Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tim Elitis yang Bikin Kempis

Perolehan suara Agus gembos karena kerja tim dan partai tak solid. Partai pendukung akan beralih ke Anies di putaran kedua.

20 Februari 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENDUNG hitam menggelayuti langit di kawasan rumah Susilo Bambang Yudhoyono di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu sore pekan lalu. Di salah satu ruangan di lantai satu, Agus Harimurti baru saja kelar memantau hasil hitung cepat pemilihan Gubernur DKI Jakarta melalui televisi sekitar pukul 5. Setengah jam kemudian, hujan mengguyur.

Agus hanya mendapat 17,05 persen suara, jauh di bawah Anies Baswedan, yang membukukan 40,05 persen, dan Basuki Tjahaja Purnama, 42,91 persen. Agus bergegas ke ruang perpustakaan di lantai 3 ditemani anggota tim suksesnya: Rachland Nashidik, Wisnu Wardhana, Rico Rustombi. Di sana ayahnya, Susilo Bambang Yudhoyono, sudah menunggu.

"Mengapa ini bisa terjadi?" kata Yudhoyono seperti ditirukan Rachland pada Kamis pekan lalu.

Tak ada yang bisa menjawab pertanyaan Ketua Umum Partai Demokrat itu. "Partai sedang mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan itu," ujar Rachland, Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat.

Hingga akhir pekan lalu, Agus dan timnya masih belum percaya hanya beroleh 17 persen suara. Tim sukses yang mengecek ke semua daerah pemilihan sebelum hari pencoblosan pada Rabu pekan lalu yakin Agus setidaknya mendapat 37 persen. "Ada yang mencuri suara kami," kata Rachland.

Ia optimistis Agus melaju ke putaran kedua karena sejumlah survei mengunggulkannya, seperti Grup Riset Potensial, yang memberikan angka elektabilitas pasangan Agus Harimurti-Sylviana Murni 47 persen. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kompas lebih rendah, yakni 28,2 persen.

Sempat unggul di awal pencalonan dan kampanye pada November tahun lalu, elektabilitas Agus-Sylvi menurun sejak Desember. Survei Indikator pada Februari lalu menyimpulkan penurunan itu akibat pendukungnya di awal kampanye beralih ke Anies Baswedan-Sandiaga Uno menjelang pencoblosan, terutama pemilih Islam dan Betawi.

Perolehan suara Agus sebetulnya sudah terlihat dari survei Indikator Politik sepekan sebelum pemilihan. Ia hanya membukukan 19,4 persen.

Meski kaget dan terpukul, kata Rachland, di ruang perpustakaan itu Yudhoyono meminta anak sulung dan timnya segera memutuskan sikap dengan hasil tersebut. Rachland mengusulkan Agus segera memberikan pernyataan pers. "Saya akan melakukan apa yang seharusnya saya lakukan," ujar Rachland menirukan Agus.

Agus lalu menuliskan konsep pernyataannya di kertas. Dua jam kemudian, ia berpidato di panggung tim pemenangan di Wisma Proklamasi. "Selama masa kampanye, saya menolak berpikir kalah," katanya. "Tapi hari ini, secara kesatria dan lapang dada, saya menerima kekalahan dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta ini." Pendukungnya bersorak meneriakkan "Agus for president".

l l l

DARI segi tim pemenangan, pasangan Agus-Sylvi memiliki tim paling berlimpah dibanding dua kandidat lain. Ia disokong banyak partai: Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Amanat Nasional. Jika dijumlahkan, pemilih empat partai ini dalam pemilihan legislatif 2014 mencapai 1,2 juta orang.

Jumlah relawannya juga paling banyak. Di Komisi Pemilihan Umum Jakarta, ada 24 organisasi relawan yang terdaftar. Di luar itu, ada puluhan kelompok relawan bayangan, seperti Paguyuban Rakyat Tangguh Republik Wibawa (RTRW). Di dunia maya, ada 20 akun media sosial yang mengkampanyekannya.

Seperti dalam kampanye ayahnya saat pemilihan presiden, tim pemenangan Agus tidak tunggal. Beberapa tim khusus dibentuk. Misalnya Tim Charlie, yang beranggotakan orang-orang dekatnya. Rachland, Rico, dan Wisnu ada di tim ini. Kelompok-kelompok itu punya markas di banyak tempat.

Kekuatan Agus di atas kertas tak tecermin dalam perolehan suara. Menurut Ketua PKB Jakarta Hasbiallah Ilyas, mesin partai tidak banyak diberi peran di lapangan. Untuk menjala suara ke rukun tetangga sampai rukun warga, kata dia, yang berperan adalah relawan. Partai hanya diberi tugas menjaga suara. "Koordinasi dengan relawan juga kurang," ujarnya.

Akibatnya, pengurus PKB Jakarta Selatan saja mendeklarasikan dukungan kepada Anies menjelang pencoblosan. Hasbiallah menduga penurunan jumlah suara untuk Agus dipicu kegagalannya meyakinkan pemilih dalam debat kandidat. "Sejak debat, dukungan ke Agus semakin tergerus," katanya.

Dugaan Hasbiallah terjawab oleh exit poll Indikator Politik Indonesia. Dari 741 responden yang diwawancarai setelah mencoblos, sebagian besar menyatakan penampilan Agus-Sylvi dalam debat paling buruk. Program andalannya, memberikan bantuan langsung sementara Rp 1 miliar per rukun warga, tak menarik minat pemilih.

Karena itu, dukungan partai tak penuh. Tak sampai 70 persen pendukung PKB dan Demokrat yang mendukung Agus-Sylvi. Sebagian besar pendukung PPP malah memilih Anies-Sandi dan tak satu pun pemilih PAN memberikan suara kepada Agus. Semuanya untuk Anies.

Seorang anggota DPRD pendukung Agus mengatakan massa Islam dari Nahdlatul Ulama tidak digarap dengan serius dan terarah. Ia mencontohkan, tim pemenangan berjanji memberikan kerudung dan logistik untuk massa ibu-ibu pengajian dari Jakarta Utara agar datang pada kampanye akbar terakhir di Stadion Soemantri Brodjonegoro, Jakarta. Janji itu tak ditepati.

Ketua Fraksi PPP DPRD Jakarta Maman Firmansyah menguatkannya. Menurut dia, koordinasi antar-jaringan pendukung tak rapi. "Tokoh partai yang punya banyak pengikut, seperti Haji Lulung, tidak diberi peran," ujarnya. Akibatnya, menurut exit poll Indikator dan Saiful Mujani Research and Consulting, Agus-Sylvi ditinggalkan pemilih anggota organisasi kemasyarakatan Islam.

Ketua Barisan Betawi-salah satu kelompok relawan pendukung Agus-Muhammad Rifky alias Eki Pitung mengkritik tim Agus terlalu elitis. Relawan di lapangan, menurut dia, tidak banyak ditemui tim inti menjelang pencoblosan. Soalnya, banyak yang mempertanyakan pidato-pidato Susilo Bambang Yudhoyono menangkis berbagai serangan kepadanya.

Alih-alih bersimpati, media dan pengguna media sosial malah mencemoohnya. "Di bawah, banyak yang bertanya dan ini mempengaruhi pemilih. Ada yang loncat ke pasangan lain gara-gara manuver itu," kata Rifky.

Rachland tidak menyangkal kabar bahwa beberapa jaringan tim pemenangan tidak bekerja. Namun ia lebih percaya kekalahan Agus akibat kecurangan di lapangan. "Ada kandidat yang menggarap masyarakat setelah didatangi Agus," ujarnya.

Partai Demokrat, kata Rachland, belum memutuskan secara resmi dukungan di putaran kedua, meminta pendukung Agus memilih Anies atau Ahok. Menurut dia, 17 persen pendukung Agus adalah pencinta Yudhoyono. "Secara pribadi, saya tak ingin mengarahkan pendukung Agus, biar mereka menentukan sendiri," ucapnya.

Sedangkan Hasbiallah Ilyas dari PKB dan Maman Firmansyah dari PPP secara tersirat mengatakan akan mengarahkan pendukung partainya ke Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. "Yang ada kemiripan saja," ujar Hasbiallah.

Anton Aprianto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus