Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Teroris Milenial dan Serigala Penyendiri

Pengebom Gereja Katedral Makassar berafiliasi dengan Jamaah Ansharut Daulah yang berbaiat kepada kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Petinggi Front Pembela Islam disebut hadir dalam salah satu pembaiatan. Serangan di Makassar membangkitkan teroris yang beraksi sendirian.

3 April 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Polisi tak mendeteksi pelaku pengeboman Gereja Katedral Makassar saat menggerebek markas Jamaah Ansharut Daulah Makassar pada awal Januari 2021.

  • Kelompok JAD Makassar berkaitan dengan pengebom di Jolo, Filipina, dan Gereja Oikumene Samarinda, Kalimantan Timur.

  • Masih ada bahan peledak yang diduga belum ditemukan.

ENAM bulan terakhir, Muhammad Lukman Alfarizi berjualan kebab dan minuman kemasan hampir setiap hari. Aktivitas pria 25 tahun itu tak terlihat mencurigakan di mata tetangganya. Pemuda lulusan sekolah menengah atas tersebut lebih banyak menghabiskan waktu di warung yang luasnya sekitar dua meter persegi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Warung bernama Alfarizi itu terletak di Jalan Tinumbu 1, Lorong 132, Kecamatan Bontoala, Makassar. Lukman tinggal di tempat indekos bersama istrinya, Yogi Safitri Fortuna alias Dewi Juwariya, yang lebih muda tiga tahun, beberapa ratus meter dari warung. “Tiap waktu salat tiba, dia meninggalkan warungnya untuk berjemaah di masjid,” kata Mahmud, tetangga Lukman, pada Kamis, 1 April lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mahmud tumbuh di lingkungan yang sama. Menurut dia, Lukman sempat menjadi makelar jual-beli sepeda motor. Ia mencari nafkah dari Warung Alfarizi setelah menikah sekitar enam bulan lalu. Mahmud mengatakan Lukman terlihat makin pendiam dan tak bergaul dengan warga Lorong 132 setelah menikah.

Para tetangga tak pernah melihat istri Lukman di rumah kos-kosan, juga di kediaman mertuanya. Padahal rumah orang tua Lukman tak jauh dari kos-kosan itu. “Dia baru tiga bulan tinggal di kos-kosan. Sebelumnya, Lukman tinggal sama mamanya, tapi katanya sering berantem,” ujar Mahmud.

Ia terakhir kali melihat Lukman pada Ahad, 28 Maret lalu, sekitar pukul 10.15 Wita. Lukman terlihat menunggangi sepeda motor matik berkelir oranye dengan memboncengkan Dewi, yang dikabarkan sedang hamil empat bulan.

Saat ditinggalkan pemiliknya pergi, pintu Warung Alfarizi yang terbuat dari seng bercat hijau terlihat tertutup rapat. “Saya tidak begitu memperhatikan. Hanya tahu motornya, ‘Oh, itu Lukman,’” ucap Mahmud. “Dia hanya senyum kalau berpapasan dengan warga.”

Polisi memasang garis saat menutup akses menuju rumah terduga teroris setelah penggerebekan di Perumahan Villa Mutiara, Kelurahan Bulurokeng, Biringkanaya, Makassar, Sulawesi Selatan, pada Rabu, 6 Januari 2021. Antara/Arnas Padda

Tak satu pun tetangga yang menyangka kepergian Lukman dan Dewi pada Ahad itu untuk meledakkan bom di Gereja Hati Yesus Yang Mahakudus, yang dikenal dengan sebutan Gereja Katedral Makassar. Jarak tempat tinggal Lukman dengan gereja sekitar 2,5 kilometer, yang bisa ditempuh dalam lima menit mengendarai sepeda motor.

Akibat bom itu, sekitar 20 anggota jemaat dan petugas keamanan gereja terluka. Pintu gerbang, kendaraan, dan kaca hotel di sekitar gereja rusak diterpa ledakan. Lukman dan Dewi tewas seketika. Sepeda motornya hangus.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komisaris Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan Lukman dan Dewi menggunakan bom panci. Mereka diduga akan menyerang jemaat yang sedang melakukan misa Minggu Palma, rangkaian ibadah Paskah, di gereja tertua di Makassar itu.

Petugas keamanan gereja bernama Kosmas menghentikan laju sepeda motor Lukman sehingga bom hanya meledak di depan gerbang. Berdasarkan olah tempat kejadian perkara, kepala Lukman terpental ke depan. Badan bagian tengah hancur. Sedangkan kepala Dewi terlontar ke belakang. “Kesimpulannya, bom panci berbahan TATP (triacetone triperoxide) itu ditaruh di tengah sepeda motor.”

Selain menyasar gereja, menurut Boy Rafli, kelompok Lukman ditengarai menjadikan Sekolah Polisi Negara Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan sebagai target. “Kemungkinan ada bahan peledak yang masih disimpan,” ujarnya.

Kepala Kepolisian RI Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan Lukman adalah bagian dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Makassar. “Yang bersangkutan merupakan bagian dari kelompok yang beberapa waktu lalu kami tangkap,” tutur Sigit.

Pada 6 Januari lalu, tim Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap pentolan Jamaah Ansharut Daulah Makassar, Bustar, bersama sekitar 20 orang lain di Villa Mutiara Cluster Biru, Kecamatan Biringkanaya, Makassar. Dalam penangkapan itu, pentolan JAD Makassar lain, Muhammad Rizaldy, beserta menantunya, Sanjai Ajis, tewas ditembak.

Lukman dan Dewi menikah di kediaman Rizaldy. Penghulunya Bustar, yang panggil dengan sebutan “Ustad”. “Lukman sebagai jemaah atau anggota kajian di sana,” kata Sigit.

Peneliti Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikalisasi, Adhe Bhakti, mengatakan Jamaah Ansharut Daulah Makassar beranggotakan sekitar 40 orang, termasuk Lukman. “Motif Lukman meledakkan bom diduga untuk membalaskan dendam kematian Rizaldy,” ucapnya. Boy Rafli tak membantah dugaan ini. “Hipotesis tersebut dimungkinkan terjadi,” ujarnya.

Setelah pengeboman Gereja Katedral Makassar, Densus 88 kembali menggelar operasi besar-besaran. Sebanyak 32 teroris ditangkap di berbagai wilayah hingga akhir Maret lalu. Sebanyak 18 orang, tiga di antaranya perempuan, diciduk di Makassar.

Ketiga perempuan tersebut diduga berperan sebagai motivator agar Lukman-Dewi menjadi “pengantin” bom bunuh diri. Polisi menyelidiki kemungkinan adanya calon “pengantin” lain. “Kami juga masih menelusuri apakah kelompok ini masih menyimpan bahan peledak lain,” kata Boy Rafli.

• • •

RUMAH bercat putih itu berhiaskan gambar Ka’bah dan Masjid al-Haram pada kaca jendelanya. Terletak di kompleks Villa Mutiara Cluster Biru, Kecamatan Biringkanaya, Makassar, rumah itu terlihat sepi pada Jumat siang, 2 April lalu. Pagar dan pintu tertutup rapat. Tak terlihat aktivitas apa pun di sana.

Seorang tetangga yang tak mau menyebutkan namanya mengatakan rumah itu milik Muhammad Rizaldy. Rumah tersebut kosong dalam tiga bulan terakhir, setelah Rizaldy tewas dalam penggerebekan pada 6 Januari lalu. “Dulu tempat ini ramai,” ujar narasumber tersebut.

Penjagaan di Mabes Polri setelah diserang teroris di Jakarta, Rabu, 31 Maret 2021. Tempo/M Taufan Rengganis

Menurut para tetangga, Rizaldy mulai tertutup sejak 2015. Ia mulai menghuni kompleks pada 1997. Sebagai penghuni lama, Rizaldy dan keluarga sempat aktif bersosialisasi dengan warga sekitar. Rizaldy makin menarik diri dari masyarakat dua tahun lalu.

Saat itu, Rizaldy dan menantunya, Sanjai Ajis, berselisih dengan pengurus Masjid Jawahiruzzarqa yang terletak di kompleks Villa Mutiara. Perselisihan mencuat lantaran Ajis dan kawan-kawannya ogah salat berjemaah dengan warga lain. Mereka hanya mau diimami oleh kelompoknya. “Saat datang salat, mereka menunggu sampai masyarakat selesai beribadah,” ucap salah satu warga kompleks.

Ajis, 23 tahun, dan Rizaldy, 46 tahun, kemudian membangun musala merangkap rumah. Lokasi itu menjadi tempat berkumpul mereka dan kelompoknya setiap pekan. Harinya tak tentu. “Bahkan malam tahun baru juga ramai sekali,” ujar seorang tetangga.

Ajis dan Rizaldy menyebut perkumpulan itu “tarbiyah”. Mereka tak berkomunikasi dengan tetangga sekitar. Enam bulan lalu, Rizaldy menggelar hajatan pernikahan tanpa mengundang para tetangga. “Ada tenda di rumahnya. Yang diundang cuma yang sealiran dengan dia,” kata tetangga tersebut.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komisaris Jenderal Boy Rafli Amar membenarkan informasi bahwa Muhammad Lukman Alfarizi dan Yogi Safitri Fortuna alias Dewi Juwariya menikah di kediaman Rizaldy. Jarak tempat kos Lukman dan rumah Rizaldy sekitar 14 kilometer.

Menurut Boy Rafli, Lukman adalah anggota pengajian di Villa Mutiara. Pengajarnya Ustad Bustar. “Kajian yang diajarkan Ustad Bustar adalah 10 pembatalan keislaman,” ujar Boy Rafli. Selain membentuk halaqah, Lukman dan anggota lain diduga mempelajari pembuatan bom. Salah satu anggota yang ikut belajar adalah W. Polisi menangkapnya setelah pengeboman Gereja Katedral Makassar.



Sebab, penyebaran paham radikal hingga perekrutan teroris melalui Internet dinilai cukup marak. Generasi milenial--kelahiran awal 1980-an hingga 2000-an--sebagai pengguna Internet paling banyak rawan terpapar paham tersebut.



Mereka juga diduga rutin melakukan i’dad, olah fisik berupa latihan menembak dan menjelajah gunung, sejak Oktober 2020. Pada saat penggerebekan Januari lalu, Detasemen Khusus 88 Antiteror menemukan bahan peledak, beberapa bilah parang, senapan angin, busur panah, dan dokumen di Villa Mutiara.

Sebelum diteruskan Rizaldy, Jamaah Ansharut Daulah Makassar dipimpin Muhammad Basri alias Abu Saif. Polisi menangkap Basri pada 24 April 2015 karena ia diduga terlibat gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Basri diduga membiayai beberapa orang, termasuk anak kandungnya, untuk bergabung dengan kombatan ISIS di Suriah. Ia juga diduga pernah terlibat penyerangan Gubernur Sulawesi Selatan kala itu, Syahrul Yasin Limpo, pada 2012.

Basri pernah ikut berperang di Afganistan. Saat pulang ke Indonesia pada akhir 1990-an, ia mendirikan Pondok Pesantren Tahfizul Quran di Makassar. Basri meninggal di Lembaga Pemasyarakatan Pasir Putih Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, pada 2018.

Pada Januari 2015, ia membaiat sejumlah pengikutnya untuk bergabung dengan ISIS. Boy Rafli mengatakan di antara mereka ada yang berstatus anggota Front Pembela Islam. Pembaiatan itu dilakukan di Pondok Pesantren Ar-Ridho, Makassar. “Pengurus pusat FPI, Munarman, hadir dalam baiat kepada ISIS tersebut,” tutur Boy Rafli.

Saat dimintai konfirmasi, mantan Sekretaris Umum FPI, Munarman, enggan menjelaskan kehadirannya dalam pembaiatan tersebut. “Silakan tanya saja sama yang mengait-ngaitkan,” kata Munarman.

Jamaah Ansharut Daulah Makassar diduga pernah membantu pelarian buron pengebom Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur, pada 2017. “Mereka fasilitator pelarian Andi Baso, buron teroris Gereja Oikumene,” ucap Kepala Seksi Penerangan Umum Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian RI Komisaris Besar Ahmad Ramadan.

Mereka juga diduga berkoneksi dengan jaringan pengebom gereja di Jolo, Provinsi Sulu, Filipina, pada 27 Januari 2019. Pelaku pengeboman ini adalah pasangan suami-istri, Rullie Ryan Zake dan Ulfa Handayani Saleh, juga warga Makassar. Sebanyak 22 orang tewas dan ratusan orang cedera dalam pengeboman tersebut.

Zakiah Aini sesaat sebelum melakukan penembakan di Mabes Polri, Jakarta, 31 Maret 2021. Istimewa

Rosnina Zulfikar, adik Rizaldy, yang ikut ditangkap Densus 88 pada Januari lalu, diduga pernah menerima dana dari Rullie. Jumlah tiap pengiriman mencapai US$ 100-4.000. “Beberapa nama yang terkait dengan bom Makassar masih terkait dengan bom Filipina dan Rosnina,” ujar seorang penegak hukum yang mengetahui transaksi ini.

Istri Lukman, Dewi Juwariya, adalah teman dari anak pasangan Rullie-Ulfa, Ainun Pratiwi. Ainun juga ditangkap Densus 88 pada Januari lalu.

Sidney Jones, Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict, lembaga peneliti terorisme, mengatakan pengeboman Gereja Katedral Makassar identik dengan teror di Jolo. “Pelakunya suami-istri, ledakannya juga mirip. Mereka juga memiliki keterkaitan,” tutur Jones.

• • •

TIGA hari setelah bom meledak di Gereja Katedral Makassar, Zakiah Aini menyusup ke Markas Besar Kepolisian RI di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Ia masuk melalui pintu pejalan kaki di gerbang belakang. Menggunakan pistol air gun, perempuan 25 tahun itu menembakkan peluru gotri ke arah polisi yang bertugas di pos penjagaan utama pada sekitar pukul 16.30 WIB.

Tembakan sebanyak tiga kali itu di antaranya mengenai Brigadir Dua I Gede Kajeng. Zakiah membidik bagian kepala. Namun Brigadir Gede Kajeng menutupi kepala dengan tangannya. Akibatnya, lengan kiri Gede terluka dan bengkak. Zakiah juga melepaskan gotri ke arah polisi lain. Ia akhirnya tewas ditembus timah panas polisi yang balas menembak.

Kepala Polri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan Zakiah diduga melakukan serangan seorang diri. “Yang bersangkutan adalah pelaku lone wolf yang berideologi ISIS,” kata Sigit.

Dari penggeledahan di rumah keluarga Zakiah di kawasan Ciracas, Jakarta Timur, polisi menemukan dua lembar surat wasiat. Zakiah yang putus kuliah itu juga sempat menuliskan ucapan pamit di grup WhatsApp keluarga.

Menurut polisi, format surat wasiat Zakiah mirip dengan surat Muhammad Lukman Alfarizi, pengebom Gereja Katedral Makassar. Isi surat pun serupa dengan yang pernah ditulis Abdurahman, penyerang Kepolisian Sektor Daha di Kalimantan Selatan pada 1 Juni 2020.

Pengamat terorisme Sidney Jones memprediksi aksi teror “serigala penyendiri” alias teroris yang beraksi sendirian masih akan berulang. Sebab, penyebaran paham radikal hingga perekrutan teroris melalui Internet dinilai cukup marak. Generasi milenial--kelahiran awal 1980-an hingga 2000-an--sebagai pengguna Internet paling banyak rawan terpapar paham tersebut. “Jangan anggap kasus ini biasa,” ujar Jones. “Di Indonesia, kasus lone wolf bisa terjadi lagi.”

LINDA TRIANITA, HUSSEIN ABRI DONGORAN, DIDIT HARIYADI (MAKASSAR)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus