Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Transmigran Terban

Sejumlah warga kec.tulangbawang, lampung utara dibawa endang ke garut agar dapat menjadi transmigran. kegiatan ini ketahuan polisi. mereka dianggap transmigran gagal.

3 Oktober 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HILANG tempat bergayut, bumi pun serasa terban. Duka berganda ini menimpa Tumin dan sejumlah warga Kecamatan Tulangbawang, Lampung Utara. Sebagai penduduk yang turun-temurun di sana, mereka tergiur dengan suksesnya kehidupan transmigran di situ. Mereka ingin pula menjadi transmigran yang mendapat fasilitas dua hektare plus jaminan sosial setahun. Cuma, sebagai warga lokal mereka tahu itu tak mungkin, tapi dicoba juga meresek di balik yang tak mungkin itu. Di situ Endang masuk. Ia menjanjikan dapat mewujudkan impian mereka. Cuma ada syarat, yakni ke Garut, Jawa Barat, dulu untuk diuruskan surat-surat yang menyulap status mereka menjadi warga Garut. Endang minta imbalan: Rp 210 ribu bagi yang punya surat nikah, dan Rp 220 ribu bagi yang belum. Uang sebanyak itu sungguh lebar bagi mereka sebagai buruh tani. Namun tak kayu jenjang dikeping, kata orang, maka mereka pun menjual yang bisa dilego. Licin tandas. Endang dapat menggaet 21 kepala keluarga. Dengan anak istri total 87 jiwa. Gelombang pertama 5 KK berangkat akhir Agustus dan 16 kk pertengahan September lalu. Selain itu ada 4 KK lagi yang siap berangkat menjelang akhir September. Tapi urung. Endang raib. Menurut Antonius Tumin, 35 tahun, setiba di Garut rombongan pertama mereka ditaruh di sebuah rumah di Desa Sukadana, disewa patungan Rp 60 ribu per bulan. Tiap KK kena Rp 5 ribu dan sisanya dibayar Endang. Sedangkan Waluyo, dari rombongan kedua, ditampung di Jalan Pasundan, Garut. Sama seperti Tumin, mereka patungan menyewa Rp 200 ribu per bulan. Baru dua hari, mereka harus pindah ke asrama transito transmigrasi Garut, karena perjalanan mereka dicium petugas. "Sewa rumah malah belum kami bayar," kata Waluyo. Akalakalan menjadi transmigran ini terbongkar. Empat anak mereka ditimpa muntaber. Di kampung, namanya, anakanak sakit lalu jadi buah bibir. Polisi pun mencium gelagat tak beres: ada puluhan orang yang mengaku calon transmigran, tapi tinggal di rumah penduduk. Yang mengherankan lagi, mereka itu awam bahasa Sunda. Orang Garut kok berbahasa Jawa? Polisi kemudian menangkap tiga calo penghubung yang berdiam di Garut. Endang, sebagai pimpinan, luput. Dia ke Lampung menjemput 4 KK tadi. Agaknya dia punya firasat untuk tidak muncul lagi di Garut. Buat sementara para calon transmigran gagal ini dianggap Pemerintah Daerah Garut sebagai orang telantar. Ditampung di asrama transito transmigrasi, mereka ditanggung Kantor Departemen Sosial dan dibantu Palang Merah Indonesia Garut. "Mereka akan kami kembalikan ke Lampung," kata Drs Wahab Suryapryana, Kepala Kantor Departemen Transmigras Kabupaten Garut. Ini yang membuat mereka gamang. "Di sana kami sudah tidak punya apa-apa lagi," Tumin bergumam lesu kepada Taufik Abriansyah dari TEMPO. Ed Zoelverdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus