Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Wajah Baru, Dan Lain-Lain Yang Tidak Baru

Wajah dan tatamuka dari rubrik ke rubrik tempo mengalami perubahan. Kantor di gedung berlantai yang sering goyang pindah ke kantor baru: proyek senen, blok II, lantai III.

5 Maret 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WAJAH kali ini menjadi baru. Pembaca sudah lihat 'kan? Logo (letterhead) TEMPO yang tadinya type Times diubah menjadi type Friz Quadrata. Berbareng dengan itu dipersempitlah garis merah pada tepi kiri-kanan dan-atas. Sementara itu garis merah sebelah bawah diperlebar. Maksudnya: kesan "wagu" atau kaku yang semula ada ingin kami hilangkan. Sesuai pula dengan usul para pembaca yang suka membundel TEMPO, di kulit muka selain tanggal penerbitan, juga kami cantumkan nomor majalah. Tatamuka (sebagai istilah yang menurut kami lebih tepat daripada istilah lain) dari rubrik ke rubrik juga berubah. Bahkan nama rubrik ada yang kami perbaharui. "Sidang Pendapat", berubah menjadi "Komentar". "Internasional" menjadi "Luar Negeri". "Fokus Kita" menjadi "Catatan Pinggir" -- karena isinya telah berkembang sedemikian rupa hingga lebih bersifat renungan dan omongan di pinggir peristiwa-peristiwa dan bukan lagi di pusatnya. Dulu, "Fokus Kita" sebetulnya untuk mengantar isi TEMPO yang penting-penting, tapi kemudian diubah karena "kecap"nya sangat membosankan (terutama bagi penulisnya). Memang Aneh Juga kami tak lagi menggunakan istilah "reporter" untuk susunan pengasuh. Sebab, dalam gerak baru TEMPO setiap orang di redaksi -termasuk pemimpin redaksi - adalah reporter. Untuk itu, kini dalam mekanisme TEMPO dibentuk lembaga koordinasi reportase. Koordinator ini, dan wakilnya, dicalonkan beramai-ramai dalam rapat pleno redaksi, dan kemudian diangkat oleh pemimpin redaksi melalui rapat dengan para redaktur pelaksana. Yusril Djalinus adalah pilihan kali ini, dengan Harun Musawa sebagai wakilnya. Cara pemilihan begitu memang agak aneh buat suatu perusahaan pers - tapi yah, di TEMPO memang banyak yang aneh. Cuma rasanya tidak aneh jika apa yang tadinya disebut lapisan "reporter" kini menjadi "asisten redaksi". Nama-nama mereka tak ada yang baru, kecuali bahwa D.S. Karma, Syahrir Wahab, Yunus Kasim, pindah ke Staf Redaksi. Nama yang baru, di samping Amir Daud yang pegang desk Bisnis, adalah S. Prinka, pelukis yang mengatur tata muka di TEMPO sejak nomor ini dan duduk sebagai redaktur tatamuka. Nama lain adalah A. Dahana, yang sudah beberapa kali menulis tentang masalah RRT di TEMPO. Ia memegang bagian riset. Kemudian bisa dicatat nama baru dalam "rombongan" koresponden: Husni Alatas (tadinya pembantu tetap untuk Palu), Muchlis Sulin (tadinya pembantu tetap untuk Padang) dan Rida K. Liamsi (tadinya pembantu tetap untuk Riau). Mungkin perlu diketahui juga bahwa teman-teman dari daerah secara bergilir diminta ke Jakarta selama satu bulan untuk bekerja di "pusat". Yang sudah kembali ialah Rida K. Liamsi dan Metese Mulyono. Kini di Jakarta datang (mungkin akan terpaksa ikut membantu kerja "pindah kantor") Imam Subagio dan Phill M. Sulu. *** Lantai ruang redaksi TEMPO bergoyang. Tanpa gempa. Lantai di tingkat dua itu memang selalu bergoyang bila ada orang lewat, terutama bila beratnya di atas 60 kilo. Seorang tamu pernah pucat karenanya. Tapi orang-orang TEMPO yakin betul: lantai itu tak akan runtuh. Insya Allah. Senen Raya 83 memang gedung tua. Luasnya tak kurang dari 10 x 30 mÿFD, bertingkat dua. Terletak mepet ke tepi jalan, hingga untuk memarkir mobil ukuran apa pun diperlukan syaraf yang kuat dan juga teriakan yang sama kuatnya. Maklum: Senen Raya jalan yang ramai. Tapi dalam gedung bekas apotik "Ban An" dan entah bekas apa lagi itu, orang harus membiasakan diri dengan kesempitan dan kebisingan. Sebab di sinilah TEM~PO diolah hampir setiap hari, termasuk Minggu. Sejak TEMPO pertama kali terbit. "Saya tak membayangkan gedung TEMPO seperti ini", kata seorang tamu dari daerah. Dia tak bilang bentuknyakah yang ia maksud, atau sempitnya, atau baunya. Sejumlah tamu dari Malaysia yang dijamu makan siang di sini berkata: "Saudara-saudara masih mempertahankan adat kita". Adapun makan siang itu berlangsung di tikar, yang dibentangkan setelah meja-meja redaksi disingkirkan. Alasan sebenarnya bukanlah "adat kita" Soalnya tak ada ruang lain. Tak berlebihan, rata-rata orang TEMPO bangga dan mungkin cinta gedung ini. Ada "kejorokan" yang khas pada setiap kantor penerbitan pers. Suatu ketika lantai-lantai dipel secara spesial, karena akan ada tamu penting: duta besar Inggeris Ford. Sehari kemudian lantai masih licin. Menurut cerita, pemimpin redaksi sampai tergelincir, jatuh. Untung tak seorang pun melihatnya: ruang masih kosong dan yang tertawa rasanya cuma pelbagai jenis poster dan potret yang secara berantakan dipasang di dinding... Jam kerja untuk redaksi, memang agak sembarangan. Yang rapi ialah bagian tatausaha, dan juga bagian produksi & tatamuka. Anda bisa datang hampir jam 10 malam kemari, dan menemukan seseorang sedang tekun mengetik. Laporan utama, tugas yang mengerikan itu? Mungkin. Tapi mungkin juga tidak. Mungkin ia mengetik novel, kumpulan puisi, atau surat kepada pacar, atau catatan mimpinya sendiri, atau mungkin skripsi. Dari para redaksi TEMPO. Memang produksi tidak cuma berbentuk laporan utama, laporan-laporan lain buat pembaca, tapi juga sejumlah naskah lain: novel, kumpulan cerita pendek. drama, kumpulan esei, puisi, dan juga skripsi kesarjanaan. Banyak yang sudah diterbitkan... tapi tak usah disebut, nanti terasa sekali bau iklannya. Meskipun sekarang lagi musim kampanye. Aneh juga, bahwa dalam "kekalangkabutan" itu di sini orang masih bisa membikin perencanaan. Ada perencanaan tema-tema laporan utama, target sirkulasi, kampanye periklanan. Tak ketinggalan: setiap sen uang dan senti meter yang paling kecil dalam proses produksi dan tatamuka. Rapat-rapat memegang peranan yang cukup penting dalam proses TEMPO. Ada rapat direksi dan sidang pimpinan setiap minggu dipimpin Eric Samola, di mana tabel dan angka bersliweran dalam susunan demi susunan. Ada rapat pleno redaksi, setiap bulan. Ada rapat-rapat kecil antar redaktur pelaksana, rapat regu proyek laporan utama, rapat kepala desk dengan pemimpin redaksi dan koordinator reportase, dan lain-lain. Di samping itu, pertemuan antar siapa saja dalam TEMPO bisa terjadi, khususnya dalam bentuk diskusi. Ide, pemikiran, sikap yang saling menunjang, berkembang dan tumbuh dari sana. Di sini semboyannya: "mulut boleh kotor, pikiran harus jernih". ** Lalu, menginjak tahun ke-VII - barangkali bisa disebut "tahun baru" awal Maret ini TEMPO menginjak kantor haru. Proyek Senen. Blok II, Lantai III, Jakarta Pusat. Nomor telepon tetap: 43561 & 52946 dan surat-surat dapat dialamatkan pada Kotak Pos 4223/Jkt. Berbeda dari kantor lama, di sini tak ada lagi sebutan "orang atas" dan "orang bawah". Sebab semua karyawan duduk di satu lantai. Hingga komunikasi lebih mudah. Cuma ruang-ruangnya saja yang terpisah. Meski begitu, redaksi dan asisten redaksi (d/h reporter) berkumpul di ruang utama yang luasnya 16,80 x 12,60 mÿFD. Kantor yang ini seperti kantor "sungguh-sunggu~h. Paling tidak lantainya tak lagi goyang. Dan mudah-mudahan juga membuat kerja orang-orangnya lebih mantap (seraya tetap santai). 'Kan tidak lagi berjubel. Di sana ada ruang tamu, ruang rapat yang panjang, ruang dokumentasi yang 2« x dari yang dulu. Ada dapur dan 4 kamar kecil. Juga mushalla (lengkap dengan 4 leiding air wudhu) yang diberi nama 'Mushalla Ahmad Wahib' - menurut nama wartawan TEMPO almarhum. Yang mau bertamu silakan lewat tangga besar depan menara jam "Enicar" belok kiri, mendaki tangga 2 kali. Atau lewat tangga sebelah kiri yang menghadap Jalan Pasar Senen, belok kanan, 2 kali naik tangga lalu ke kiri. Boleh pula lewat parkir lantai atas, masuk lubang "pintu" (sebelah kiri papan nama "Proyek Senen"), menuruni tangga 2 kali. Tapi ingat untuk parkir kendaraan, ongkosnya dihitung tiap jam . . . Masih bingung" Datang saja ke kantor lama. Di sana, selama 3 bulan, masih ada yang menunggu. Nanti 'kan ada yang menunjukkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus