Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - PT Transportasi Jakarta cenderung menggunakan tarif rupiah per kilometer yang sama bagi seluruh operator angkutan kota yang tergabung dalam program transportasi One Karcis, One Trip (OK-Otrip).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Operasional PT Transjakarta, Daud Joseph, menuturkan kesamaan tarif tersebut untuk memberi rasa keadilan. "Jadi, antara satu operator dan operator lainnya adil," kata dia kepada Tempo di Monas, Rabu lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Daud menjelaskan, hasil kajian tarif yang disusun Badan Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa (BPPBJ) DKI sebagai masukan untuk dipertimbangkan oleh Gubernur DKI Anies Baswedan. Hasil kajian itu bukanlah harga mati bagi Transjakarta dalam bekerja sama dengan pengusaha angkot. "Harga akhirnya (tarif) nanti didasarkan pada hasil negosiasi dengan operator."
BPPBJ DKI telah merampungkan kajian tarif rupiah per kilometer untuk program OK-Otrip, yakni batas bawah sekitar Rp 3.600 per kilometer dan batas atas sekitar Rp 3.900. OK-Otrip didengungkan sejak pemilihan Gubernur DKI 2017 oleh Anies-Sandi.
Sebelumnya, Transjakarta menawarkan tarif kerja Rp 3.749 per kilometer, tapi ditolak pengusaha karena dinilai tidak menguntungkan. Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta, Shafruhan Sinungan, mengusulkan tarif Rp 4.100-4.200 per kilometer.
Berdasarkan notulensi rapat Transjakarta bersama BPPBJ, Dinas Perhubungan, dan Biro Perekonomian yang diperoleh Tempo, untuk angkot dengan usia 0-5 tahun dan asumsi capaian 200 kilometer per hari akan menggunakan tarif Rp 3.615 kilometer. Sedangkan untuk capaian 180 kilometer per hari dengan usia kendaraan 0-5 tahun akan menggunakan tarif Rp 3.902 per kilometer.
Ketua Koperasi Kolamas, Petrus Tukimin, menilai penerapan tarif tunggal untuk program OK-Otrip tidak adil. Apalagi tiap rute angkot memiliki tingkat kemacetan yang berbeda. "Seharusnya ada rerouting trayek angkutan kota agar panjang trayeknya sama," kata Petrus.
Daud enggan berkomentar ihwal adanya tarif batas bawah dan atas tersebut. "Itu confidential. Saya tidak bisa berkomentar," kata dia. Menurut dia, tidak ada paksaan bagi pengusaha angkot yang tak mau bergabung dengan program OK-Otrip. Dia menuturkan, ada batas kewajaran tarif, sehingga tak perlu dipaksakan jika dinilai tak menguntungkan pengusaha angkot.
Wakil Gubernur Sandiaga Uno mengatakan hasil kajian tarif itu bisa menjadi pedoman bagi Transjakarta untuk menyusun kontrak dengan operator angkot. "Kami harapkan tarif baru ini bisa diterima oleh seluruh operator dan awak angkutan umum," ujar dia.
Adapun Kepala Bidang Angkutan Jalan Dinas Perhubungan DKI, Massdes Arouffy, berpendapat mungkin saja program OK-Otrip akan menggunakan tarif rupiah per kilometer yang sama untuk semua pengusaha angkot. Apalagi, program tersebut masih dalam tahap uji coba. Selain itu, menurut dia, hasil kajian tarif rupiah per kilometer oleh BPPBJ bersifat usulan. GANGSAR PARIKESIT
Mereka yang Tergabung di OK-Otrip
Sejauh ini, angkutan kota yang bergabung dalam program OK-Otrip sebanyak 384 unit. Mereka berasal dari tiga koperasi angkutan kota-Koperasi Wahana Kalpika, Budi Luhur, dan Puskopau-serta PT Lestari Surya Gema Persada. Berikut ini rute angkutan tersebut:
Kode | Rute | OK2 | Kampung Melayu-Duren Sawit | OK3 | Lebak Bulus-Pondok Labu | OK4 | Grogol-Jembatan Dua | OK5 | Semper-Rorotan | OK6 | Rambutan-Pondok Gede | OK15 | Bulak Turi-Tanjung Priok | OK16 | PGC-Condet | OK17 | Pulogadung-Senen | OK19 | Setu-Pinang Ranti | OK20 | Cawang UKI-Lubang Buaya | OK25 | Pasar Rebo-Kalisari | OK28 | Pasar Rebo-Cibubur | OK30 | Meruya-Citraland | OK31 | Blok M-Pondok Labu | OK32 | Petukangan-Lebak Bulus | OK33 | Pulogadung-Kota |
GANGSAR PARIKESIT
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo