Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tuberkulosis Indonesia Terbanyak Kedua setelah China, Dirut RSUP Persahabatan: Beban Biaya Rp 5,2 Triliun

Tuberkulosis harus menjadi perhatian semua pihak mengingat Indonesia menjadi peringkat kedua penyakit jenis itu terbanyak di dunia, setelah China.

24 Maret 2023 | 20.28 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas saat melihat hasil pemeriksaan Rontgen Thorax milik warga saat skrining tuberkulosis di Gelanggang Olahraga Otista, Jakarta, Kamis, 9 Februari 2023. Untuk mengurangi penularan Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru, Dinas Kesehatan DKI Jakarta melalui Puskesmas Kecamatan Jatinegara melangsungkan kegiatan skrining tuberkulosis kepada 65 orang yang meliputi Pemeriksaan Rontgen Thorax, TCM (Test Cepat Molekuler) atau Pemeriksaan Dahak, serta TST (Tuberkulin Skin Test) atau Test Mantoux. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tuberkulosis (TB) harus menjadi perhatian semua pihak mengingat Indonesia menjadi peringkat kedua penyakit jenis itu terbanyak di dunia, setelah China.
 
"Berdasarkan data, Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai jumlah kasus TB terbanyak setelah China, jumlahnya mencapai 969 ribu jiwa atau satu orang setiap 33 detik terkena TB," kata Dirut RSUP Persahabatan Prof DR. dr. Agus Dwi Susanto Sp.P(K) saat jumpa pers Hari Tuberkulosis Se-dunia, di RSUP Persahabatan, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat, 24 Maret 2023.
 
Oleh karena itu, TB harus menjadi perhatian bersama karena tak hanya memberikan dampak kesehatan, melainkan juga masalah sosial dan masalah ekonomi.
 
"Karena dari jaminan kesehatan nasional itu memberikan data bahwa pembiayaan untuk TB ini bebannya mencapai Rp5,2 triliun per tahun," kata Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) itu.
 
Terlebih, lanjut dia, angka penanganan TB di Indonesia masih jauh dari target 90 persen. "Dan yang memperberat di kita itu masih di bawah target (treatment coverage) yaitu di bawah 90 persen. Maka, kita harus sama-sama untuk berjuang untuk bisa mengeliminasi TB, menghilangkan TB dan rasanya itu kita bisa," kata Agus menegaskan.
 
Menurut dia, dalam mengeliminasi TB tidak hanya bisa mengandalkan pemerintah, rumah sakit, dan tenaga kesehatan semata, melainkan masyarakat dan media juga bisa memberikan peran edukasi kepada masyarakat tentang keberadaan penyakit yang dapat menular itu.
 
"Tuberkulosis ada di sekitar kita dan tidak 'pandang bulu' (masyarakat miskin/kaya). Penularannya bisa melalui tetesen kecil (droplet), percik batuk dan bersin. TB masih bisa diobati asalkan rajin minum obat dan tidak boleh putus karena akan menyebabkan TB-nya resisten," paparnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jaga imunitas tubuh dengan makanan bergizi dan istirahat cukup

Dia pun mengingatkan kepada masyarakat untuk menjaga imunitas tubuh dengan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup. "Vaksinasi BCG (bacillus calmette guérin) bagi anak-anak itu salah satu upaya untuk mencegah supaya tidak terkena TB yang berat," katanya. 

Dia menambahkan, bila ada keluarga yang memiliki gejala batuk, berat badan turun dan demam untuk segera melakukan pemeriksaan ke dokter, sehingga penularan kasus TB bisa diantisipasi.
 
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menargetkan eliminasi TB pada 2030 dan Indonesia bebas TB pada 2050.

Sementara itu, dokter spesialis paru-paru RSUP Persahabatan dr. Fathiyah Isbaniah mengungkapkan, tingginya kasus tersebut karena banyak yang terdiagnosis terkena TB, namun tidak melaporkan kepada petugas kesehatan.
 
Kemudian, warga yang terdiagnosis terkena TB tidak mengobati penyakitnya itu. Padahal, penyakitnya itu menularkan kepada masyarakat lain. "Tentunya kasus Tuberkulosis ini segera ditemukan, dilaporkan dan segera diobati seperti itu. Kepadatan penduduk juga mempengaruhi tingginya kasus TB," jelas Fathiyah.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus