Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kebanyakan perempuan mulai memasuki masa menopause pada usia antara 45 sampai 55 tahun. Tapi ada juga perempuan yang mengalami menopause sebelum usia 45 tahun. Kondisi ini digolongkan dalam menopause dini. Sementara apabila menstruasi berhenti di usia sebelum 40 tahun, seorang wanita dikatakan mengalami menopause prematur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menopause terjadi ketika ovarium perempuan berhenti sama sekali memproduksi sel telur. Kondisi ini bisa dipastikan ketika seorang perempuan tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. Pada banyak kasus, tidak ditemukan penyebab menopause dini secara pasti. Kondisi ini dinamakan idiopatik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Namun para pakar memperkirakan bahwa ada beberapa hal yang berpotensi menyebabkan terjadinya menopause secara dini berikut ini.
1. Faktor genetik
Kalau menopause dini bukan terjadi akiibat penyakit tertentu, kemungkinan besar penyebabnya adalah faktor keturunan. Biasanya, usia seseorang mengalami menopause bisa diperkirakan berdasarkan usia ibu, nenek, dan saudara-saudara perempuan dari ibunya ketika mengalami menopause. Jika ibu dan nenek kandung Anda memasuki masa menopause di usia 40-an, Anda juga memiliki kemungkinan besar untuk mengalami menopause di sekitar usia yang sama.
2. Gaya hidup
Gaya hidup yang dijalankan seorang wanita juga bisa memengaruhi usia menopause. Salah satu hal yang paling berpengaruh adalah kebiasaan merokok. Pasalnya, racun-racun dalam rokok maupun asapnya memiliki efek antiestrogen. Berdasarkan beberapa penelitian mengenai rokok, wanita perokok mengalami menopause lebih cepat dua tahun dibanding wanita bukan perokok.
Faktor gaya hidup lainnya adalah berat badan. Perempuan dengan kadar lemak tubuh yang rendah, lebih berisiko mengalami menopause dini. Hal tersebut terjadi karena estrogen tersimpan dalam jaringan lemak. Ini berarti, perempuan yang sangat kurus atau dengan kadar lemak tubuh yang rendah, memiliki lebih sedikit simpanan estrogen.
3. Penyakit dan tindakan medis
Pada pengidap penyaki-penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh menganggap suatu organ sebagai benda asing dan menyerangnya. Jika ovarium yang kebetulan terkena dampaknya, wanita yang mengidap kondisi autoimun bisa mengalami menopause dini.
Perempuan pengidap epilepsi juga lebih rentan mengalami menopause secara dini akibat kegagalan ovarium prematur. Pada kelompok perempuan dengan epilepsi yang diteliti, 14 persen di antaranya mengalami menopause dini. Angka tersebut tentu jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan prevalensi menopause dini pada populasi wanita secara umum, yang hanya berkisar pada 1 persen. Tindakan medis tertentu, seperti kemoterapi dan pengangkatan indung telur, pada perempuan di bawah usia 45 tahun juga akan menyebabkan menopause dini.
4. Kelainan kromosom
Beberapa kondisi kelainan kromosom, seperti sindrom Turner, akan menyebabkan ovarium tidak berfungsi secara normal. Hal ini sering memicu terjadinya menopause dini. Perempuan yang mengidap sindrom X rapuh juga biasanya mengalami menopause dini. Demikian pula dengan wanita yang menjadi pembawa kelainan genetik ini.
5. Hubungan usia menarche dengan menopause dini
Masih terbuka perdebatan mengenai hubungan antara usia menstruasi pertama (menarche) dengan usia menopause. Dewasa ini, anak-anak perempuan umumnya memang mengalami menstruasi pertama di usia yang lebih muda dibandingkan beberapa puluh tahun lalu. Sementara itu, rata-rata usia menopause tetap sama, yaitu pada usia 51 tahun.
Namun penelitian terhadap 50.000 perempuan pascamenopause di Australia, Jepang dan Skandinavia, menemukan bahwa perempuan yang mengalami menstruasi pertama di bawah usia 12 tahun, memiliki kemungkinan 31% lebih tinggi untuk mengalami menopause pada usia antara 40 sampai 44 tahun.
Mengalami menopause dini seringkali menimbulkan dampak emosional. Terlebih bagi mereka yang mengalami menopause prematur dan belum mempunyai anak atau masih ingin menambah keturunan, akan timbul kekecewaan karena tidak akan bisa hamil. Pada umumnya, wanita yang mengalami menopause dini juga merasa cemas. Pasalnya, mereka merasa ‘tua sebelum waktunya’.
Menopause dini pun akan membawa dampak pada kesehatan. Berhentinya menstruasi bisa berarti akan ada peningkatan pada risiko terkena penyakit jantung dan osteoporosis. Selain itu, gejala-gejala menopause, seperti hot flashes, perubahan suasana hati (mood), dan kesulitan tidur bisa saja mengganggu aktivitas kaum hawa di usia produktif.
Bila Anda mengalami menopause dini, sebaiknya periksakan diri ke dokter. Karena dapat berdampak pada kesehatan, dokter bisa meresepkan terapi hormon sampai Anda setidaknya berada pada usia menopause yang normal.