Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Golkar Pasti Menang, Kampanye ...

Kampanye hari pertama berjalan baik. Gangguan hanya karena penduduk tak mau bangunan milik mereka dijadikan sarana peragaan tanpa memberi tahu. (nas)

5 Maret 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GOLKAR pasti menang. Itu anggapan yang umumnya berlaku dalam berbicara tentang kemungkinan hasil pemilu Mei nanti. Bahkan "saingan" mereka, PPP (dengan gambar Ka'bah) dan PDI (dengan gambar Banteng) tidak berharap bisa menggeser Golkar dari poisi nomor satu. Pekan lalu Ketua PDI Usep Ranawidjaja menyatakan partainya optimis akan berhasil lebih baik ketimbang pemilu 1971, tapi "tidak punya target tertentu". Seorang tokoh PPP juga membikin hitungan kasar buat perbandingan kursi setelah pemilu selesai: 40% buat Golkar, 30% buat PPP dan 30% buat PDI. Pihak Golkar lebih optimis tentang kemungkinannya sendiri. Dalam jumpa pers pekan lalu di kantor Golkar di Jakarta, Ketua Umum Amir Murtono menyebut Golkar minimal akan tetap mempertahankan kemenangannya lima tahun yang lalu, yakni 62%. Seorang tokoh Golkar lain sementara itu mengatakan bahwa tidak terbayangkan salah satu partai akan menang. Partai manapun tidak ada yang siap untuk "memerintah" Indonesia dewasa ini. Mereka tak punya aparat cukup, dan di samping itu bagaimana mereka akan didukung ABRI? Mungkin berbekal dengan optimisme itu, pemerintah ingin kampanye berjalan tenang. Empat jam sebelum kampanye dimulai, Menteri Dalam Negeri Amirmachmud muncul di layar TV. Dengan nada rendah dan pelan Amirmachmud buat kesekian kalinya mengulang kembali seruan kepada ketiga peserta pemilu agar "mengendalikan diri dan tetap berpegang teguh pada aturan permainan yang telah disepakati". Kepada petugas penyelenggara termasuk slagorde pengamanan fisik pemilu, ketua Lembaga Pemilihan Umum itu menekankan bahwa mereka "hendaknya dapat menempatkan diri sebagai wasit". Seruan yang sama terdengar dari kantor pusat masing-masing peserta pemilu. "Utamakanlah kejujuran baru kemenangan", demikian seruan DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang bermarkas di Jalan Diponegoro Jakarta. Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang berkantor di samping PPP menekankan seruannya agar rakyat di dalam menggunakan haknya "harus bebas dari ketakutan". Sementara itu Ketua Umum Golkar Amir Murtono menegaskan: "Kami menjamin tidak akan ada tekanan atau pemaksaan supaya memilih Golkar". Hari-hari pertama kampanye nampaknya memang berjalan dalam suasana yang terkendali. Kalangan pers dalam negeri menyambut masa kampanye ini dengan macam-macam sikap. Harian Suara Karya dan Beria Yudha setiap hari berkampanye untuk Golkar lewat karikatur maupun kolom-kolom yang disediakan. Pelita, sebuah harian yang terbit menyusul pencabutan SIT harian Abadi tiga tahun lalu, menyediakan sejumlah kolom di halaman pertama untuk keperluan kampanye PPP. Di Bandung harian beroplah terbesar Pikiran Rakyat yang salah seorang anggota redaksinya termasuk dalam daftar calon Golkar memberi tempat buat berita dari kegiatan kampanye ketiga peserta, lengkap dengan tanda gambar masing-masing. Meski begitu keberatan toh muncul juga. Penduduk sepanjang Jalan Duri Bangkit kelurahan Jembatan Besi Jakarta Barat merasa terkejut ketika pagi-pagi mereka melihat di pintu rumahnya sudah ada itu gambar. Mereka agaknya keberatan rumahnya ditempeli tanda gambar tanpa si petugas kampanye meminta izin lebih dahulu. Di Kecamatan Pasar Rebo, masih dalam wilayah DKI Jakarta, warga PDI telah mengadu kepada pimpinan cabangnya karena rumah mereka ditempeli tanda gambar tiga jam lebih cepat dari waktu yang ditetapkan. Hubungan masyarakat LPU pun segera turun tangan. Dengan berpegang pada peraturan yang ada, Humas LPU menegaskan kepada kantor berita Antara bahwa "bila pemilik bangunan atau pekarangan tidak senang bangunan atau pekarangannya digunakan untuk keperluan kampanye, mereka dapat menyingkirkan alat peragaan kampanye itu". Tidak diketahui apakah petugas kampanye yang melakukan penempelan ke rumah-rumah penduduk itu telah diberi peringatan oleh pihak keamanan setempat. Yang terakhir ini nampaknya perlu siap siaga menghadapi kasus yang bisa muncul setiap saat. Kesiapan dan kesigapan aparat pengamanan pemilu ini makin diperlukan lagi di hari-hari mendatang yang akan diisi dengan rapat-rapat umum. Sehingga bisa dimaklumi jika setiap hari di sekitar Jakarta kita jumpai pihak tentara atau hansip meningkatkan latihan menyongsong hari pemungutan suara 2 Mei nanti. Dalam hubungan itu pula para panglima daerah militer se-Jawa dan Bali dengan didampingi Menhankam Jenderal Panggabean menghadap kepada kepala negara hari Sabtu akhir pekan lalu. Pada kesempatan itu Presiden Soeharto meminta para panglima untuk "selalu siap menampung masalah yang diajukan setiap peserta pemilu jika terjadi hal-hal yang dianggap tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku". Nampak bahwa Presiden Soeharto yang dicalonkan lagi untuk masa jabatan yang akan datang oleh semua peserta berniat untuk membuat pemilu kali ini saluran harapan rakyat. Bukan acara periodik yang hanya menanamkan benih permusuhan antara keluarga sebangsa atau dendam yang terpendam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus