Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tolol sebagai gaya hidup

Sosok kondisi politik & sosial di cekoslovakia. sikap berlagak bodoh merupakan ciri bangsa cekoslovakia yang mereka anggap penting untuk keselamatan diri. kini kehidupan sehari-hari diwarnai pembaruan.

3 September 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JEANS belel, disko, video rock kini adalah "makanan" sehari-hari di Praha. Di jalan-jalan pasangan bercumbu dengan asyik dan bebas. Tak kalah berani dengan yang ditemukan di Eropa Barat. "Di sini tidak ada pengangguran, semua orang bisa mendapatkan pekerjaan," kata Ludvik, mahasiswa di Karlovo University, "walaupun hanya menjadi buruh pabrik." Semua memang tampak baik dan teratur. Cekoslovakia hampir tak mengenal kemacetan lalu lintas. Namun, jalan raya di negeri itu tetap sibuk dengan lalu lalang trem, metro bawah tanah, bis, truk, mobil merk Skoda -- buatan dalam negeri. Menurut The Europa Year Book 1988, empat tahun lalu meluncur 2-6 juta mobil pribadi di sana. Umumnya merk Skoda yang berharga 20 ribu krona (sekitar 2 ribu dolar AS). Kadang juga Tatra, dengan harga tiga kali lipat, yang hanya diperuntukkan pejabat pemerintah. Komunikasi massa pun tak ketinggalan. Pada tahun 1985 terdapat 3,6 juta pesawat telepon, 4,2 juta radio yang bisa menangkap siaran Suara Amerika dan radio blok Barat lain, 4,4 juta pesawat televisi yang bisa menangkap siaran dari Jerman Barat bagi mereka yang di perbatasan atau punya antena khusus. Jumlah surat kabar 30 buah -- umumnya merupakan organ pemerintah atau partai. Dari semua itu, yang paling diacungi jempol oleh rakyat Cekoslovakia adalah kesejahteraan sosial yang diberikan pemerintahnya. Semua orang diasuransikan, pelayanan kesehatan dan obat-obatan gratis. Demikian juga biaya pendidikan. Untuk semua tingkatan sekalipun. Pada setiap akhir pekan, kehidupan pun tampak semarak. Para pekerja, mahasiswa, pensiunan bisa menikmati apa saja dengan bebas. Mulai dari berenang, berkemah di taman-taman, disko, atau nonton konser musik rock di klub malam yang dikelola pemerintah atau usaha kolektif. Ule, seorang aktor teater dan bintang televisi Jerman Timur yang berkali-kali berkunjung ke Cekoslovakia, mengaku bahwa ia harus ke Praha untuk bisa melihat film-film Barat terbaru. Bulan lalu, misalnya, kino-kino (bioskop) di Praha tengah memutar film Romancing the Stone yang dibintangi Michael Douglas dan Kathleen Turner. Pariwisata di sana pun tumbuh pesat. Orang-orang Soviet dan blok Timur suka berbelanja ke sana. Mereka bisa menarik wisatawan sampai 19 juta orang setiap tahun, yang memberi pemasukan pada pemerintah sebesar 7 milyar krona (sekitar 700 juta dolar). Bandingkan dengan Indonesia yang bernafsu menarik 1 juta wisatawan saja sudah megap-megap. Anehnya, apa yang kelihatannya berkecukupan, tenteram, dan "normal" itu sering menyimpan keresahan dan ketidakpuasan. Orang luar yang menyangka rakyat Cekoslovakia adalah rakyat yang muram dan ketus tentu kecewa, melihat kenyataannya berbeda. Mereka, umumnya, ramah dan gemar bicara. Apalagi dengan orang asing dari Barat. Tapi kesedihan mereka tetap tak bisa disembunyikan: nafsu konsumsi yang besar di balik sikap resmi negara yang antikapitalis, sikap menerima keadaan, dan sedikit masa bodoh. Sikap berlagak bodoh ini ternyata merupakan ciri bangsa Cekoslovakia yang mereka anggap penting untuk keselamatan diri. Bukan saja buat menghadapi Kerajaan Hapsburg yang menjajah mereka selama 300 tahun, tapi juga buat menghadapi Nazi -- menurut legenda, Hitler pernah mengomentari orang Cekoslovakia: "semakin mereka berlagak bodoh, semakin mereka berbahaya" -- dan akhirnya gaya bodoh itu juga untuk menghadapi pemerintah komunis. Tak heran bila salah satu "tokoh pahlawan" mereka adalah seorang prajurit tolol bernama "Schweik". Tokoh yang diambil dari karya terkenal Jaroslav Hasek yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi "Prajurit Schweik": seorang prajurit yang selalu berhasil lolos dari maut perang dan tahanan lantaran berlagak tolol dan pasrah. Maka, seorang Ceko umumnya akan menjawab dobry (baik) bila ditanya mengenai keadaan hidupnya. Sayangnya, pada kenyataannya hidup mereka tak semua dobry. Jaroslav, seorang artis yang meninggalkan kewarganegaraannya 19 tahun lalu dan kini tinggal di Paris, memberi perumpamaan. "Rakyat Cekoslovakia makan dan berbelanja banyak untuk melupakan kesedihan...." Bahayanya, sikap berpura-pura itu akan bisa melekat menjadi sifat. Sebenarnya, bakat dan kreativitas bukan barang langka di Ceko. Komposer Dvorak, penulis Franz Kafka, Milan Kundera, Josef Skvorecky atau Jaroslav Hasek sendiri, adalah nama-nama besar yang tentu dikenal para peminat sastra dunia. Belum lagi dramawan Karel Capek, orang yang menemukan kata robot yang kini bahkan dipakai di Indonesia. Tapi, menurut Kundera, ("karena komunisme Cekoslovakia adalah komunisme Soviet, tak lebih"), sebagian seniman menutup mulutnya -- daripada kerja paksa di pabrik-pabrik atau tambang. Kaburnya otak cemerlang ke Barat atau ke pertambangan menimbulkan semacam kekosongan di Cekoslovakia. Tak ada kegairahan karena tak ada persaingan dan perdebatan pendapat. Mentalitas di sana, menurut Kundera, adalah mentalitas pegawai negeri karena mulai tukang sapu sampai sekretaris partai adalah pegawai negeri. Gaji yang dibayarkan tak disangkutkan dengan keterampilan, keuletan, dan produktivitas. Lantas seorang diplomat asing berkata, "Kenapa negeri yang memiliki banyak orang pandai dan struktur industri yang maju begini tak bisa berkembang?" Kritik masih terus mengalir, biarpun perubahan terjadi juga. Bagaimana juga perubahan saat ini belumlah semaju gagasan "musim semi Praha" tahun 1968. Waktu itu, setelah sensor dihapuskan, terjadi peledakan bakat, kreativitas dan kebebasan besar-besaran. Seorang pemuda yang bernama Milos Forman, misalnya, ketika itu membikin film yang menampilkan adegan telanjang. Milos Forman kemudian hari terkenal karena menyutradarai film Amadeus yang menokohkan Mozart. Waktu itu pula -- 44 tahun setelah kematiannya -- Franz Kafka baru diakui dan ditokohkan sebagai penulis Cekoslovakia. Rakyat bebas mengunjungi Amerika Serikat dan negara Barat. Kini nama Dubcek makin mengacung. Tapi Soviet masih menempatkan sejumlah pasukannya di sana, entah sampai kapan. Demonstrasi pun berkepenjangan. Yang bisa dilakukan rakyat tinggallah mereka-reka apa yang akan terjadi. Banyak yang percaya takhyul: sejarah Cekoslovakia tak bisa dilepaskan dari angka delapan. Cekoslovakia merdeka tahun 1918. Tahun 1938, Hitler mencaplok mereka. Tahun 1948, komunis mengkudeta pemerintahan. Lalu "sosialisme kemanusiaan" yang berbunga itu terjadi tahun 1968. Tapi gerakan itu hanya berlangsung delapan bulan. Tahun itu pula Soviet menyerbu ke sana. Tahun 1988? "Kita lihat saja, mungkin glasnost dan perestroika," kata orang-orang Cekoslovakia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus