Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Yang Bertahan di Kediri

25 Januari 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RUMAH di ujung batas Desa Bendo, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, itu nyaris tak terlihat. Berdiri di belakang gapura perbatasan desa, separuh teras depannya yang tak terlalu luas ditutupi tumpukan kayu dan seng. Sejengkal tanah kosong di samping rumah juga disesaki tumpukan papan dan seng bekas hingga hampir mengubur rumah sederhana itu.

Di dalam rumah, seorang pria bertelanjang dada berkulit legam bersila di depan sebilah seng bermotif simbol kerajaan. Tangannya masih berlumuran cat ketika mempersilakan Tempo mengambil tempat duduk di ruang tamu 3 x 6 meter itu, yang berhadapan dengan bilah seng berbentuk gapura. Di salah satu sudutnya tertulis "Ketoprak Suryo Budoyo".

"Itu gapura tobong. Warnanya mulai pudar dan harus dicat ulang," ujar Sukardi, 55 tahun, sang pemilik rumah. Ia adalah "bos" Ketoprak Suryo Budoyo. Ketoprak Suryo Budoyo adalah satu-satunya kelompok ketoprak tobong yang masih bertahan di Kediri dan sekitarnya. Sebagai pemilik Suryo Budoyo, Sukardi, yang memiliki nama panggung Koyek, juga dipanggil sebagai juragan alias tuan.

Tapi sebutan itu sangat bertolak belakang dengan kondisi rumahnya. Tak ada perabot mewah di sepanjang ruang tamu hingga dapur. Plafon ruang tamu juga dibiarkan jebol, menunjukkan kesan sederhana bagi seorang juragan ketoprak. "Jangan dibayangkan bos ketoprak seperti Pak Sis, ya," katanya, lalu tertawa.

Pak Sis yang dimaksud adalah Siswondo, pendiri sekaligus pemilik Ketoprak Siswo Budoyo, yang dibentuk pada 1958 di Desa Kiping, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Kelompok ini pernah merajai kesenian ketoprak di Tanah Air, sering tampil di layar kaca dan berpentas ke mancanegara.

Koyek mengenal ketoprak tobong dari orang tuanya. Nama panggung Koyek ia dapatkan lantaran sering memerankan tokoh yang selalu kalah dalam pertempuran. Koyek adalah kebalikan dari kata keyok, yang artinya kalah. Namun, untuk urusan asmara, justru di ketoprak tobong inilah Koyek bertemu dengan sang istri, Sulastri.

Sebagai komandan lapangan, Koyek cukup disegani dan dihormati. Hal itu tak lepas dari komitmennya yang kuat dalam menjaga citra ketoprak di masyarakat dalam situasi apa pun. Kepada para pemain, ia selalu meminta untuk tampil prima dengan atau tanpa penonton. Sebagai kelompok ketoprak yang tak mengikat hubungan kerja dengan para pemainnya, Koyek tak berkewajiban memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Pemain yang sudah berkeluarga dituntut untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Untuk bujangan dibolehkan menumpang makan. "Biasanya yang bujang saya ajak mancing ke sungai siang hari untuk menambah lauk," kata Koyek.

Tapi untuk biaya operasional tetap dibebankan kepada juragan. Setiap hari, Koyek harus menyediakan uang Rp 100 ribu untuk pembelian bensin diesel yang menjadi sumber listrik. Sewa lahan pertunjukan Rp 300 ribu, yang disisihkan tiap hari senilai Rp 10 ribu. Sewa mobil woro-woro (ledang) Rp 45 ribu, plus Rp 5.000 untuk rokok orang yang melakukan siaran melalui pengeras suara.

"Pemasukan tertinggi dari tiket pernah Rp 1,2 juta semalam saat ketroprak tobong masih digandrungi penonton. Itu terjadi pada 2010," ujar Koyek. Tapi tak jarang pula mereka tampil tanpa tiket terjual selembar pun. Toh, meski sepi penonton, ia berprinsip tak boleh ada jeda penampilan sehari pun ketika panggung pertunjukan telah ditancapkan. Meski jumlah penonton makin hari makin menyusut, Koyek memastikan tak ada satu pun anggotanya yang pensiun dari dunia ketoprak. "Ketika kentong pertunjukan dibunyikan, mereka selalu siap untuk tampil," katanya.

Hari Tri Wasono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus