Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kramer anak kramer

Film kramer vs kramer mengagumkan jutaan penonton. film dengan seni peran yang tinggi. latar belakang para pemain film tersebut. (sel)

28 Maret 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK banyak orang yang bisa melupakannya. Film Kramer vs. Kramer yang mengagumkan jutaan penonton itu -- juga di Indonesia hari-hari ini -- memang berhasil karena banyak hal. Tapi di atas semuanya, inilah film dengan seni peran yang tinggi. Dan jika penghargaan harus diberikan, orang cenderung untuk tidak mengabaikan Justin Henry, si bocah yang waktu itu, 1979, berumur delapan setengah. Justin bermain sebagai anak Dustin Hoffman (pemegang peran Ted Kramer, sang ayah) dan Meryl Streep (pemegang peran Joanna Kramer, sang ibu). Justin Henry tak terlupakan memang: ia, sebagai Billy, si anak yang diperebutkan ayah dan ibunya yang bercerai, bermain dengan efektif. Dia bukan bintang profesional. Dia murid sekolah dasar di Rye, sebuah daerah perumahan yang nyaman agak di luar New York City. Pada hari itu, sejumlah orang yang dikirim produser Kramer vs. Kramer datang untuk mencari tokoh Billy yang tepat. Malamnya kepala sekolah datang ke rumah orang tua Justin. Anak itu diminta ikut ke Manhattan, untuk diwawancara, bersama 200 anak yang lain. "Saya waktu itu tak begitu bersemangat sebenarnya," kata Justin kemudian. "Tapi saya datang juga." Di Manhattan, sutradara Robert Benton menanyai anak-anak itu dengan sejumlah pertanyaan, satu demi satu. Misalnya, "Kamu punya adik perempuan? Suka nonton film?" Sementara itu para pembantunya mengamati. 40 anak terpilih setelah seleksi pertama. Aktor Dustin Hoffman -- seorang perfeksionis, ia menginginkan hasil kerjanya sempurna -- ikut dilibatkan dalam memilih bintang cilik yang akan bermain sebagai anaknya. Hoffman memang menuntut ikut. Dan ia serta dalam membikin rekaman video ke-40 anak yang jadi "finalis". Ia ikut menilai. Ikut memilih. Dan Justin terpilih dari semua anak yang lain, karena -- salah satu sebabnya -- anak ini dalam hidup sehari-hari punya hubungan yang sangat dekat dengan ayahnya, Cliff Henry, seorang manajer perusahaan swasta. Alasan lain: Justin belum punya pengalaman dalam film apa pun. Kata sutradara Robert Benton, "Kami tidak kepingin mendapat seorang anak yang sudah punya kebiasaan buruk." Kebiasaan buruk memang biasa terjadi pada anak-anak yang sering muncul dalam film atau pun televisi: akting mereka sudah dicetak oleh para "pembimbing" mereka, dalam menafsirkan setiap kalimat, setiap tokoh. Cara Benton menyutradarai Justin justru membebaskannya. Dan sang sutradara punya penolong yang tak mungkin diabaikan: Dustin Hoffman sendiri. Aktor film jempolan ini, bukan orang yang mudah diajak kerjasama. Tapi laki-laki berumur 44 tahun ini sangat senang pada anak-anak. "Dia salah seorang bapak yang alamiah," kata sutradara Benton. "Anak-anak hanyut kepadanya secara naluriah dan langsung. Karena itu saya atur begini: tiap kali saya harus menyutradarai Justin, saya serahkan pengarahannya kepada Dustin. Lalu ia akan meneruskannya kepada anak itu. Justin percaya penuh kepada Dustin, yang memang teman sejati. Dan Dustin seorang pelatih akting yang luar biasa. Dia tahu tombol mana yang persis harus dipencet." JUSTIN tak disodori teks. Dustin hanya membilanginya: ini adegan yang bagaimana -- lalu dibiarkannya anak itu mengucapkan apa saja yang diinginkannya. Sudut pengambilan kamera dijaga tetap bersahaja, agar si ayah dan anak, yang melakukan -- peran secara improvisasi -- tanpa direncanakan dulu -- bisa bergerak ke mana mereka mau. Bila suatu adegan menghendaki agar Justin menangis, bocah ini akan menyingkir sebentar -- lantas membayangkan hal-hal yang sedih, misalnya kecelakaan pada anjing kesayangannya, Chipper. Suatu kali ia meniru Hoffman: pergi ke sebuah kamar gelap sejenak, untuk bersiap menunjukkan air mata. Benton menunggu. Beberapa puluh orang lain, petugas produksi dan para aktor, ikut menunggu Baru kemudian Justin muncul. "Saya tercengang betapa banyak yang telah ia pelajari tanpa diajar lebih dulu," kata Benton. Hubungannya dengan Dustin Hofman memang intim selama dalam pembuatan film itu. "Dia lucu," komentarnya tentang si aktor besar. Justin sendiri sama sekali belum pernah mendengar nama Dustin Hoffman sampai beberapa bulan menjelang pembikinan Kramer vs. Kramer. Tapi segera ia -- yang oleh para awak produksi dipanggil J.H., sedang Dustin di panggil D.H. -- seperti sahabat lama. Dalam satu adegan, diceritakan Billy jatuh. Sang ayah dengan panik mengangkutnya berlari ke rumah sakit terdekat. Serampungnya adegan ini Dustin Hoffman terhempas kepayahan. Ia membaringkan diri di rumput. J.H. memandang sebentar D.H. Dengan tanpa bicara, dilepaskannya jaketnya, lalu ditaruhnya sebagai bantal di bawah kepala teman sekerjanya yang berumur 34 tahun lebih tua. "Saya tak akan pernah melupakan itu," kata Hoffman. Justin sendiri, dalam perjalanan hidupnya nanti, mungkin akan melupakan banyak hal. Termasuk masa pendeknya sebagai bintang cilik. "Aku tahu semua hal tentang perlengkapan pakaian dan bagaimana rasanya jadi bintang film. Tapi apa yang mentereng tak sebaik seperti nampaknya," kata anak SD ini. "Bisa membosankan, lho. Aku kira aku nggak akan ingin main sepanjang waktu. Tak cukup waktu untuk ketemu tman-teman." Lalu Justin Henry, alias J.H., alias anak Kramer, kembali ke sekolahnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus