terjadi jauh hari sebelum Antasari masuk Komisi. Kedua orang ini, ujar sumber Tempo, kerap bertemu di Hotel Grand Mahakam, Jakarta Selatan. Sumber Tempo menduga kuat Sigid terlibat pelenyapan Nasrudin dalam urusan penyediaan dana operasi. ”Karena selama ini dia juga banyak mendapat bantuan dari Antasari,” ujar sumber tersebut. Antasari juga mengaku mengenal Sigid. Komisi Pemberantasan Korupsi, kata Antasari, pernah menerima tawaran dari harian Merdeka untuk membuat kerja sama yang berkaitan dengan kinerja Komisi.

Kepada Tempo pekan lalu, Sigid E.S. Mardeo, kakak Sigid, meragukan adiknya terlibat pembunuhan Nasrudin. Kendati demikian, Sigid Mardeo—namanya memang sama dengan sang adik—mengakui adiknya itu sudah lama mengenal Antasari. ”Persisnya sejak kapan saya tidak tahu, tapi sudah lama.” Penangkapan Sigid tak pelak membuat keluarga besar Mardiyo terkejut. ”Ibu syok,” ujar Sigid Mardeo.

Kasus berat yang membelit Sigid bisa jadi akan berdampak terhadap nasib bisnis persnya yang baru seumur jagung. ”Karena beliau owner, tentu akan berpengaruh pada Merdeka ke depannya,” kata Mulyana.

L.R. Baskoro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus