MENGAPA justru Jawa Timur? Bukankah setiap propinsi cukup layak
untuk diberi perhatian lebih besar - setidak-tidaknya, yah,
karena setiap daerah punya keistimewaan sendiri-sendiri? DKI
Jakarta, dengan Gubernur Ali Sadikin yang dinamis, dan Wahab
Syahrani sebagai penguasa di Kaltim yang kaya kayu, pernah
tampil sebagai ]aporan utama. Bahkan Ali Sadikin dengan
Jakarta-nya yang sering membuat berita telah beberapa kali
muncul.
Adapun kalau TEMPO mengedepankan tokoh Jawa Timur yang secara
akrab dipanggil Cak Noer, bukan semata-mata karena dia akan
menyerahkan jabatan kepada penggantinya 23 Januari 1976 nanti.
Sesungguhnyalah ada beberapa hal yang menonjol dari lelaki asal
Madura ini. Dalam usia yang cukup lanjut (57 tahun), dia masih
suka menjelajah kawasan propinsinya sampai ke pelosok-pelosok.
Dan oleh sebagian masarakat daerahnya kesukaan itu dipandang
sebagai salah satu kunci keberhasilannya. Tokoh ini,
setidak-tidaknya begitulah yang terdengar, merasa dekat dengan
rakyat, akrab dengan petani dan nelayan. "Saya ingin membaca
keinginan mereka, sebab mereka tak bisa menuliskan kemauan
mereka", ujarnya.
Karena itu pula laporan utama kali ini tak hanya mencoba
mengetengahkan beberapa masalah pokok dari propinsi yang
dibebani 50% pengadaan stok beras nasional. Tapi juga ihwal yang
lebih pribadi dari Gubernur yang memulai karirnya dari bawah
itu. Untuk itu, sebelum menulis, Bastari Asnin berangkat ke
Surabaya untuk berwawancara dengan Mohamad Noer. Disertai
pembantu TEMPO di Surabaya, Anshari Thoyib, yang juga
melengkapinya denan berbagai bahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini