Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Pendiri Taft Diesel Indonesia (TDI) Jogja Sinang Sukanta berbagi rahasia menekan biaya turun mesin mobil kesayangan. Ia juga banyak bercerita tentang limbah onderdil dari luar negeri yang bisa digunakan untuk mengganti suku cadang mobil.
Menurut Sinang, sebenarnya banyak sekali limbah atau onderdil kendaraan di luar negeri yang tak terpakai, namun masih bisa dimanfaatkan untuk membantu modifikasi kendaraan. Limbah ini nantinya akan sangat berguna pada saat melakukan perawatan kendaraan atau bahkan dimanfaatkan pada saat turun mesin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sekarang cari onderdil mobil tua bisa sangat mudah. Dari cari mesin bekas utuh, gear box utuh, hingga gardan utuh pun ada," ujar Sinang kepada Tempo Jumat 3 Juli 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sinang yang sempat memiliki koleksi mobil tua desain jip seperti Daihatsu Taft hingga Suzuki Jimny Jangkrik itu membocorkan, biasanya yang jadi salah satu sumber adalah limbah onderdil dari Singapura. Sedangkan kalau mencari onderdil yang relatif baru biasanya negara yang disasar adalah Thailand.
Soal limbah onderdil Singapura, Sinang menberi contoh dengan mobil Daihatsu Taft. Saat itu pabrikan Jepang memasarkan unit tersebut ke beberapa negara termasuk Indonesia dengan nama yang berbeda-beda.
Namun ada regulasi berbeda soal usia kendaraan di tiap negara. Di luar negeri pembatasan usia kendaraan dinilai Sinang sangat ketat. Misalnya kendaraan usia di atas 5 tahun, 10 tahun atau 15 tahun harus dihancurkan atau dipotong-potong bagiannya agar tak digunakan atau diperjualbelikan lagi.
"Nah orang orang di Indonesia sering memanfaatkan limbah mobil di luar negeri yang terkena pembatasan usia itu sebagai sumber (kulakan) suku cadang," ujarnya.
Sehingga ketika di Indonesia ada Daihatsu Taft lansiran 1990 atau usianya sudah 30 tahun, tetap masih bisa mendapatkan onderdil aslinya dari bekas limbah yang dipreteli lalu dipasarkan ke tanah air itu.
"Kalau di luar negeri usia kendaraan baru 5 tahun tapi sudah dipotong-potong, jadi mesinnya kan masih sangat layak sekali," ujar Sinang.
Sinang mengatakan meski onderdil gampang diperoleh, jika perawatan ngawur dan memaksa kendaraan harus turun mesin tetap biayanya besar. Misalnya saja pemilik membiarkan mesin overhead karena jarang cek radiator, lalu hanya dibawa ke bengkel untuk perbaiki radiator saja padahal sudah waktunya ganti, maka biayanya bisa berlipat.
"Untuk mobil tua jangan pelit mengganti spare part yang sudah waktunya ganti. Karena biaya untuk mengganti spare part tua itu biasanya lebih murah daripada sampai turun mesin," ujarnya.
Sinang memberi gambaran, untuk Daihatsu Taft, sekali turun mesin dan mengganti komponennya dengan asli semua, bisa menghabiskan biaya sampai Rp 10 juta.
Namun saat turun mesin ini, pemilik bisa lebih hemat jika operasionalnya dilakukan sendiri. Sinang mengatakan dengan ikut komunitas, biasanya akan diajarkan dan mendapat ilmu bagaimana menangani kendaraan secara sederhana. Dengan cara mengurangi ongkos jasa bengkel.
"Jadi mesin saya turunkan sendiri, bawa ke tukang kolter, lalu belanja onderdil dan pasang, rakit sendiri itu biayanya turun mesin bisa dtekan sampai Rp 5 juta," ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO