Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Palembang – Tim Bola Voli Pantai Indonesia mempersembahkan dua medali dari nomor pasangan putra. Medali pertama dipersembahkan pasangan Rachmawan Ade Canda dan Ashfiya Mohammad yang meraih perak setelah mereka ditekuk pasangan Qatar, Janko Ahmed dan Cherif Samba, 2-0.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sedangkan medali kedua berupa perunggu dipersembahkan pasangan Gilang Ramadhan dan Danang Pribadi yang mengalahkan Tim Cina, Gao Peng dan Li Yang 2-1.
Atas raihan itu, Pelatih Voli Pantai Indonesia, Koko Prasetyo, mengaku kecewa. Dia secara pribadi menargetkan emas pada nomor ini. Namun apa lacur, target itu harus dikubur tim Qatar yang pada kejuaraan sebelumnya juga pernah mengalahkan Indonesia sebanyak dua kali.
“Saya minta Ashfiya/Candra bermain sporadis, bermain dengan segala risiko,” kata Koko ketika konperensi pers, Selasa 29 Agustus 2018.
Namun, lanjut Koko, yang ditampilkan oleh Ashfiya/Candra malah terkesan pada zona nyaman seperti biasa.
“Pada set pertama mereka bermain baik, perlawanan ada,” kata Koko.
Tapi, katanya, pada set kedua duo Indonesia ini bermain terlalu berhati-hati. Hasilnya, Qatar bisa mengendalikan permainan.
“Semua negara itu mempelajari permainan musuh sebelum bertanding. Mulai dari menonton pertandingan, sampai menyaksikan rekaman video secara detil, yang seperti itu tentu bukan kita saja, tapi semua negera,” katanya.
Makanya, kata Koko, dia minta pasangan Indonesia bermain sporadis tanpa terbaca oleh musuh. Dia meminta pemain mengambil risiko terbesar dan menunjukkan perlawanan bukan seperti biasanya.
“Malah yang menerapkan strategi itu adalah Danang/Gilang, yang akhirnya mengalahkan Cina dan meraih perunggu,” tutur Koko.
Namun Koko juga mengakui kekuatan Qatar. Menurutnya persiapan negara itu menuju Asian Games 2018 sangat matang. “Mereka ikut 15 kali kejuaraan dunia sebelum ke Palembang ini,” kata Koko.
Sedangkan Indonesia, hanya 5 sampai 7 kali mengikuti kejuaraan dunia sebelum Asian Games 2018. “Namun ini adalah tanda yang baik, di kompetisi voli pantai dunia, kita juga sudah unjuk gigi,” katanya.
Altet voli pantai Indonesia, Danang Syah (kiri) dan Gilang Ramadhan ANTARA/Wahyu Putro
Ke depan, kata Koko, Indonesia harus lebih banyak lagi mengikuti kejuraan dunia voli pantai. “Selesai pertandingan tadi, pelatih Qatar menghampiri saya. Dia mengakui bakat pemain kita, tinggal saja harus banyak ikut kejuaraan dunia,” katanya.
Pada pertandingan tadi, pasangan andalan Indonesia, Rachmawan Ade Candra dan Ashfiya Mohammad ditekuk Qatar dua set langsung.
Pada set pertama, perlawanan sengit ditunjukkan Indonesia kepada tim Qatar. Kejar mengejar poin terjadi sangat ketat, Indonesia sempat menyamakan 20-20, tapi Ahmed/Samba menambah satu poin demi satu poin, namun selalu disusul Candra/Ashfiya. Akhirnya set pertama itu berakhir 26-24.
Pada set kedua, Indonesia bukan tambah meningkatkan perlawanan. Mereka bahkan tertekan oleh duo Qatar itu. Bahkan Ashfiya sempat meminta waktu break kepada wasit, karena kakinya keram. Pada set penentu itu, Indonesia kalah dengan poin 21-17.
“Jangkauan tim Qatar sangat jauh, itu yang membuat kita kalah pada babak pertama,” ujar Ashfiya seusai pertandingan.
Ashfiyah juga menjelaskan, masalah pada set pertama bukannya bisa diatasi, namun mereka malah tertekan karena tim Qatar memiliki pukulan bola yang kuat sekali.
“Pukulan Ahmed/Samba kuat sekali, ditambah jangkauan yang jauh, itu yang membuat kita tak berkembang,” katanya.
Tim voli pantai putri merebut perunggu melalui Dita Juliana/Putu Dini Jasita Utami
Ahmad Supardi